Hari kedua pelaksanaan kegiatan pembelajaran di rumah (home learning) di Kabupaten Jombang berlangsung dengan tidak ada kendala yang berarti. Guru memantau kegiatan belajar siswa dari sekolah. Sementara itu siswa belajar di rumah dengan dampingan orang tua. Anak-anak juga diajarkan untuk menjaga jarak (social distancing) selama mereka bermain dengan teman-teman di luar rumah. Kondisi ini adalah salah satu dampak penyebaran wabah virus Corona atau Covud-19 terhadap dunia pendidikan di Kabupaten Jombang.
Sesuai dengan instruksi Bupati Jombang yang diteruskan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang serta Kementerian Agama Kabupaten Jombang, maka setiap pelajar dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini hingga Sekolah Menengah Atas tidak wajib datang ke sekolah. Sebagai gantinya, mereka wajib belajar di rumah dengan didampingi oleh orangtua masing-masing. Para siswa juga dilarang melakukan aktifitas liburan di luar rumah.
Keputusan Pemerintah untuk melakukan pembelajaran di rumah bagi pelajar dan mahasiswa bukan serta merta dilakukan secara mendadak. Hal ini telah dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang matang. Bahkan pemerintah menyarankan agar perusahaan milik negara maupun perusahaan swasta memberikan kebebasan bagi karyawannya untuk melakukan kegiatan bekerja dari rumah (work from home).
Salah satu tujuan dari home learning adalah mencegah terjadinya kontak antar pelajar yang memungkinkan penyebaran virus Corona semakin meluas dan tidak terkendali. Dampak penyebaran virus Corona di Kabupaten Jombang memang belum menunjukkan tahap yang mengkhawatirkan. Setidaknya sampai penulis menerbitkan artikel ini belum ada satupun penduduk Kabupaten Jombang yang positif terinfeksi Virus Corona. Mudah-mudahan kedepannya tidak ada laporan penyebaran virus Corona di Kabupaten Jombang.
Kegiatan pembelajaran di rumah memungkinkan setiap orang tua dan wali murid untuk berinteraksi lebih intens dengan anak-anak di rumah. Penugasan guru berlangsung melalui komunikasi online, salah satunya melalui pesan di grup WhatsApp masing-masing kelas. Kesempatan ini tidak datang setiap hari mengingat para orang tua sibuk bekerja. Berkat kebijakan home learning maka setiap orang tua mau tidak mau harus merelakan smartphone mereka untuk digunakan mengirim tugas-tugas belajar putra-putri mereka kepada guru kelas dan guru mata pelajaran di sekolah masing-masing.
Home learning memungkinkan setiap orang tua untuk tidak mengeluarkan biaya uang jajan atau uang saku sekolah. Namun sebagai timbal baliknya adalah setiap orang tua menyediakan biaya untuk pembelian paket data internet untuk digunakan mengirim tugas-tugas sekolah putra-putri mereka. Bagi anak-anak, tentu saja pembatasan jatah uang saku ini cukup menyiksa mengingat mereka tidak mendapatkan jatah uang jajan sebagaimana biasanya. Para orang tua pun cukup tersiksa karena mereka harus membantu anak-anak mereka mengerjakan tugas belajar di rumah dengan latar belakang pendidikan yang pas-pasan.
Orang Tua Mengajar Siswa di Rumah
Kabar baik selanjutnya adalah beberapa perusahaan di Kabupaten Jombang memutuskan untuk meliburkan karyawan mereka dari aktivitas bekerja di kantor ataupun pabrik. Anak-anak pun berkesempatan untuk mendapatkan perhatian yang lebih baik dari orang tua mereka selama kegiatan pembelajaran di rumah berlangsung. Sejumlah orang tua mengaku tidak mudah untuk mengajar anak-anak mereka belajar di rumah. Keluhan tersebut dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan orang tua yang tidak mumpuni untuk menjadi seorang pendidik bagi anak-anak mereka dalam mengerjakan soal-soal eksakta di rumah.
Aktifitas pendidikan tinggi di Kabupaten Jombang pun turut terimbas dampak pencegahan virus Corona. Beberapa perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Jombang pun meliburkan mahasiswa mereka dari aktivitas perkuliahan di kampus. Sebagai gantinya, setiap mahasiswa mendapatkan tugas belajar di tempat tinggal mereka, baik di kost maupun pesantren. Mahasiswa mengirimkan tugas melalui pesan elektronik atau email. Pengiriman tugas perkuliahan melalui komunikasi internet bagi mahasiswa sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan tidak terlalu mempengaruhi pola belajar mereka.
Penutupan tempat wisata edukasi pun tidak terelakkan di Kabupaten Jombang. Kawasan wisata religi Makam Gus Dur di Tebuireng ditutup untuk kunjungan umum sejak 16 Maret 2020 lalu, tepat sehari sebelum penulis merencanakan kegiatan ziarah untuk murid-murid kelas 6 sekolah dasar. Tentu saja keputusan ini cukup mengganggu aktivitas pembelajaran diluar sekolah, terutama pendidikan agama Islam. Namun bagaimana lagi, penutupan ini mesti diambil untuk kemanfaatan yang lebih luas terhadap pencegahan wabah virus Corona.
Tokoh masyarakat dan tokoh agama pun sepertinya ikut-ikutan panik menyikapi instruksi penghentian kegiatan belajar di sekolah. Sejumlah kegiatan keagamaan di masyarakat diputuskan untuk diberhentikan sementara sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Aktivitas ibadah berjamaah seperti yasinan, tahlilan, pembacaan sholawat Diba’, manaqiban, dan pengajian umum ditunda pelaksanaannya untuk mencegah aktivitas berkumpulnya masa dan menyebarnya virus Corona. Sebagian masyarakat menyetujui pembatalan ini namun tidak sedikit masyarakat yang menentang pembatasan kegiatan ibadah secara berjamaah.
Bersamaan dengan penghentian kegiatan belajar di sekolah sejak 16 Maret 2020 lalu, penulis memutuskan untuk menghentikan kegiatan pembelajaran santri di Taman Pendidikan Alquran tempat penulis mengajar. Keputusan ini penulis ambil karena desakan para orang tua yang menginginkan anak-anak mereka untuk menjaga jarak dari teman-teman mereka selama bermain di luar. Bisa dipahami mengapa para orang tua khawatir anak-anak mereka tertular virus korona mengingat penyebaran Covid-19 di Indonesia saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan.
Meskipun aktivitas pembelajaran di sekolah-sekolah di Kabupaten Jombang saat ini sudah tidak aktif, namun setiap guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk hadir di sekolah sesuai dengan jam kerja mereka. Kehadiran guru di sekolah mengandung makna bahwa pemantauan aktivitas belajar setiap murid di rumah dilakukan oleh guru-guru di sekolah secara sistemik. Para pelajar di Jombang dijadwalkan akan kembali bersekolah pada Senin, 30 Maret 2020 mendatang. Mudah-mudahan kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran virus korona segera berakhir dan kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung normal kembali seperti semula.
Tinggalkan Balasan