Rebana, Antara Suka dan Berisik

Pada suatu hari di sebuah kota kecil yang damai, hiduplah seorang pemuda bernama Raka yang sangat tekun dalam belajar. Setiap harinya ia selalu menghabiskan waktu untuk belajar demi meraih masa depan yang lebih baik. Namun, di balik semangat belajarnya, Raka memiliki satu permasalahan besar: konsentrasinya sering terganggu oleh suara bising di sekitarnya.

Suatu sore yang cerah, Raka sedang asyik menekuni studinya di kamar belajarnya. Ketakutan akan ujian yang akan datang, ia tetap fokus dan menerapkan segala tips dan trik yang ia ketahui agar belajar berjalan maksimal. Namun, suasana damai yang ia harapkan harus pupus, karena tiba-tiba terdengar suara gendang rebana yang sangat keras dari luar rumahnya.

“Argh, sudah berapa kali saja aku terganggu oleh suara rebana itu! Geram sekali!” keluh Raka kesal. Ia lantas mencoba untuk mengabaikan suara tersebut dan kembali menyelami buku tebal yang ada hadapannya. Tapi, upayanya gagal total, sebab ketukan rebana yang berirama makin keras dan membuat suasana belajar semakin kacau.

Raka mulai kehilangkan kesabaran, ia memutuskan untuk mencari tahu sumber suara yang mengganggu konsentrasinya itu. Ia meninggalkan kamarnya dan melihat ke luar jendela, menemukan sekelompok anak-anak sedang bermain rebana di sebuah lapangan terbuka tidak jauh dari rumahnya. Mereka sangat antusias memainkan alat musik tradisional tersebut dengan semangat, birama, dan irama.

Walaupun awalnya Raka merasa kesal, niatnya untuk menegur anak-anak itu mulai meredup setelah menyaksikan betapa gigihnya mereka berlatih rebana. Suara yang awalnya terdengar bising, kini berubah menjadi suara harmonis yang dapat merepresentasikan budaya dan seni daerah yang kental. Perasaan Raka mulai bercampur aduk antara jengkel dan terpukau oleh kepiawaian anak-anak itu.

Kemudian, Raka berpikir untuk mencoba mencari solusi lain agar konsentrasinya tak terganggu lagi. Ia akhirnya memutuskan untuk mencari tempat belajar yang lebih tenang daripada kamarnya, mungkin perpustakaan atau taman yang sepi. Setelah beberapa kali mencoba, Raka menemukan tempat yang cocok untuk belajar tanpa terganggu suara rebana dan sekaligus menghargai kesenian anak-anak tersebut.

Sejak itu, kisah Raka yang terganggu oleh suara rebana menjadi pelajaran berharga baginya untuk mengatasi gangguan konsentrasi saat belajar. Kini, ia lebih toleran terhadap kegiatan orang lain dan mampu mencari solusi terbaik untuk fokus belajar. Di sisi lain, anak-anak yang bermain rebana juga bisa tetap berlatih dengan antusias tanpa merasa memiliki efek negatif.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *