Cara Penyebaran Agama Hindu dan Buddha di Indonesia

Buddha Painting

Apa kabar blogger Indonesia? Sadarkah kalian bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang agung sejak berabad-abad lamanya. Selain budaya Islam, Nusantara dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Buddha yang tampak dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bagaimana awal mula penyebaran agama Hindu dan Buddha di Indonesia? Apakah bukti-bukti peninggalan agama Hindu dan Buddha yang bisa menjadi referensi sejarah penyebaran agama tersebut?

Masuknya Agama Buddha di Indonesia

Masuknya agama Buddha di Indonesia diperkirakan lebih awal daripada agama Hindu. Dalam penyebarannya, agam Buddha mengenal adanya misi penyebar agama yang disebut sebagai Dharmadhuta. Penyebaran agama Buddha diperkirakan sudah terjadi sejak abad ke-2 sampai 5 Masehi.

Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya arca Buddha dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, pada abad kedua Masehi. Selain itu, juga ditemukan arca Buddha dari batu di bukit Siguntang (Palembang), Sumatera Selatan.

Dalam perkembangannya, agama Buddha yang terbesar di Indonesia adalah aliran Buddha Mahayana. Perkembangannya begitu pesat terutama pada masa kejayaan kerajaan Mataram Buddha wangsa Syailendra dam Kerajaan Sriwijaya.

Masuknya Agama Hindu di Indonesia

Agama Hindu diperkirakan masuk ke Indonesia sejak awal abad pertama melalui hubungan dagang dengan India. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kegiatan perdagangan di sepanjang pantai Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Barat. Selain itu, pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia juga dibuktikan dengan adanya prasasti yang ditemukan di Muara Karam, Kutai, Kalimantan Timur.

Prasasti Muara Karam berbahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa. Masuknya agama Hindu disoroti oleh beberapa ahli. Ada beberapa teori yang dikemukakan para ahli tentang golongan pembawa pengaruh Hindu di Indonesia.

  • Teori Brahmana

Teori Brahmana dikemukakan oleh Van Luer. Van Luer menyatakan bahwa agama Hindu dibawa oleh para pendeta. Teori ini dipakai dengan alasan para Brahmana adalah orang yang berhak menyebarkan agama dan membaca kitab suci Hindu. Agama Hindu tidak se-demokratis agama Islam yang memperbolehkan setiap umatnya membaca kitab suci dan menyebarkan ajaran. Sehingga alasan ini cukup masuk akal bagi kalangan ilmuwan yang mendukung teori Brahmana.

  • Teori Ksatria

Teori Ksatria dinyatakan oleh Majundar dan C.C. Berg. Pendukung teori ksatria ini menyatakan bahwa agama Hindu dibawa oleh golongan ksatria atau prajurit. Para prajurit India melakukan ekspansi ke wilayah Nusantara. Di India sering terjadi peperangan antar kerajaan sehingga prajurit yang kalah perang ini berimigrasi ke Indonesia. Di Indonesia, mereka mendirikan koloni-koloni ketika menaklukkan suatu daerah.

  • Teori Waisya

Masuknya agama Hindu melalui teori Waisya didukung oleh N.J. Krom. Menurut pendukung teori ini, mereka menyatakan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh golongan pedagang. Hal ini didasarkan pada alasan telah terjadi kontak dagang antara India dengan Indonesia sejak lama.

  • Teori Sudra

Menurut teori Sudra, penyebaran agama Hindu di Indonesia dilakukan oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Mereka adalah golongan budak yang melarikan di ke kepulauan di Nusantara dan menyebarkan ajaran agama yang mereka anut di tempat pelarian.

  • Teori Arus Balik

Teori Arus Balik dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Ia menyatakan bahwa proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia melalui dua tahap. Tahap pertama, yaitu para brahmana dan biksu India menyebar ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan agama Hindu, termasuk ke wilayah Indonesia. Tahap selanjutnya yaitu para penguasa daerah mengirimkan para biksunya untuk belajar agama Hindu di India. Setelah itu mereka kembali ke Indonesia untuk mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya.

Jalur Penyebaran Agama Hindu dan Buddha

Pada umumnya para ahli cenderung berpendapat bahwa masuknya agama dan budaya Hindu dan Buddha di Indonesia dibawa oleh para pedagang dan brahmana dari India atau China melalui jalur laut dan darat. Jalur yang dipilih ada dua, yaitu:

  • Melalui jalur laut.

Pada pedagang dan brahmana yang datang ke Indonesia melalui jalur laut mengikuti rute dari India menuju Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia, Kamboja, Vietnam, China, Korea, dan Jepang.

  • Melalui jalur darat (jalur sutra).

Para penyebar agama dan kebudayaan Hindu-Buddha yang menggunakan jalur darat melalui jalur sutra. Jalur sutra tersebut berangkat dari India ke Tibet terus ke utara hingga sampai di China, Korea, dan Jepang. Ada juga yang melakukan perjalanan dari India Utara ke Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, kemudian berlayar ke Indonesia.

Semoga informasi ini bisa menambah wawasan Anda tentang kekayaan budaya Nusantara.

Komentar

9 tanggapan untuk “Cara Penyebaran Agama Hindu dan Buddha di Indonesia”

  1. Avatar Mada Azhari
    Mada Azhari

    Saya cenderung setuju teori perdagangan yang membantu penyebaran agama-agama di Indonesia.

    1. Avatar Agus Siswoyo

      Boleh jadi. Banyak pedagang dari luar Nusantara turut membawa budaya mereka kesini saat itu.

  2. Avatar Asep
    Asep

    Jaman dulu, raja nggak cuma pemimpin perang, tetapi juga pimpinan ideologis. Sehingga agama raja adalah agama rakyat.

  3. Avatar Berita Ekonomi Asia

    Borobudur merupakan peninggalan sejarah dimana agama nenek moyang bangsa Indonesia adalah agama Buddha

  4. […] jaman dulu Sriwijaya pernah menjadi pusat penyebaran agama Budha di Kawasan Asia Tenggara? Kisah penyebaran agama Budha di Nusantara dimulai disini. Hari masih pagi benar. Atap-atap rumah dan kuil di kota Sriwijaya yang tinggi, […]

  5. Avatar Blog Ekonomi
    Blog Ekonomi

    Apakah tdk ada pedagang hindu yg turut menyebarkan agama?

  6. Avatar Quinonez
    Quinonez

    Benarkah agama Hindu asalnya dari India?

  7. Avatar Teachman
    Teachman

    Pulau Jawa gudangnya orang berilmu.

  8. Avatar Rajwa Rafi
    Rajwa Rafi

    Kerajaan Sriwijaya adalah pusat pengembangan agama Budha dan Hindu pada zaman lalu. kalau zaman sekarang kedua agama itu makin tidak populer karena menggunakan status sosial yang berkelas kelas. Kondisi bersamaan dgn perkmbngan Islam yang tidak membeda-bedakan status sosial bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *