Pada Senin, 20 Oktober 2025, sebuah acara yang penuh makna spiritual dan kebudayaan digelar di Ruang Rapat Sekretariat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang. Acara Khotmil Qur’an ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2025 serta Hari Jadi ke-115 Pemerintah Kabupaten Jombang. Dimulai pukul 10.30 WIB hingga selesai, kegiatan ini menghadirkan KH. Ahmad Syakir Muhammad Ridlwan, Lc., M.HI, sebagai narasumber utama. Beliau adalah Pimpinan Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ) Tebuireng, sebuah lembaga pendidikan Islam yang terkenal dengan fokusnya pada penghafalan dan pemahaman Al-Qur’an. Acara ini bukan hanya sebuah rutinitas keagamaan, melainkan sebuah momentum untuk memperkuat identitas santri sebagai penjaga kemerdekaan dan pembangun peradaban bangsa.
Motivasi Islami
Upaya Membangun Ekosistem Seni Pertunjukan Berbasis Pesantren Melalui Proses Kolaboratif dan Diseminatif
Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia, telah lama menjadi pusat pembelajaran agama dan pembentukan karakter. Di era modern ini, pesantren menghadapi tantangan untuk tetap relevan dan menarik bagi generasi muda yang semakin terpapar budaya global. Salah satu cara untuk menjawab tantangan ini adalah dengan mengembangkan ekosistem seni pertunjukan yang berbasis pada pesantren. Seni pertunjukan, seperti musik, tari, dan teater, tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat pendidikan yang efektif, sarana membangun komunitas, dan upaya melestarikan budaya.
Membangun Ruang Dialog Antar Generasi di Pesantren
Dalam era modern yang serba cepat dan penuh perubahan, institusi pendidikan tradisional seperti pesantren menghadapi tantangan unik dalam mempertahankan relevansi dan tradisi mereka. Pesantren, sebagai pusat pendidikan Islam yang telah ada selama berabad-abad di Indonesia, khususnya di Jawa, memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda Muslim. Namun, dengan kemajuan teknologi dan pergeseran nilai sosial, terdapat kesenjangan yang semakin lebar antara generasi tua dan muda di dalam pesantren. Membangun ruang dialog antar generasi menjadi krusial untuk menjembatani kesenjangan ini, memastikan bahwa pesantren tetap menjadi tempat yang relevan dan bermakna bagi santri masa kini dan masa depan.
Peran Dunia Pesantren dalam Interaksi dengan Budaya Digital
Pesantren, sebagai institusi pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia, telah menjadi pilar utama dalam pendidikan agama dan pembentukan karakter selama berabad-abad. Seiring masuknya era digital, pesantren dihadapkan pada tantangan dan peluang baru untuk tetap relevan dalam mendidik generasi muda Muslim. Artikel ini membahas secara mendalam peran pesantren dalam berinteraksi dengan budaya digital, mencakup asal-usul metode pengajaran, perkembangan metode belajar, penggunaan teknologi dalam pengajaran, pandangan kyai terhadap modernitas, serta respons santri terhadap modernisasi budaya pengajaran.