Aku Sekolah untuk Menjadi Pekerja, Bukan Pemikir

Pada suatu sore seorang anak bernama Joko pulang dari sekolah dengan wajah lesu. Ia menyerahkan rapotnya kepada ibunya, dan mengungkapkan kekecewaannya tentang nilai-nilainya yang buruk dalam mata pelajaran teori. Joko adalah anak yang mahir dalam praktik kerja lapangan dan pekerjaan tangan, namun ia selalu mengalami kesulitan dalam menyerap teori-teori kompleks.

“Mama, aku tidak bisa menangkap semua teori yang diberikan guru, aku lebih suka melakukan sesuatu daripada berpikir tentang teori,” keluh Joko.

Mendengar ini, ibunya tersenyum lembut dan berkata, “Joko, sekolah tidak hanya mengajarkan kita untuk menjadi pekerja, tapi juga pemikir. Keduanya berjalan bersama-sama.”

Namun, Joko masih merasa bingung. Ia merasa tekanan untuk menjadi lintas batas dan merasa bahwa dunia menuntut lebih banyak pekerja ketimbang pemikir. Hari-hari berikutnya di sekolah tidak berubah. Joko masih merasa tertekan dengan tugas-tugas teoretis dan inovatif.

Pada suatu hari, seorang guru baru datang ke sekolah Joko. Guru baru ini bernama Pak Budi dan memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengajarkan pelajaran. Pak Budi percaya bahwa sekolah seharusnya mendorong setiap individu untuk berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Pak Budi dengan sabar membantu Joko dan siswa lainnya untuk menemukan minat dan bakat mereka sendiri. Ia mengajarkan bahwa menjadi pekerja adalah bagian penting, tetapi pemikir juga memiliki peran yang sama pentingnya. Meski begitu, ia juga menekankan bahwa menjadi pekerja bukan berarti seseorang tidak perlu berpikir.

Melalui pendekatan inovatif dan dengan memberikan tugas-tugas yang memadukan antara teori dan praktek, Pak Budi membantu siswa untuk memahami bahwa pekerjaan dan pemikiran bukanlah dua hal yang terpisah – konsep inilah yang Joko sebelumnya tidak pahami.

Setelah beberapa waktu, Joko mulai untuk memahami dan menerima konsep ini. Ia mulai menikmati proses belajarnya dan menemukan banyak nilai dalam studinya. Dengan bantuan Pak Budi, Joko mulai sadar bahwa sekolah bukan hanya tempat di mana ia belajar untuk menjadi pekerja, tetapi juga tempat ia belajar untuk menjadi seorang pemikir.

Dari cerita ini, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah gabungan antara ketrampilan dan pemahaman, dan seorang siswa tidak harus memilih antara menjadi pekerja atau pemikir, karena kedua hal tersebut seharusnya berjalan bersama.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *