Mabuk Dawet di Hajatan Tetangga

Di sebuah desa kecil di Jawa, ada seorang pemuda bernama Jaka yang dikenal sangat menyukai dawet, makanan tradisional Jawa yang terbuat dari air gula merah, santan, dan cendol. Di desa tersebut, hampir setiap hajatan atau pesta pernikahan pasti menyajikan dawet sebagai minuman penutup. Jaka selalu menjadi tamu yang ditunggu-tunggu kehadirannya karena dia yang paling ahli dalam mencicipi dawet dan bisa menilai apakah dawet itu enak atau tidak.

Suatu hari, di desa tersebut akan diadakan hajatan yang diselenggarakan oleh Pak Suro, tetangga Jaka. Pada pesta tersebut, Pak Suro akan menyajikan dawet istimewa yang diberi nama Dawet Nyoi, yang diklaim sebagai dawet terenak di desa itu. Jaka pun sangat antusias untuk menghadiri pesta tersebut.

Pesta akhirnya dimulai, dan Jaka langsung menuju ke meja dawet. Ia tak sabar ingin mencicipi Dawet Nyoi yang legendaris itu. Pada saat mencicipi dawet tersebut, rasa nikmat langsung menyelimuti lidah Jaka. Jaka merasa bahwa dawet ini lebih nikmat dari dawet yang pernah ia coba sebelumnya, mengalahkan semua karakteristik dawet yang enak, mulai dari tekstur cendol yang lembut, keharuman air gula merah yang wangi, dan kesegaran santan yang lezat. Jaka tidak bisa berhenti meminum Dawet Nyoi.

Saking asyiknya dengan Dawet Nyoi, Jaka tidak sadar bahwa teman-temannya di pesta tersebut mulai membahas tentang Jaka yang mabuk dawet. Meskipun ungkapan mabuk dawet biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sangat menikmati hidangan dawet sampai lupa akan lingkungannya, tetapi kali ini Jaka benar-benar terlihat mabuk karena kelezatan Dawet Nyoi.

Situasi semakin memburuk ketika Jaka mulai menyanyi dan menari di tengah-tengah pesta, seakan-akan dia telah mabuk minuman keras. Para tamu yang hadir terkejut melihat tingkah Jaka yang berubah drastis, dan beberapa dari mereka mulai berpikir apakah Dawet Nyoi memang mengandung sesuatu yang aneh.

Namun, ternyata Jaka hanya terbawa suasana karena kebahagiaan yang dia rasakan setelah mencicipi dawet terenak di hidupnya. Tidak lama kemudian, Jaka sadar akan kekocakannya dan buru-buru meminta maaf kepada tetangga dan tamu yang hadir di pesta. Orang-orang pun akhirnya tertawa melihat tingkah laku Jaka yang mabuk Dawet Nyoi.

Dawet Nyoi memang dikenang dalam hati Jaka, tetapi ia juga harus didukung oleh malu ketika mengingat kejadian mabuk dawet di hajatan tetangga. Sejak hari itu, Jaka mulai lebih mengatur diri ketika menikmati dawet di pesta dan tidak mabuk dawet lagi. Dan tak pelak lagi, Jaka tetap menjadi orang yang paling ahli dalam mencicipi dawet di desanya.


Comments

Satu tanggapan untuk “Mabuk Dawet di Hajatan Tetangga”

  1. Avatar kirun
    kirun

    hati-hati mas kalau nulis artikel. bisa-bisa sampeyan habis ini kena somasi paguyupan pedagang dawet ayu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *