Belajar di TPQ kadang terasa membosankan bagi sebagian besar kids jaman now. Bagi mereka, berangkat mengaji ke masjid maupun musholla tak ubahnya sebuah rutinitas menjenuhkan. Saat mereka asyik bermain di halaman dan suara adzan ashar terdengar bagai satpam pengingat waktu. Sungguh hal itu tidak menyenangkan bagi mereka. Drama mandi sore dimulai. Emak mulai memerintah dengan suara garang. Mandi yang bersih, pakai baju yang rapi dan segera berangkat mengaji. Perintah itu terdengar setiap sore. Huh! Anak merasa dipaksa untuk mengakhiri sesi bermainnya. Buru-buru berangkat mandi, yang ada adalah orang tua akan melayani perang mulut dengan anak.
Hasil dari pola asuh seperti itu adalah anak tidak memiliki kesadaran untuk mempelajari kitab suci agamanya. Kalaupun mereka jadi berangkat ke TPQ, maka harus ada kompensasi untuk anak. Wujud kompensasi itu adalah uang saku. Celakanya, uang saku itu harus diberikan setiap hari dan menimbulkan efek candu. Anak tidak mau berangkat mengaji jika ia tidak menerima uang saku. Cara mendidik anak seperti ini berbiaya besar. Selain uang saku sekolah di pagi hari, orang tua juga harus memberi uang saku mengaji di sore hari. Alhasil, anak Anda bermental materialistik dan kurang hormat pada orang tua.
Lantas, bagaimana menumbuhkan kesadaran anak agar mereka mau berangkat belajar membaca dan menulis Al-Quran di TPQ? Berpikirlah kreatif dan ambil inisiatif untuk mengubah kebiasaan buruk. Ini dia 3 langkah sederhana yang bisa Anda coba praktekkan untuk menggugah kesadaran anak agar mau berangkat mengaji di TPQ.
1. Bicarakan masa depan
Anggap anak-anak Anda sebagai orang dewasa. Ajak mereka untuk berbicara serius mengenai pendidikan dan rencana masa depan. Misalkan Anda berharap anak Anda selepas menamatkan pendidikan dasar melanjutkan ke pondok pesantren dan menjadi penghafal Al-Quran. Katakan kepada anak bahwa kedua orang tuanya tidak selamanya bisa menemani mereka hidup di dunia. Saat orang tua sudah meninggal dunia, doa anak soleh adalah salah satu harapan utama amal ibadah yang tidak akan terputus pahalanya. Lakukan pembicaraan ini dari hati ke hati, bukan sekedar cerita dongeng di siang bolong.
2. Berhenti memanjakan
Anak yang di masa kecilnya sering dimanjakan maka masa besarnya akan menuai kesulitan. Nasehat bijak ini harus Anda ingat selalu. Berhentilah memanjakan anak dengan menuruti setiap permintaan anak. Anda sebagai orang dewasa harus bisa membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan anak. Jangan mengalah pada permintaan anak untuk memiliki smartphone model terbaru sekalipun anak menangis histeris. Kuatkan hati Anda untuk membiarkan dia menangis. Sekali Anda kalah oleh tangisannya, seterusnya dia akan menggunakan senjata itu untuk menaklukkan Anda. Anda adalah bos dalam pendidikan anak di keluarga. Maka peganglah kendali arus informasi yang masuk ke otak anak.
3. Ciptakan suasana menyenangkan
Cara ketiga menumbuhkan kesadaran anak untuk mengaji di TPQ adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Jika dua poin di atas menjadi tugas orang tua, maka poin nomor tiga ini menjadi tugas para guru TPQ. Ustadz dan ustadzah harus kreatif dalam merekayasa lingkungan kelas di TPQ. Pasanglah dekorasi ruang yang menyenangkan dan bernuansa Islami di kelas TPQ. Ajak mereka bermain seni musik Islami, tari Islami, maupun permainan tradisional Nusantara. Jangan khawatirkan biaya mahal karena kreatifitas seringkali muncul saat berhadapan dengan benda-benda daur ulang. Sikap guru yang menyenangkan ditambah dengan penataan dekorasi yang bagus akan membuat anak betah belajar di TPQ. Pada akhirnya, anak akan rindu untuk berlama-lama belajar dan mengaji bersama ustadz tercinta.
Bisa kita simpulkan bahwa perlu adanya kerjasama antara orang tua dan guru TPQ dalam usaha menumbuhkan kesadaran anak untuk mengaji setiap hari. Orang tua tidak dapat berserah diri kepada ustadz dan ustadzah dalam mendidik anak. Sungguh, tugas guru mengaji akan semakin berat jika Anda sebagai orang tua berpangku tangan menyaksikan kemerosotan moral kids jaman now. Keteladanan orang tua justru menjadi sumber motivasi penting dalam membentuk karakter anak. Nah, sekarang kendali itu berada di tangan Anda. Apakah Anda bersedia terlibat dalam pendidikan anak Islam? Semoga artikel ini bisa menginspirasi setiap orang tua dan guru TPQ dalam mendidik anak.
Tinggalkan Balasan ke Sultan Batalkan balasan