Bulan puasa identik dengan petasan atau mercon. Tidak peduli saat ini sedang musim operasi pencegahan tindak teroris, pedagang petasan masih leluasa menjalankan praktik jual-beli mercon. Sudah terlanjur salah-kaprah, kebiasaan menyulut mercon pada bulan Ramadhan dianggap warga sebagai hal yang wajar. Bahkan ada kecenderungan warga memberi ruang bagi anak-anak untuk menyalakan petasan.
Petasan memiliki banyak dampak negatif selain kesenangan sesaat yang ditimbulkan. Akibat buruk dari ledakan mercon adalah mengganggu aktifitas ibadah di bulan puasa. Kids jaman now bertindak makin liar karena paparan online games. Mereka menyalakan petasan dimana saja tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Halaman masjid menjadi tempat favorit bagi anak-anak untuk menyalakan mercon. Selain itu, halaman sekolah dasar juga tak luput dari incaran remaja untuk melakukan pemberondongan massal di hari Lebaran.
Mercon adalah candu bagi pelakunya, sama seperti rokok, minuman keras dan obat-obat terlarang. Kebiasaan menyalakan mercon juga berdampak pada kondisi keuangan anak-anak. Mereka memiliki tuntutan diri untuk dapat meledakkan mercon secara rutin. Inilah awal mula perilaku boros keuangan. Ketidakmampuan anak-anak menghasilkan uang menggiring mereka pada aksi meminta uang pada orang tua. Tidak menutup kemungkinan jika kelak mereka akan melakukan segala cara agar bisa mendapatkan uang.
Bagaimana cara menghentikan tradisi menyalakan petasan pada bulan puasa di kalangan anak-anak?
Menghentikan peredaran petasan bukanlah perkara mudah. Ini seperti menghentikan pedagang kurma berjualan buah kurma di bulan Ramadhan. Jumlah pedagang petasan memang tidak banyak. Namun jumlah mereka akan selalu terpelihara karena hukum permintaan di pasar berbanding lurus dengan penawaran. Semakin besar permintaan suatu barang, maka semakin besar pula penawaran barang tersebut dilakukan kepada calon konsumen. Selama masyarakat masih permisif terhadap aksi menyulut mercon, produksi mercon akan terus berlangsung.
Pihak yang berkepentingan memutus mata rantai persebaran mercon adalah kepolisian. Mereka memiliki kebutuhan menjaga keamanan dan menciptakan kestabilan keamanan di masyarakat. Tak heran jika pihak kepolisian berulangkali melakukan razia petasan di sejumlah wilayah penghasil petasan di Kabupaten Jombang. Tujuan razia sudah jelas, yaitu menghentikan produksi serbuk kimia dalam petasan yang memiliki daya ledak tinggi.
Komunikasi efektif dalam lingkungan keluarga berperan penting dalam mencegah anak-anak memakai petasan sebagai media hiburan sehari-hari. Orang tua harus menanamkan pentingnya menghormati orang-orang yang sedang beribadah dan tidak membuat gaduh di sekitar tempat ibadah. Anak-anak pun harus diajarkan literasi keuangan agar dapat membedakan mana kebutuhan hidup dan mana keinginan hidup. Dengan memahami skala prioritas pengeluaran, anak-anak akan dapat menahan diri untuk tidak membeli mercon di bulan puasa.
Bagaimana dengan suasana Ramadhan di kampung halaman Anda? Apakah masyarakat disana juga mendukung anak-anak mereka bermain petasan?
Stop main petasan. Mending baca Quran.
Umbaren ae mas. Engkok nek tangane wis pedot lak arek-arek kaet kroso.
Laporno polisi ae mas. Ben ketangkep jongor.
Kasih daah… sesekali gak apa.
Duit kok dibakar. Lbh baik dipakai utk beli beras.
Petasan bisa bikin celaka.
Puasa tanpa mercon ibarat sambel tanpa cabe. Hambar!
Duitnya mending buat beli bakso saja.
Petasan bikin duit jadi sampah. Mending buat yg lain aja.