Menyusun Syahadat Cinta di Hari Pertunangan Bahagia

Artikel Ushul Fiqh - Penggalian Hukum Islam dari Dalil-dalil

Setiap manusia tidak pernah tahu kapan rasa cinta itu datang dan bertahta di dalam hatinya. Manusia hanya mahir merencanakan segala kata-kata dan tindakan untuk orang yang dicintainya. Cinta tidak dapat ditolak dan juga tidak dapat dikejar. Ia akan hadir tepat pada waktunya di hati yang mampu memaknainya. Apalah daya manusia jika Sang Mahadaya Cinta telah menumbuhkan rasa kasih dan sayang di dalam hati untuk seseorang yang istimewa.

Itulah yang terjadi antara aku dan dirimu saat ini. Kita tidak pernah menyangka akan dipertemukan Allah dalam kondisi pandemi seperti ini. Setahun yang lalu seharusnya kita sudah saling mengenal, setidaknya sekedar mengetahui nama dan bertukar nomor WhatsApp. Tapi nyatanya kita tidak dapat saling tahu dan mengenal satu sama lain meskipun saat itu kita berada dalam satu barisan yang sama dalam kegiatan karnaval peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus 2019.

Kesempatan kedua bagi kita untuk bertemu seharusnya terjadi pada Oktober 2019 lalu dalam acara perkemahan Pramuka hari Sabtu dan Minggu di lapangan kecamatan. Tapi nyatanya Allah berkehendak lain. Walaupun kita berada dalam satu tempat yang sama, nyatanya penglihatan kita baru terbuka berbulan-bulan lamanya setelah acara tersebut usai. Aku dan dirimu masih terlalu jauh untuk saling mengenal walaupun mungkin engkau telah mengenalku sebagai orang yang berada di atas panggung dan berkoar-koar dengan pengeras suara.

Bukannya kesempatan itu tidak pernah datang kepada kita berdua untuk saling berjumpa. Pada Desember 2019 lalu seharusnya aku pun sudah tertarik untuk mengenal namamu atau sekedar menyapamu. Tapi ternyata kebersamaan kita selama dua pekan menyiapkan lomba senam tidak juga berhasil mendekatkanku dengan dirimu. Tugasku sebagai videografer yang menyorot segala lekuk tubuhmu pun tidak berhasil menarik minatku untuk mengenal lebih dekat denganmu. Ya, itulah yang namanya perasaan. Kita tidak bisa mengendalikan rasa cinta dengan akal logika dan kemauan.

Seorang teman memberikan nomor kontak WhatsApp milikmu pada 21 April 2020. Keesokan harinya, 22 April 2020 tepat sehari sebelum datangnya bulan Ramadan aku pun telah hadir di rumahmu. Tujuanku berkunjung ke rumahmu saat itu hanyalah ingin mengenalmu lebih dekat. Aku tidak berani terlalu berharap mengingat aku bukanlah orang yang mudah jatuh cinta pada orang yang baru kenal. Aku hanya bisa mempercayakan hati pada orang-orang yang telah ku kenal dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Namun apa mau dikata, dorongan rasa suka semakin membesar dan akhirnya terkumpul menjadi rasa sayang serta ingin memiliki dirimu seutuhnya.

Bertahun-tahun lamanya kupertahankan kesendirianku dalam penjara egoisme. Aku tidak mau menjalin hubungan dengan perempuan yang aktif berorganisasi. Aku tidak mau ditinggal sendirian tiap malam. Aku tidak mau berdebat serius dalam berumah tangga. Aku tidak mau dia berbagi senyum untuk lainnya. Tapi segala kemauanku terkikis habis saat kusadari ego diri telah meracuni pikiranku. Aku lupa bahwa sebelum menuntut haknya, seseorang harus lebih dulu melakukan kewajibannya. Semua prasyarat di atas tidak berlaku lagi saat kesadaran diri muncul bersamaan dengan tumbuhnya cinta kasih di hati.

Hari ini Senin, 10 Agustus 2020 kita berdua telah mengingatkan janji melalui proses khitbah atau pertunangan. Syahadat cinta ini merupakan langkah awal bagi kita berdua untuk membangun hubungan cinta yang lebih serius menuju rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Selama sepuluh hari terakhir ini kuakui aku tidak bisa tidur dengan tenang karena kebahagiaan yang membuncah terlalu sulit untuk ku abaikan. Mulai malam ini rasanya aku bisa tertidur dengan lelap sambil mengingat wajah manismu. Kuharap engkaulah jawaban dari setiap doa yang kupanjatkan di bulan Ramadhan selama sepuluh tahun terakhir ini.

Masih teringat dengan jelas momen sakral tadi siang. Keluarga besar kita telah terkumpul. Senyum Emak terkembang lebar saat melihat kita berdua berfoto saling bersebelahan. Tangan Emak pun terlihat gemetaran saat memasangkan cincin emas di jari manismu. Tidak pernah kulihat ia sebahagia ini sebelumnya. Aku berharap kebahagiaan di hati Emak terus bertahan seumur hidupnya. Mari kita berdua menemani masa-masa tua beliau dan memberikan segenap perhatian di usianya yang makin senja.

Kini kuakui aku telah jatuh cinta kepadamu. Tak pernah kurasa segila ini karena seorang perempuan. Terima kasih telah menerimaku sebagai seorang calon suami amatiran yang belum berpengalaman dalam meneguhkan rumah tangga kehidupan. Kelak engkau jangan ragu untuk mengingatkanku jika aku sampai melenceng dari jalan kebenaran saat menjadi imammu. Kita dipertemukan Allah dengan sepaket kelebihan dan kekurangan. Semoga Allah meridhoi dan memudahkan segenap langkah kita menuju ke jenjang pernikahan. Aamiin.

Komentar

5 tanggapan untuk “Menyusun Syahadat Cinta di Hari Pertunangan Bahagia”

  1. Avatar Burhan Wijaya
    Burhan Wijaya

    Selamat berbahagia Pak! Semoga lancar sampai dengan hari pernikahan dan menghasilkan keluarga sakinah, mawadah, warohmah.

  2. Avatar Emak Blogger
    Emak Blogger

    Congratulation Pak Agus! semoga Anda berdua berjodoh sampai surga nanti. Jangan lupa memberi kabar kepada teman-teman dan saudara mengenai waktu akad nikah sehingga tidak timbul fitnah di masyarakat.

  3. Avatar Eva Mocca
    Eva Mocca

    Congrats, Mister Agus! semoga kegiatan pernikahan dipermudahkan dan diberikan jalan menuju rumah tangga yang rukun, berkelimpahan rezeki, dan diberkahi putra-putri yang banyak.

  4. Avatar Memo Gonzales
    Memo Gonzales

    Uwuuuu bangets. mudah-mudahan lancar sampai dengan hari H karena pelaksanaan hajatan apapun di era new normal ini pasti berjalan tidak akan mudah.

  5. Avatar Crisna Perdana
    Crisna Perdana

    Congrats, bro! Jgn lupakan kami yg masih jomblo. Hahaha… kita semua menyadari bahwa perpisahan itu adalah hal yang sangat mungkin dalam berteman. Semoga dengan berumah tangga sekalipun kita tidak akan pernah terputus persahabatan walaupun komunikasi mungkin hanya bisa melalui smartphone saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *