Penulis mulai mempraktekkan metode menghafal Al-Quran secara Super Tahfidz mulai hari ini. Setelah menunggu dua hari sekembali dari pelatihan Super Tahfidz di PAUD Ar-Rahman, penulis sangat terpacu mempraktekkan Super Tahfidz ke murid kelas satu di sekolah dasar tempat penulis mengajar.
Penulis mengawali kegiatan belajar dengan bermain tebak gambar. Langkah ini penulis lakukan untuk memantik rasa ingin tahu siswa kepada hal baru. Penulis meminjam alat peraga gambar-gambar benda dalam bahasa Inggris di Pustaka Latsari. Hanya perlu waktu satu menit untuk merebut perhatian siswa kelas satu yang terbiasa berlarian di dalam kelas.
Rasa ingin tahu siswa telah mendorong mereka untuk berkonsentrasi melihat gambar aneka benda berwarna-warni. Setelah mereka sudah cukup tenang dan dapat memusatkan perhatian ke penulis, penulis lalu mulai membacakan ayat-ayat Al-Quran untuk mereka tirukan secara lafal mulut. Kali ini penulis mengulang hafalan Al-Quran surah Al-Ikhlas. Caranya adalah talqin per ayat. Alhamdulillah mereka mampu mengikutinya dengan baik hafalan per ayat yang pendek.
Kemudian penulis memberi gerakan untuk setiap ayat di dalam QS. Al Ikhlas. Selanjutnya, penulis membentuk kelompok siswa berdasarkan deret, yaitu deret utara sebagai kelompok A, deret tengah sebagai kelompok B dan deret selatan sebagai kelompok C. Setiap kelompok berkompetisi memperagakan bunyi ayat menurut gerakan tangan penulis.
Seru dan menyenangkan. Itulah dua kata yang mewakili praktek Super Tahfidz hari ini. Anak-anak telah belajar menghafal ayat-ayat Al Quran tanpa merasa dipaksa. Lebih hebatnya lagi, setiap siswa terpacu menghafal secara berulang kali tanpa harus disuruh guru.
Di akhir pelajaran perlu ada penyatuan tiga kelompok supaya kembali bisa rukun dalam belajar. Penulis mengadakan icebreaking Benar-Salah untuk membentuk semangat kerjasama para siswa. Kelompok permainan ini mempertandingkan putra melawan putri. Masing-masing kelompok bekerjasama melaksanakan aba-aba dari penulis.
Super Tahfidz memberikan banyak manfaat dalam praktek pengajaran. Pelajaran menghafal Al Quran tidak lagi membosankan karena melibatkan gaya belajar AVK, yaitu auditory, visual dan kinestetik. Setiap siswa menjadi sangat bersemangat belajar di dalam kelas. Penulis pun bisa mengendalikan siswa lebih baik karena tidak perlu memberi hukuman bagi siswa nakal. What an awesome day!
Tinggalkan Balasan