Apa kabar kawan blogger Indonesia? The Jombang Taste menyapa Anda kembali melalui artikel pengalaman penulis mengikuti kegiatan syiar agama Islam. Kali ini penulis berbagi cerita serunya mengelola sebuah TPQ untuk mengikuti kegiatan karnaval santri TPQ. Persiapan lomba karnaval sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Mulai dari desain banner pawai, membuat alat peraga, melatih lagu dan gerak santri, hingga menyiapkan transportasi kereta kelinci dan jadwal kegiatan santri dan wali santri. Ribet? Tentu saja.
TPQ Al-Mujahiddin Guwo Latsari mengikuti kegiatan Pawai Ta’aruf di Dempok pada Ahad, 26 April 2017 lalu. Acara tersebut digagas oleh Yayasan Belajar Membaca Al-Quran (BMQ) At-Tartil Kantor Cabang Jombang dan dilaksanakan di halaman MI Nurul Iman Desa Dempok Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Partisipasi TPQ Al-Mujahiddin dalam acara ini adalah lanjutan dari Jambore Santri At-Tartil yang diadakan pada Desember 2016 lalu di Kedungbader.
Pawai ta’aruf BMQ At-Tartil Jombang dihadiri tak kurang dari dua puluh kelompok Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) sekabupaten Jombang. Masing-masing TPQ beranggotakan minimal dua puluh orang santri dan melakukan pawai sambil membaca asmaul husna. Rute pawai ta’aruf BMQ At-Tartil Jombang kali ini melalui Desa Dempok ke arah selatan lalu belok ke timur menuju pertigaan Bongsorejo, melewati Desa Bongsorejo, belok kiri ke Bogem dan kembali ke Dempok lagi.
Keunikan pawai kali ini adalah setiap kelompok TPQ diberikan kebebasan berkreasi memakai baju muslim, membawa alat musik tradisional maupun modern, membawa alat peraga, dan pastinya membawakan lagu asmaul husna. Tujuan pawai BMQ At-Tartil ini adalah untuk menggemakan syiar agama Islam di wilayah-wilayah yang belum tersentuh dakwah. Masyarakat diharapkan tertarik mempelajari pendidikan anak secara Islami dengan mengenal lagu-lagu Islami dan kreatifitas masing-masing TPQ.
Bagaimana kesan para peserta kegiatan pawai ta’aruf ini? Melelahkan. Rute yang ditentukan panitia terlalu jauh sehingga peserta anak-anak banyak yang mengeluh. Perjalanan Dempok-Bongsorejo-Bogem berjarak kurang lebih 5 km dan dilakukan di bawah terik matahari. Bisa dibayangkan betapa payahnya anak-anak melalui semua itu. Apalagi peserta pawai yang memakai riasan wajah, tentu saja mereka kepayahan karena berusaha mempertahankan keindahan make up sambil bermandikan keringat.
Semoga panitia lebih jeli memiliki rute untuk kegiatan pawai ta’aruf selanjutnya. Bagaimana anak-anak mau bersenandung asmaul husna sementara mereka sudah kehabisan tenaga untuk berjalan dan berbicara. Belum lagi lelah para peserta yang sudah antri dirias wajah mereka sejak subuh sebelumnya. Berjam-jam menunggu dirias kemudian harus berjalan kaki melewati jalanan kampung tentu bukan perkara mudah. Untungnya, sejam sebelumnya turun hujan gerimis sehingga tanah tidak berdebu.
Sudah capek, tidak dapat piala kemenangan pula. Anak-anak tampak kecewa dengan hasil kegiatan ini. Untuk mengobati kekecewaan mereka, para pengajar TPQ Al-Mujahiddin mengajak anak-anak jalan-jalan ke kawasan wisata religi Gus Dur di Tebuireng. Minimal mereka akan lupa rasa lelah yang baru saja dirasakan. Demikian sekilas cerita pengalaman para santri TPQ Al-Mujahiddin mengikuti kegiatan pawai ta’aruf BMQ At-Tartil.
Semoga artikel ini bisa menginspirasi Anda. Mari selalu mengajarkan kebaikan kepada anak-anak sebagai modal utama hidup mreka. Sampai jumpa di artikel blog The Jombang Taste berikutnya.
Tinggalkan Balasan