Batu Berangka Tahun di Sendang Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang

Sendang Made, sebuah lokasi yang terletak di Desa Made, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Indonesia, adalah situs yang kaya akan sejarah dan budaya. Dikenal karena mata air alaminya yang jernih dan lingkungan yang asri, Sendang Made bukan sekadar destinasi wisata alam, tetapi juga tempat yang memiliki nilai historis tinggi. Situs ini erat kaitannya dengan Raja Airlangga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Jawa yang mendirikan Kerajaan Kahuripan. Menurut cerita lokal, Airlangga pernah menggunakan Sendang Made sebagai tempat persembunyian selama masa sulit dalam hidupnya. Di antara berbagai elemen yang membuat Sendang Made istimewa, terdapat sebuah artefak bersejarah yang dikenal sebagai “Batu Berangka Tahun,” sebuah batu bertulisan yang diyakini memiliki makna penting dalam konteks sejarah dan budaya daerah tersebut.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang “Batu Berangka Tahun,” mulai dari asal-usulnya, makna historisnya, hingga statusnya saat ini sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Dengan menggali konteks sejarah Raja Airlangga dan keberadaan Sendang Made, kita akan memahami bagaimana artefak ini menjadi simbol ketahanan dan kejayaan masa lalu.

Latar Belakang Sejarah: Raja Airlangga dan Sendang Made

Untuk memahami signifikansi “Batu Berangka Tahun,” kita perlu menelusuri latar belakang sejarah yang melingkupinya, terutama peran Raja Airlangga. Airlangga adalah putra dari Raja Udayana dari Bali dan Mahendradatta, putri dari Dinasti Isyana yang menguasai Kerajaan Medang. Pada usia muda, ia menikahi Galuh Sekar, putri Raja Dharmawangsa Teguh, penguasa Kerajaan Medang yang berpusat di Watan, yang diperkirakan berada di wilayah Maospati, Magetan saat ini.

Namun, kehidupan Airlangga muda dipenuhi dengan gejolak. Pada tahun 1016 M, Kerajaan Medang diserang oleh Raja Wurawari dari Lwaram, sebuah peristiwa yang menghancurkan istana dan menyebabkan kematian banyak anggota keluarga kerajaan, termasuk Dharmawangsa Teguh. Airlangga, yang saat itu masih berusia 16 tahun, berhasil melarikan diri dari kekacauan tersebut. Dalam pelariannya, ia bersembunyi di Sendang Made selama tiga tahun. Selama masa persembunyian ini, Airlangga diyakini bermeditasi, belajar dari seorang pandita bernama Mbah Jenggot, dan merencanakan langkahnya untuk merebut kembali kekuasaan. Setelah masa pengasingannya, ia muncul kembali dan akhirnya naik takhta, memerintah dari tahun 1009 hingga 1042 M sebagai pendiri Kerajaan Kahuripan.

Sendang Made, dengan demikian, menjadi tempat yang memiliki nilai strategis dan spiritual bagi Airlangga. Keberadaan tujuh sendang—Drajat, Condong, Kamulyan, Pangilon, Gede, Pomben, dan Payung—yang konon diciptakan oleh Airlangga untuk kebutuhan rombongannya, semakin memperkuat pentingnya situs ini dalam sejarahnya.

“Batu Berangka Tahun”: Identitas dan Misteri

Di tengah kekayaan sejarah Sendang Made, “Batu Berangka Tahun” menonjol sebagai artefak yang menyimpan banyak misteri. Secara harfiah, “Batu Berangka Tahun” berarti “batu yang bertulisan tahun” dalam bahasa Indonesia. Istilah ini menunjukkan bahwa batu tersebut memiliki inskripsi berupa angka tahun yang merujuk pada peristiwa atau periode tertentu. Meskipun informasi spesifik tentang inskripsi ini tidak banyak tercatat dalam sumber tertulis yang tersedia, dugaan kuat mengarah pada kaitannya dengan masa persembunyian Airlangga di Sendang Made.

Batu bertulisan, atau yang dikenal sebagai prasasti dalam tradisi sejarah Indonesia, adalah benda yang umum digunakan pada masa lalu untuk mencatat peristiwa penting, menandai batas wilayah, atau menyampaikan dekret kerajaan. “Batu Berangka Tahun” kemungkinan besar termasuk dalam kategori ini, berfungsi sebagai penanda waktu yang berkaitan dengan kehidupan Airlangga atau aktivitasnya di Sendang Made.

Asal-Usul dan Makna

Asal-usul pasti dari “Batu Berangka Tahun” masih menjadi subjek spekulasi, tetapi konteks sejarah memberikan beberapa petunjuk. Mengingat masa pemerintahan Airlangga berlangsung dari tahun 1009 hingga 1042 M, batu ini kemungkinan berasal dari periode tersebut. Salah satu hipotesis adalah bahwa inskripsi pada batu tersebut menandai tahun ketika Airlangga tiba di Sendang Made, yakni sekitar 1016 M, setelah serangan terhadap Kerajaan Medang. Alternatif lain, batu ini bisa menunjukkan tahun ketika ia meninggalkan tempat persembunyiannya sekitar 1019 M untuk merebut kembali kekuasaan.

Kemungkinan lain adalah bahwa “Batu Berangka Tahun” berkaitan dengan penciptaan tujuh sendang di Sendang Made. Menurut tradisi lokal, Airlangga membentuk sendang-sendang ini untuk memenuhi kebutuhan air bagi pengikutnya selama masa persembunyian. Batu tersebut mungkin didirikan untuk memperingati tahun pembentukan salah satu sendang atau peristiwa penting yang terjadi di salah satu lokasi tersebut. Misalnya, Sendang Kamulyan (yang berarti “kemuliaan”) atau Sendang Drajat (yang berarti “derajat”) bisa memiliki hubungan simbolis dengan batu ini, mencerminkan makna spiritual atau politis dari peristiwa yang diabadikan.

Signifikansi Budaya dan Historis

“Batu Berangka Tahun” bukan sekadar benda fisik; ia adalah simbol dari kekayaan budaya dan sejarah Jawa. Artefak ini memiliki beberapa nilai penting:

1. Jembatan ke Masa Lalu

Sebagai prasasti, “Batu Berangka Tahun” menjadi bukti langsung dari masa lalu, menghubungkan generasi saat ini dengan era Airlangga. Inskripsi tahun pada batu tersebut memberikan petunjuk berharga bagi sejarawan dan arkeolog dalam merekonstruksi kronologi peristiwa pada abad ke-11 di Jawa.

2. Pentingnya Sendang Made

Keberadaan batu ini menegaskan status Sendang Made sebagai situs yang memiliki makna strategis dan spiritual. Pilihan Airlangga untuk bersembunyi di tempat ini menunjukkan bahwa Sendang Made bukan lokasi sembarangan, dan batu bertulisan ini memperkuat narasi tersebut dengan menandai peristiwa penting yang terjadi di sana.

3. Warisan Airlangga

Airlangga dikenal sebagai raja yang bijaksana dan berhasil menyatukan Jawa setelah masa perpecahan. Masa persembunyiannya di Sendang Made, yang mungkin diabadikan oleh “Batu Berangka Tahun,” adalah babak kunci dalam perjalanannya menuju kekuasaan. Batu ini, dengan demikian, tidak hanya menandai peristiwa tertentu, tetapi juga melambangkan ketahanan dan kebangkitan.

Status Saat Ini dan Upaya Pelestarian

Hingga kini, Sendang Made tetap menjadi destinasi populer bagi wisatawan lokal maupun luar daerah. Situs ini terjaga dengan baik, dengan mata air alami dan lingkungan sekitarnya dilestarikan untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung. “Batu Berangka Tahun” kemungkinan besar masih berada di lokasi aslinya di Sendang Made, menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang tertarik pada sejarah situs tersebut.

Pelestarian artefak seperti “Batu Berangka Tahun” sangat penting untuk menjaga warisan budaya. Di Indonesia, upaya pelestarian situs bersejarah sering melibatkan kerja sama antara masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan organisasi budaya. Langkah-langkah pelestarian dapat mencakup perlindungan fisik terhadap batu—misalnya dari kerusakan akibat cuaca atau vandalisme—serta kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan nilai historisnya.

Masyarakat lokal di sekitar Sendang Made memainkan peran besar dalam menjaga situs ini. Mata air di sana masih dihormati, meskipun kepercayaan tradisional tentang manfaatnya mungkin telah memudar seiring waktu. “Batu Berangka Tahun,” sebagai bagian dari lanskap budaya ini, mendapat manfaat dari perhatian komunitas terhadap pelestariannya.

Legenda dan Kepercayaan Lokal

Artefak bersejarah seperti “Batu Berangka Tahun” sering kali dikelilingi oleh legenda dan kepercayaan lokal yang menambah dimensi budaya pada signifikansinya. Meskipun cerita spesifik tentang batu ini tidak banyak tercatat dalam sumber yang tersedia, tidaklah sulit membayangkan bahwa masyarakat setempat menganggapnya sebagai benda yang memiliki kekuatan simbolis atau spiritual. Batu ini mungkin dipercaya membawa berkah atau melindungi daerah tersebut, sejalan dengan cerita tentang masa persembunyian Airlangga.

Legenda semacam itu dapat memperkuat ikatan antara masyarakat dan warisan mereka, mendorong upaya pelestarian situs untuk generasi mendatang. Bagi pengunjung, cerita-cerita ini menambah daya tarik dan membuat pengalaman sejarah menjadi lebih hidup dan bermakna.

Kesimpulan

“Batu Berangka Tahun” di Sendang Made adalah artefak yang jauh lebih dari sekadar batu bertulisan. Ia adalah saksi bisu dari sejarah panjang Jawa, mencerminkan perjalanan Raja Airlangga dari masa pengasingan menuju kejayaan sebagai pendiri Kerajaan Kahuripan. Sebagai prasasti, batu ini menawarkan wawasan tentang kehidupan dan zaman salah satu raja terbesar di Jawa, sekaligus menegaskan pentingnya Sendang Made sebagai situs bersejarah.

Bagi pengunjung modern, “Batu Berangka Tahun” menjadi titik fokus untuk menjelajahi sejarah dan budaya daerah tersebut. Artefak ini mengajak kita untuk merenungkan tantangan dan kemenangan di masa lalu serta bagaimana sejarah terus membentuk identitas kita saat ini. Melalui upaya pelestarian yang berkelanjutan dan penghormatan dari masyarakat lokal, “Batu Berangka Tahun” akan tetap menjadi bagian berharga dari warisan budaya Indonesia untuk waktu yang lama.

Penutup

Secara keseluruhan, “Batu Berangka Tahun” di Sendang Made adalah cerminan dari kekayaan sejarah dan budaya Jawa. Kaitannya dengan Raja Airlangga dan era Kerajaan Kahuripan menjadikannya aset berharga dalam khazanah warisan Indonesia. Dengan memahami dan melestarikan artefak seperti ini, kita tidak hanya menghormati masa lalu, tetapi juga memperkaya apresiasi kita terhadap narasi budaya yang terus hidup hingga kini.

Sumber:

  • “Eksistensi Sendang Made, Jadi Wisata Andalan Di Kabupaten Jombang” – www.rri.co.id
  • “Legenda Sendang Made” – balaibahasajatim.kemdikbud.go.id
  • “Prasasti Telaga Batu” – id.m.wikipedia.org

Tinggalkan Balasan