Saat ini sedang berlangsung masa orientasi studi mahasiswa baru di banyak universitas dan perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan itu umumnya dikenal sebagai OSPEK dan berlangsung selama beberapa hari berturut-turut dalam satu pekan. Pada beberapa universitas berbasis entrepreneur dan pesantren, sebutan OSPEK adalah POSMARU (Pekan Orientasi Studi Mahasiswa Baru). OSPEK dianggap sebagai jalan awal bagi mahasiswa dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan metode pendidikan baru di kampus.
Rangkaian acara OSPEK saat ini menuai pro dan kontra, baik dari kalangan orang tua mahasiswa maupun para akademisi. Sejak dulu OSPEK terlanjur dicap sebagai ajang balas dendam mahasiswa senior kepada mahasiswa baru. Mahasiswa baru pun ‘dikerjai’ dengan syarat wajib memakai atribut dan membawa perlengkapan yang ‘nyleneh. Misalnya, mahasiswa baru diperintahkan membuat kartu identitas dengan menyertakan foto diri dengan pose yang paling jelek. Tak jarang, mahasiswa baru harus pasrah diperintahkan melakukan hal-hal yang tidak bermoral.
Dalam ketentuan DIKTI menyebutkan bahwa tidak boleh ada kekerasan dan penyalahgunaan wewenang bagi panitia OSPEK dalam menjalankan tugas. Salah satu ketentuan itu mensyaratkan jam efektif OSPEK paling lama pukul 16.00 waktu setempat. Dengan demikian, jika ada universitas yang melaksanakan OSPEK melebihi waktu tersebut dapat dinyatakan menyalahi ketentuan DIKTI. Kondisi ini memungkinkan terjadinya keluhan dari diri mahasiswa baru maupun orang tua atau wali mahasiswa.
Efektifitas kegiatan OSPEK dapat dilihat dalam kurun waktu lama setelah pelaksanaannya. Benarkah mahasiswa sudah tersadarkan diri untuk mengubah pola belajar mereka mengikuti sistem akademik SKS. Apakah beberapa hari pelaksanaan OSPEK sudah mampu memberikan gambaran umum lingkungan baru kampus kepada mahasiswa baru. Atau jangan-jangan OSPEK hanya digunakan sebagai ajang balas dendam kepada mahasiswa baru pada tahun akademik tahun berikutnya.
Kalau memang pelaksanaan OSPEK hanya menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari, maka lebih baik kegiatan ini dihapuskan. Bukankah masalah adaptasi lingkungan dapat dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa baru. Bukankah saat ini sudah tersedia teknologi internet yang memudahkan mahasiswa baru untuk mencari tahu tips dan trik belajar di kampus. Keluhan peserta OSPEK dan orang tua mahasiswa menjadi pertimbangan penting apakah budaya OSPEK masih layak diteruskan.
Bagaimana dengan pendapat Anda?
Masih baik kok. Hanya saja pelaksanaannya perlu dikontrol lebih lanjut biar nggak ada korban perploncoan.
terima kasih info tentang : ospek maba sangat bermanfaat.
semoga website ini terus menyajikan info, berita, dan artikel yang menarik dan bermanfaat.
Tdk perlu ospek. Buang-buang waktu saja.
Hapus ospek. Tidak perlu ospek pun bisa kuliah.
Aspek masih diperlukan untuk mengenal lingkungan kampus. Selain itu para mahasiswa baru juga perlu beradaptasi dari model belajar SMA menjadi model belajar mahasiswa di perguruan tinggi. Hal inilah yang harus kita sadari bersama.