Bank sampah minyak jelantah berada di Dusun Jaraktegal Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang. Bank sampah minyak jelantah di Desa Jarak mulai beroperasi sejak dua pekan lalu. Kegiatan menghimpun minyak jelantah di Desa Jarak dilakukan oleh Evin Sudarwati. Evin Sudarwati adalah salah satu warga Desa Jarak yang memiliki perhatian pada pengelolaan minyak jelantah. Penulis berkunjung ke bank sampah minyak jelantah yang berada di kediaman Evin di Desa Jarak pada Minggu, 26 Juli 2020 kemarin.
Minyak jelantah adalah minyak goreng sisa dari kegiatan memasak dan menggoreng yang dilakukan oleh warga setiap hari. Pendirian bank sampah minyak jelantah di Desa Jarak bertujuan untuk pelestarian lingkungan dari pencemaran. Sangat disayangkan jika minyak jelantah bekas penggorengan warga langsung dibuang ke selokan dan akhirnya mencemari sungai-sungai di Wonosalam yang terkenal masih asri dan memiliki mata air jernih.
“Jangan sampai sungai kita menjadi kotor karena polusi minyak jelantah dari limbah rumah tangga,” ujar Evin di awal pertemuan dengan penulis.
Usaha menghimpun minyak jelantah ini sekaligus menjadi upaya Evin untuk meningkatkan kesadaran warga Desa Jarak dalam menjaga kesehatannya.
“Selama ini minyak goreng digunakan memasak oleh warga berulang kali dan membawa dampak tidak baik bagi kesehatan. Oleh karena itu pengelolaan bank sampah minyak jelantah ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat setempat,” demikian dijelaskan Evin dengan antusias.
Proses pengumpulan minyak jelantah bekas penggorengan warga dilakukan dengan cara menyediakan jerigen-jerigen kosong berukuran besar. Evin Sudarwati tak lelah menghimbau warga untuk mengumpulkan minyak jelantah ke dalam botol kemasan 600 ml. Setelah minyak jelantah terkumpul dalam kemasan botol, botol minyak jelantah itu disetorkan ke bank sampah minyak jelantah dengan imbal balik uang dengan nominal tertentu.
Evin Sudarwati tidak bergerak sendirian dalam program bank sampah ini. Bersama dengan anggota Komunitas Blogger Jarak, perempuan periang dan selalu bersemangat ini aktif melakukan kegiatan sosialisasi pentingnya bank sampah di kawasan pedesaan. Evin Sudarwati bersama dengan seluruh warga Desa Jarak tergabung dalam Kawasan Mandiri dan Berdaya yang dimotori Yayasan Yatim Mandiri. Mereka berupaya membangun kemandirian Desa Jarak secara ekonomi dengan cara memberdayakan berbagai potensi alam dan potensi sumber daya yang dimiliki oleh warga Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.
“Saat ini kami belum memiliki mesin pengolahan minyak jelantah sehingga minyak jelantah dari warga Desa Jarak dikirim ke pabrik pengolahan minyak jelantah di Kota Sidoarjo,” imbuh Evin Sudarwati.
Pengolahan Minyak Jelantah
Berdasarkan penelitian penulis terhadap sejumlah aktivitas bank sampah minyak jelantah, setidaknya terdapat dua jenis pengolahan minyak jelantah bekas aktifitas penggorengan rumah tangga. Pengolahan minyak jelantah yang pertama adalah untuk diolah menjadi minyak goreng curah. Sedangkan pengolahan minyak jelantah jenis kedua adalah sebagai bahan baku biodiesel.
“Minyak jelantah dari warga Desa Jarak tidak diolah kembali menjadi minyak goreng curah, tetapi diolah menjadi bahan bakar biodiesel,” ucap Evin Sudarwati.
Minyak jelantah yang diolah menjadi minyak goreng curah umumnya menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai katalisator yang menghasilkan minyak goreng curah berwarna bening dan tidak keruh. Hidrogen peroksida merupakan zat kimia yang berbahaya jika dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, konsumsi minyak goreng curah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Berdasarkan riset ilmuwan, konsumsi hidrogen peroksida dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko darah darah tinggi, diabetes dan stroke.
Menurut pengakuan Evin Sudarwati, tantangan dalam pengelolaan bank sampah minyak jelantah di Desa Jarak adalah menumbuhkan kesadaran di kalangan warga bahwa pengolahan minyak jelantah menjadi minyak curah tidak baik untuk kesehatan. Kendati demikian, warga Desa Jarak masih banyak yang mengumpulkan minyak jelantah kepada para pengepul yang akan mengolah minyak jelantah menjadi minyak curah.
Selain berusaha menumbuhkan kesadaran warga untuk menjaga kesehatan diri, Evin Sudarwati juga berhadapan dengan para tengkulak minyak jelantah yang seringkali mempermainkan harga di pasar untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan mengabaikan faktor kesehatan masyarakat dalam jangka panjang.
“Hambatan kami dalam menggalakkan bank sampah minyak jelantah di Desa Jarak adalah persaingan harga minyak jelantah di pasar oleh tengkulak nakal,” imbuh Evin.
Misalkan bank sampah minyak tanah mematok harga Rp3.000 per kg minyak jelantah yang akan diolah menjadi bahan bakar biodiesel. Namun ternyata pengepul minyak jelantah yang akan mengolah minyak jelantah menjadi minyak goreng curah mampu membayar minyak jelantah tersebut seharga Rp5.000 per kg. Motif ekonomi menjadi hambatan paling serius bagi pegiat bank sampah minyak jelantah dalam menumbuhkan kesadaran warga untuk menjaga kesehatan mereka.
“Mudah-mudahan warga Desa Jarak semakin menyadari pentingnya berpartisipasi dalam program bank sampah minyak jelantah. Semoga lingkungan tempat tinggal kita tetap bersih dan warga desa selalu terjaga kesehatannya berkat keberadaan bank sampah minyak jelantah ini,” demikian Evin Sudarwati berharap di akhir pertemuan dengan penulis pertemuan dengan penulis.
Anda dapat berpartisipasi dalam program bank sampah minyak jelantah dengan ikut mengirimkan minyak jelantah dari limbah rumah tangga Anda. Anda dapat menghubungi Evin Sudarwati di nomor WhatsApp berikut +62 812-1626-1064. Mari bersama-sama kita menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesehatan tubuh kita masing-masing!
Tinggalkan Balasan ke Adit Prayoga Batalkan balasan