Di tengah hamparan sawah yang hijau di Dusun Sedah, Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, terdapat sebuah artefak bersejarah yang dikenal sebagai Yoni Gambar. Artefak ini, yang sering disebut Mbah Gambar oleh masyarakat setempat, adalah peninggalan dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang menyimpan jejak budaya dan spiritualitas masa lalu. Yoni Gambar bukan hanya benda mati; ia adalah simbol dari peradaban yang pernah berkembang pesat di Jawa Timur, mencerminkan kekayaan seni, agama, dan tradisi pada zamannya. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang Yoni Gambar, termasuk kapan artefak ini dibuat, siapa yang membuatnya, apa fungsinya, dan bagaimana cara melestarikannya agar tetap menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.
Yoni, dalam tradisi Hindu, adalah representasi dari dewi Shakti atau Uma, pasangan dewa Siwa, dan biasanya ditemukan bersama lingga sebagai bagian dari ritual pemujaan. Yoni Gambar di Dusun Sedah memiliki keunikan tersendiri, terutama dengan ukiran naga yang menghiasi ceratnya, yang membedakannya dari yoni-yoni lain di Indonesia. Keberadaannya di lokasi terpencil namun strategis ini menimbulkan banyak pertanyaan tentang asal-usul dan maknanya, yang akan kita jelajahi dalam artikel ini.
Kapan Yoni Gambar Dibuat?
Untuk menentukan kapan Yoni Gambar dibuat, kita harus melihat konteks sejarah Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yang berkuasa dari abad ke-13 hingga abad ke-16 Masehi. Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada, dengan wilayah kekuasaan yang meliputi sebagian besar Indonesia modern, termasuk Jawa Timur. Kabupaten Jombang, tempat Yoni Gambar berada, terletak tidak jauh dari pusat kekuasaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, sehingga artefak ini kemungkinan besar merupakan bagian dari jaringan budaya dan agama kerajaan tersebut.
Berdasarkan gaya seni dan temuan arkeologi, Yoni Gambar diperkirakan dibuat pada abad ke-14 hingga ke-15 Masehi, periode ketika Majapahit sedang berada pada masa keemasan seni dan arsitektur. Pada masa ini, banyak candi, arca, dan artefak keagamaan dibangun untuk mendukung kegiatan spiritual dan politik. Yoni Gambar, dengan detail ukiran naganya, mencerminkan estetika khas Majapahit yang kaya akan simbolisme dan keahlian teknis. Ukiran naga ini bukan hanya hiasan, tetapi juga memiliki makna mitologis yang dalam, yang akan kita bahas lebih lanjut di bagian fungsi.
Meskipun tidak ada prasasti atau dokumen tertulis yang secara eksplisit menyebutkan tanggal pembuatan Yoni Gambar, para ahli menyimpulkan usianya berdasarkan kesamaan dengan artefak lain dari periode Majapahit. Misalnya, penggunaan batu andesit dan teknik pemahatan yang rumit adalah ciri khas seni rupa pada masa itu. Selain itu, lokasi Dusun Sedah yang berada di wilayah agraris menunjukkan bahwa artefak ini mungkin merupakan bagian dari tempat suci pedesaan yang mendukung kehidupan spiritual petani pada masa Majapahit. Dengan demikian, Yoni Gambar dapat dilihat sebagai produk dari masa kejayaan budaya Hindu-Buddha di Jawa Timur.
Namun, perkiraan ini tetap terbuka untuk penelitian lebih lanjut. Ekskavasi arkeologi di sekitar situs Yoni Gambar mungkin dapat mengungkap bukti tambahan, seperti pecahan keramik atau struktur pendukung, yang dapat memperkuat atau memperbaiki estimasi waktu pembuatannya. Untuk saat ini, abad ke-14 hingga ke-15 tetap menjadi periode yang paling masuk akal berdasarkan bukti yang ada.
Siapa Pembuat Yoni Gambar?
Menentukan identitas pasti pembuat Yoni Gambar adalah tugas yang sulit karena keterbatasan sumber sejarah tertulis dari masa Majapahit. Namun, kita dapat membuat dugaan berdasarkan tradisi dan konteks pembuatan artefak keagamaan pada periode tersebut. Yoni Gambar kemungkinan besar diciptakan oleh pengrajin batu terampil yang bekerja di bawah perintah kerajaan, bangsawan lokal, atau komunitas agama Hindu pada masa itu. Pengrajin ini bukan hanya pekerja biasa; mereka adalah seniman yang memiliki keahlian tinggi dalam memahat batu serta pemahaman mendalam tentang simbolisme agama Hindu.
Material yang digunakan untuk Yoni Gambar adalah batu andesit, jenis batu vulkanik yang melimpah di Jawa dan sering dipilih untuk konstruksi candi dan arca karena kekuatan dan daya tahannya. Pemahatan batu andesit membutuhkan alat khusus dan teknik yang canggih, yang menunjukkan bahwa pembuat Yoni Gambar adalah individu atau kelompok dengan pelatihan khusus. Ukiran naga yang rumit pada cerat yoni adalah bukti lebih lanjut dari keahlian mereka. Detail seperti sisik naga dan ekspresi wajahnya menunjukkan tingkat ketelitian yang luar biasa, yang hanya bisa dicapai oleh pengrajin berpengalaman.
Dalam konteks Majapahit, pembuatan artefak seperti Yoni Gambar biasanya merupakan bagian dari proyek yang lebih besar, seperti pembangunan candi atau tempat suci. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa Yoni Gambar diciptakan oleh kelompok pengrajin istana atau seniman yang bekerja di bawah arahan seorang pendeta atau arsitek kerajaan. Pendeta Hindu pada masa itu sering kali memiliki peran penting dalam merancang tempat pemujaan, memastikan bahwa setiap elemen, termasuk yoni dan lingga, sesuai dengan ajaran agama dan kebutuhan ritual.
Namun, tanpa catatan spesifik, kita tidak dapat menyebut nama individu atau kelompok tertentu sebagai pembuatnya. Yang jelas, Yoni Gambar adalah hasil dari kolaborasi antara keahlian teknis dan visi spiritual yang mencerminkan nilai-nilai masyarakat Majapahit. Identitas pembuatnya mungkin tetap menjadi misteri, tetapi warisan mereka hidup melalui artefak ini, yang masih berdiri kokoh hingga hari ini.
Apa Fungsi Yoni Gambar?
Yoni Gambar memiliki fungsi utama sebagai objek pemujaan dalam agama Hindu, mencerminkan peran sentral agama dalam kehidupan masyarakat Majapahit. Dalam tradisi Hindu, yoni melambangkan dewi Shakti atau Uma, sedangkan lingga melambangkan dewa Siwa. Keduanya sering dipasangkan dalam ritual untuk mewakili kesatuan kosmik antara energi maskulin dan feminin, yang dianggap sebagai sumber kehidupan dan penciptaan. Pada Yoni Gambar, terdapat lubang persegi di bagian atasnya yang kemungkinan besar digunakan untuk menempatkan lingga, meskipun lingga yang asli mungkin telah hilang atau rusak seiring waktu.
Salah satu fitur khas Yoni Gambar adalah cerat yang dihiasi ukiran naga. Cerat ini memiliki fungsi praktis dalam ritual Hindu: air suci dicurahkan ke atas lingga, mengalir melalui yoni, dan keluar melalui cerat untuk dikumpulkan sebagai air persembahan atau digunakan dalam upacara penyucian. Air yang mengalir melalui lingga dan yoni dianggap telah diberkati oleh kekuatan ilahi, menjadikannya elemen penting dalam berbagai ritual keagamaan.
Selain fungsi ritualnya, Yoni Gambar juga berperan sebagai penanda wilayah suci. Lokasinya di tengah sawah menunjukkan bahwa area tersebut dulunya mungkin merupakan bagian dari kompleks pemujaan atau tempat suci yang lebih besar. Pada masa Majapahit, tempat-tempat suci tidak selalu berupa candi megah; banyak di antaranya adalah situs sederhana di pedesaan yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk berdoa dan mempersembahkan sesaji. Keberadaan Yoni Gambar di Dusun Sedah bisa jadi menandakan bahwa lokasi ini memiliki makna spiritual khusus, mungkin terkait dengan kesuburan tanah atau perlindungan terhadap bencana alam.
Ukiran naga pada cerat yoni menambah dimensi simbolis pada fungsinya. Dalam mitologi Hindu dan budaya Jawa, naga sering dikaitkan dengan kekuatan alam, kesuburan, dan perlindungan. Naga yang menyangga cerat Yoni Gambar dapat diartikan sebagai pelindung ritual yang dilakukan di situs tersebut, memastikan bahwa air suci yang mengalir tetap murni dan penuh kekuatan spiritual. Dengan demikian, Yoni Gambar tidak hanya berfungsi sebagai alat ritual, tetapi juga sebagai representasi dari kosmologi dan kepercayaan masyarakat Majapahit yang menghormati hubungan antara manusia, alam, dan dewa.
Fungsi Yoni Gambar mungkin telah berubah seiring waktu. Setelah runtuhnya Majapahit dan masuknya Islam ke Jawa, banyak situs Hindu-Buddha ditinggalkan atau dialihfungsikan. Namun, Yoni Gambar tetap bertahan sebagai artefak bersejarah, dan hingga kini, masyarakat setempat masih menganggapnya sebagai benda yang memiliki nilai spiritual, sering disebut “Mbah Gambar” sebagai tanda penghormatan.
Bagaimana Cara Melestarikan Yoni Gambar?
Pelestarian Yoni Gambar adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan pemerintah, masyarakat lokal, dan para pelaku budaya. Sebagai artefak yang terletak di area terbuka, Yoni Gambar menghadapi berbagai ancaman, seperti erosi akibat cuaca, kerusakan oleh vegetasi, dan potensi vandalisme. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan kelestariannya:
1. Konservasi Fisik
Konservasi fisik adalah langkah awal yang krusial. Pembersihan rutin diperlukan untuk menghilangkan lumut, kotoran, dan tanaman yang tumbuh di permukaan batu, yang dapat mempercepat kerusakan. Teknik pelapisan pelindung, seperti penggunaan bahan kimia anti-erosi yang aman untuk batu andesit, dapat membantu melindungi Yoni Gambar dari hujan dan angin. Jika terdapat retakan atau kerusakan, perbaikan harus dilakukan oleh ahli konservasi yang memahami teknik tradisional dan modern untuk menjaga integritas artefak.
Untuk mencegah kerusakan akibat aktivitas manusia, pemasangan pagar pembatas atau tanda peringatan dapat dipertimbangkan. Namun, karena lokasinya berada di tengah sawah, solusi ini harus dirancang agar tidak mengganggu aktivitas pertanian warga. Alternatifnya, penempatan papan informasi sederhana dapat membantu mengedukasi pengunjung tanpa mengubah lanskap secara signifikan.
2. Dokumentasi dan Penelitian
Dokumentasi adalah elemen penting dalam pelestarian jangka panjang. Foto, video, dan catatan tertulis tentang kondisi Yoni Gambar harus dibuat secara berkala untuk memantau perubahan atau kerusakan. Teknologi modern, seperti pemindaian 3D, dapat digunakan untuk menciptakan replika digital artefak, yang berguna untuk studi lebih lanjut atau sebagai cadangan jika terjadi kerusakan parah.
Penelitian arkeologi juga perlu ditingkatkan. Ekskavasi di sekitar situs Yoni Gambar dapat mengungkap struktur atau artefak lain yang terkait, memberikan wawasan lebih dalam tentang konteks sejarahnya. Misalnya, penemuan fondasi candi atau benda-benda ritual dapat memperkuat pemahaman kita tentang fungsi asli Yoni Gambar.
3. Edukasi dan Keterlibatan Masyarakat
Masyarakat Dusun Sedah memiliki peran besar dalam menjaga Yoni Gambar. Program edukasi budaya di sekolah dan komunitas lokal dapat mengajarkan generasi muda tentang pentingnya artefak ini sebagai bagian dari identitas mereka. Kegiatan seperti gotong royong untuk membersihkan situs atau lokakarya tentang sejarah Majapahit dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab warga.
Selain itu, mengadakan festival budaya atau acara tahunan di sekitar Yoni Gambar dapat menjadi cara efektif untuk mempromosikan kesadaran. Misalnya, pertunjukan seni tradisional atau upacara sederhana yang terinspirasi oleh tradisi Hindu dapat menarik perhatian publik dan wisatawan, sekaligus menghidupkan kembali nilai budaya situs tersebut.
4. Perlindungan Hukum
Yoni Gambar harus dilindungi secara hukum sebagai cagar budaya berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pendaftaran resmi sebagai cagar budaya akan memberikan dasar hukum untuk mencegah perusakan atau pencurian, serta memastikan bahwa upaya pelestarian mendapat dukungan dari pemerintah. Kerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur dapat menyediakan sumber daya teknis dan finansial, seperti panduan konservasi atau dana untuk pemeliharaan.
5. Promosi Pariwisata Berkelanjutan
Yoni Gambar memiliki potensi sebagai destinasi wisata budaya. Dengan mempromosikannya sebagai bagian dari jejak sejarah Majapahit di Jombang, situs ini dapat menarik wisatawan yang tertarik pada sejarah dan arkeologi. Namun, pengelolaan pariwisata harus dilakukan secara berkelanjutan untuk menghindari kerusakan. Langkah-langkah seperti membatasi jumlah pengunjung, menyediakan jalur khusus, dan melarang aktivitas yang merusak situs harus diterapkan.
Pendapatan dari pariwisata dapat dialokasikan untuk mendanai pelestarian, seperti pemeliharaan rutin atau program edukasi. Dengan pendekatan ini, Yoni Gambar tidak hanya dilestarikan tetapi juga menjadi sumber kebanggaan dan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.
Kesimpulan
Yoni Gambar di Dusun Sedah, Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, adalah saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 hingga ke-15 Masehi. Dibuat oleh pengrajin batu terampil dari masa itu, artefak bersejarah ini berfungsi sebagai objek pemujaan Hindu yang melambangkan kesatuan kosmik dan kesuburan, sekaligus sebagai penanda wilayah suci. Untuk melestarikannya, diperlukan upaya konservasi fisik, dokumentasi, edukasi masyarakat, perlindungan hukum, dan promosi pariwisata berkelanjutan. Dengan kolaborasi yang baik antara semua pihak, Yoni Gambar dapat terus berdiri sebagai warisan budaya yang menginspirasi dan mengedukasi generasi masa kini dan mendatang tentang kekayaan sejarah Indonesia.
