Liburan Santri TPQ Al-Mujahiddin di Wisata Religi Gus Dur Tebuireng Jombang


Keceriaan anak-anak berlibur ke Museum Islam Nusantara Hasyim Asyari di Kawasan Wisata Makam Gus Dur Tebuireng Jombang
Keceriaan anak-anak berlibur ke Museum Islam Nusantara Hasyim Asyari di Kawasan Wisata Makam Gus Dur Tebuireng Jombang

Bagaimana kabar sobat blogger Indonesia hari ini? The Jombang Taste hadir lagi dan mengulas acara jalan-jalan santri ke salah satu tempat wisata di Kabupaten Jombang. Sebagaimana sudah saya tulis di artikel sebelumnya bahwa santri TPQ Al-Mujahiddin Guwo berpartisipasi dalam acara Pawai Ta’aruf BMQ At-Tartil Jombang dan pulang tanpa membawa piala kemenangan. Untuk menghibur mereka, para pengajar TPQ Al-Mujahiddin mengajak para santri jalan-jalan santai ke kawasan wisata religi makam Gus Dur di Tebuireng, Cukir, Diwek, Jombang.

Acara jalan-jalan murid TPQ dilaksaakan pada Ahad, 26 April 2017. Perjalanan para santri dari Dempok ke Tebuireng dengan naik kereta kelinci butuh waktu kurang lebih dua puluh menit. Kok lama? Maklumlah, kalau hari libur begini kan lalu lintas kawasan Tebuireng padat sekali. Antara pedagang pasar Cukir, santri pondok pesantren, mahasiswa UNHASY, peziarah makam Gus Dur, maupun wisatawan berkumpul di lokasi yang hampir sama. Kemacetan lalu lintas Tebuireng diperparah dengan adanya bus-bus yang parkir secara liar di pinggir jalan. Terminal Bus Gus Dur rupanya belum berfungsi secara optimal.

Kegiatan utama jalan-jalan ke Makam Gus Dur adalah ziarah ke makam. Para guru, santri dan wali santri berdoa bersama-sama di tempat berdoa makam Gus Dur bagian lantai dua. Sebagaimana sudah ditebak sebelumnya, hari Minggu adalah waktu paling ramai di tempat wisata religi Gus Dur. Kegiatan berdoa di makam Gus Dur tidak berlangsung lama. Hiruk-pikuk peziarah dan banyaknya santri yang saya ajak membuat saya bertindak cepat untuk segera berganti lokasi kegiatan.

Pawai Taaruf BMQ At-Tartil Cabang Jombang di Dempok Tahun 2017
Pawai Taaruf BMQ At-Tartil Cabang Jombang di Dempok Tahun 2017

Selepas berdoa, anak-anak terlihat sibuk berbelanja di kios-kios pedagang di sekitar Tebuireng. Aneka makanan, kerajinan tangan dan oleh-oleh ditawarkan kepada pengunjung. Anak-anak pun demikian antusiasnya membeli beberapa diantaranya. Meski ini bukanlah kunjungan pertama ke obyek wisata Gus Dur, mereka masih saja bersemangat mengikuti acara. Saya masih ingat kegiatan serupa telah mereka ikuti melalui lembaga pendidikan SDN Latsari bulan lalu. Acara kali ini tetap menarik bagi mereka.

Jajanan kuliner favorit anak-anak saat berkunjung ke wisata Tebuireng adalah pentol bakso. Tidak terdengar aneh mengingat dalam keseharian mereka pun jajanan pentol bakso saat sekolah maupun mengaji di TPQ. Selebihnya, sebagian anak laki-laki membeli kaos dengan gambar desain kekinian. Kaos warna dasar hitam telah menjadi trend saat ini. Sangat disayangkan bila kawasan wisata religi Tebuireng saat ini telah dipenuhi aneka cenderamata yang tidak Islami. Mau dikatakan apa lagi. Dimana ada permintaan, disitu ada penawaran.

Sekitar jam dua belas siang semua anak telah berkumpul di kereta kelinci yang parkir di terminal Gus Dur. Bagian menarik dalam situasi ini adalah penawaran foto-foto para santri yang sudah tercetak di kertas foto. Foto tersebut diambil saat mereka baru turun dari kereta dan segera dicetak oleh para fotografer kaki lima secepatnya. Hasilnya, foto berkualitas standar bisa dibeli pengunjung seharga lima ribu rupiah. Beberapa santri TPQ tampak tertarik membeli foto tersebut.

Itulah pengalaman yang bisa saya bagi kali ini saat mengantarkan anak-anak santri TPQ Al-Mujahiddin berlibur ke kawasan wisata religi Makam Gus Dur di Tebuireng Jombang. Apakah Anda juga pernah berkunjung obyek wisata di Jombang ini sebelumnya? Ayo berbagi cerita di kolom komentar.

Bagikan tulisan ini:

24 tanggapan untuk “Liburan Santri TPQ Al-Mujahiddin di Wisata Religi Gus Dur Tebuireng Jombang”

  1. wah, seru sekali kelihatannya. semoag anak-anak tambah bahagia punya guru yang baik hati seperti ustadz.

  2. saya salut kepada para guru quran pecinta anak-anak. mereka yang mengajar dengan ikhlas seringkali diabaikan perannya di masyarakat. semoga Allah meridhoi langkah mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *