Kuntilanak di Kenea Ban

Ada sebuah desa terpencil bernama Kenea Ban yang terletak di pinggir hutan. Desa ini dikenal dengan keindahan alamnya yang memesona dan kedamaian yang menyelimuti, namun ada satu cerita mistis yang melekat pada desa tersebut. Cerita yang hanya dituturkan dari mulut ke mulut tanpa pernah ditulis dalam catatan sejarah.

Suatu hari, seorang pemuda bernama Raka mengunjungi desa Kenea Ban untuk merayakan pernikahan saudara sepupunya. Ia baru pertama kali datang ke desa itu dan merasa terpesona dengan keindahan alamnya yang menenangkan. Pesta pernikahan berjalan meriah, namun kala malam tiba, Raka mulai mendengar desas-desus tentang kuntilanak yang konon sering muncul di desa itu.

Warga desa bercerita bahwa di Kenea Ban ini, konon ada seorang wanita cantik bernama Putri yang dianggap pembawa petaka. Kesedihan dan kemarahan Putri yang meninggal secara tragis sebelum menikah melahirkan kutukan. Ia kembali ke dunia nyata sebagai sosok kuntilanak, gentayangan di antara pepohonan dan mencari korban untuk merasakan penderitaan yang sama dengannya.

Raka yang awalnya tidak begitu percaya dengan kisah mistis itu, mulai merasa penasaran. Ia memutuskan untuk berkeliling desa Kenea Ban pada malam hari untuk membuktikan kebenaran cerita itu. Saat ia berjalan melintasi tegalan bambu, tiba-tiba terdengar suara tangisan pecah di keheningan malam. Raka merinding, tapi ia terus maju mendekati sumber suara tersebut.

Di balik rerimbunan bambu, ia melihat sosok wanita berambut panjang mengenakan kebaya putih dengan wajah pucat. Wajahnya menatap kosong ke arah Raka, lalu tiba-tiba tersenyum menyeramkan dan melayang menuju Raka. Ketakutan, Raka berlari sekuat tenaga kembali ke rumah saudara sepupunya sambil berteriak meminta pertolongan.

Setelah kejadian itu, Raka tidak berani lagi keluar rumah pada malam hari dan sepenuhnya meyakini kisah mistis kuntilanak di Kenea Ban. Ketakutan yang sampai saat ini terus tersemat dalam benak warga Kenea Ban, membuat mereka menjaga diri agar tidak mendapat kunjungan dari sosok mengerikan tersebut. Sepulangnya dari desa Kenea Ban, Raka sering kali terkenang kisah kuntilanak yang ia alami dan berharap agar penampakannya tidak pernah terjadi lagi.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *