Jerapah Berleher Pendek yang Pemurung

Suatu hari di hutan yang besar, hiduplah sekelompok jerapah yang hidup rukun dan harmonis. Namun, Ada satu pelengkap di antara mereka yang berbeda dari yang lain, ia tidak seperti jerapah kebesaran pada umumnya. Jerapah ini memiliki leher pendek dan ia sering diam sendiri.

Selalu sendiri dan kesepian, si Jerapah terlihat memurung dan jarang bergaul dengan yang lain. Setiap kali ada pertemuan kelompok, ia selalu memilih untuk duduk jauh dari semua orang, bahkan saat sekelompok jerapah itu sedang bersama pada saat berburu.

Suatu hari, semua jerapah telah berhasil memburu seekor rusa dan berkumpul di tempat berburu. Semua jerapah merasa senang dan bergembira dengan hasil usaha mereka, kecuali si jerapah berleher pendek yang pemurung. Dia memilih untuk diam dan tidak ikut merayakan kesuksesan mereka.

Melihat hal itu, seorang jerapah lain bertanya padanya, “Apa yang membuatmu begitu murung?” Si Jerapah berleher pendek yang pemurung menjawab dengan terbatas kata, “Aku merasa kesepian dan tidak seberapa dibandingkan denganmu semua. Aku merasa rendah diri dan tidak pantas menjadi bagian dari kelompokmu.”

Mendengar itu, semua jerapah merasa iba dan bersimpati padanya. Mereka memberikan dukungan dan membuat si Jerapah merasa dihargai dan diterima oleh kelompok mereka. Dari situlah si Jerapah berleher pendek yang pemurung mer nyaman dan akhirnya menjadi lebih ceria dan lebih su bergaul dengan orang lain.

Moral dari cerita ini adalah bahwa tidak ada kebahagiaan dalam kesepian. Kita semua harus merasa diterima dan dihargai oleh orang-orang di sekitar kita agar bisa merasa bahagia dalam hidup. Kita harus selalu membuka hati dan menawarkan persahabatan untuk siapa saja yang membutuhkan.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *