Di era internet yang serba cepat ini, hidup Berni, seorang loper koran, mulai terasa semakin terasing. Keadaan ini tak hanya dirasakan olehnya, tapi juga oleh sebagian besar loper koran lain di kotanya.
Berni adalah seorang loper koran yang telah bekerja selama lebih dari 20 tahun. Setiap pagi, ia berkendara sepeda motor bututnya mengelilingi jalan-jalan di kotanya untuk menjual koran. Berni sangat bangga dengan pekerjaannya, sebab ia yakin bahwa kehadiran dirinya serta koran yang dijual memegang peranan penting dalam menyebarkan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat.
Namun, perkembangan teknologi internet telah mulai keaan m, masyarakat lebih banyak memperoleh informasi secara instan melalui ponsel pintar mereka daripada membaca koran. Hal ini membuat jumlah pembeli koran semakin menurun dari hari ke hari.
Saat pagi tiba, langit yang masih gelap semakin menambah rasa kesepian Berni. Sepeda motor butut yang biasa ia gunakan kini tampak semakin tua dan tak bergaya, sementara orang-orang di jalanan berganti dengan generasi yang lebih muda yang sibuk dengan ponsel pintar mereka.
Berni sering mengeluh pada diri sendiri saat melihat kondisi ini. Ia merasa terasing dari dunia yang kini semakin cepat berubah. Teman-teman loper koran lainnya pun mulai berubah pekerjaan, meninggalkan Berni dalam kegelisahannya.
Tiada hari tanpa cemas dan tanya, Berni merasa prihatin dengan masa depan anak-anaknya. Bagaimana bisa ia memberikan kehidupan yang layak bagi mereka jika ia sendiri tak mampu mengikuti perkembangan teknologi zaman?
Suatu hari, saat Berni seperti biasa memulai rutinitasnya menjajakan koran, ia melihat secarik kertas yang terselip di antara tumpukan koran. Kertas itu adalah brosur pelatihan bagi loper koran, yang akan mengajarkan mereka bagaimana merangkul teknologi internet dalam menjalankan usaha mereka.
Merasa penasaran dan berharap ada jalan keluar, Berni segera mendaftar dan mengikuti pelatihan tersebut. Di pelatihan itulah ia bertemu dengan Dika, seorang pengajar muda yang doyan membaca koran kertas.
Dari Dika, Berni belajar banyak hal yang seben berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya sebagai loper koran. Di antaranya adalah cara menggunakan sosial media untuk memasarkan koran, mengatur algoritma yang efisien untuk menjual koran, serta tips-tips dalam mengelola keuangan yang lebih baik.
Berni menyadari bahwa ada secercah harapan di tengah terasingnya dunia yang ia jalani. Ia mulai menerapkan apa yang ia pel dari Dika guna meningkatkan penjualan koran serta mengikuti perkembangan zaman.
Perlahan tapi pasti, Berni merasakan bahwa dirinya tak lagi terpisah dari dunia yang tadinya membuatnya terasing. Dalam perjalanannya, Berni menemukan kebahagiaan ketika ia dengan sukses menjajakan koran dengan bantuan teknologi internet yang kini ia kuasai.
Kini, di era internet yang semakin maju, Berni dan loper koran lainnya mulai merangkul perubahan ini sebagai peluang untuk terus berkembang, bukan sebagai ancaman yang akan menyisihkan mereka dari dunia yang sangat mereka cintai.
Tinggalkan Balasan