Masa menjadi mahasiswa dan kuliah di perguruan tinggi adalah waktu yang menyenangkan sekaligus membanggakan bagi kebanyakan remaja masa kini. Terasa menyenangkan karena saat kuliah itulah jati diri dan karakter seseorang terbentuk. Terasa membanggakan karena label mahasiswa memiliki prestise tinggi di masyarakat. Tidak semua pemuda mampu kuliah di perguruan tinggi, entah perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Masa kuliah menjadi waktu yang tepat dalam melegalkan budaya hedonis dan hura-hura di kalangan remaja. Apapun perbuatannya bisa dimaklumi atas dasar kebebasan iklim demokrasi dan memanfaatkan momentum ledakan ekspresi terselubung. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang benar-benar serius kuliah, itupun karena tuntutan biaya karena kuliah gratis bidikmisi.
Begitu baju toga terpakai, lupakan semua romansa masa mahasiswa. Sekalipun Anda adalah sosok hebat dibalik perkembangan organisasi mahasiswa, lupakan semua jasa Anda. Pakaian toga yang Anda kenakan saat wisuda adalah seperangkat instrumen yang diharapkan mampu menyadarkan Anda untuk mengamalkan ilmu dan pengetahuan.
Anda bukan makhluk jenius yang pandai berteori dan merangkai kata menjadi kalimat. Anda adalah subyek perubahan budaya di lingkungan masyarakat. Jika waktu empat tahun kuliah Anda isi dengan hura-hura resmi remaja, maka topi toga adalah penutup segala kesalahan masa lalu sekaligus alat berteduh dari ujian kehidupan di bawah panas dan hujannya lingkungan nafas Anda.
Tak salah jika para penulis mengibaratkan mahasiswa jenis tersebut terkena penyakit syndrome romansa mahasiswa abadi. Mereka tidak mampu menerima kenyataan bahwa waktu bersenang-senang di kampus sudah usai. Mereka lupa bahwa ada tugas pengabdian masyarakat yang lebih besar tanggung jawabnya daripada Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Perubahan yang sangat drastis berikutnya adalah para alumni mahasiswa harus mampu mandiri secara finansial, emosional dan spiritual. Kalimat terakhir inilah tantangan yang paling besar. Sebagian besar mahasiswa masih menggantungkan keuangan mereka pada orang tua. Kini masyarakat menuntut lebih. Anda dituntut berkontribusi secara nyata kepada masyarakat ditempat tinggal Anda.
Jgn kelamaan kuliah. Ilmu tuh bisa didapet dimana saja.
Ayo bangun! Jangan tidur saja.
Semua ada masanya. Ikhlaskan saja kenyataan bahwa dirimu bkn lagi idola kampus. Hihihi…
Ayo move on! Belajar adalah keharusan setiap manusia. Tapi jadi mahasiswa jangan lama-lama. Kasihan ortu kasih biaya tiap semester.
Kalo mau jadi mahasiswa abadi, kapan kamu nikahnya? Wkwkwkwk…
Ingat umur dong mas. Klo sdh lulus ya jgn mengulang lagi.
Semangat muda yg kritis terus membara. Itulah jiwa aktivis sejati.
Life has gone on. Move on dong mas.
Yang pengen jd mahasiswa abadi biasanya anak mama yg maunya dpt jatah bulanan tanpa bekerja.
Gampang! Nikahi anak Pak Dosen. Habis perkara.
Sama kayak sindrom SMA. Maunya jadi remaja terus.
Romansa SMA tak pernah terlupa. Hahaha…
It’s oke mengenang masa lalu sbg pelajaran hidup, tp jgn hidup di masa lalu.
Terima kasih atas informasinya,
Memang dalam masa2 kuliah pasti ada cobaan yg menghadang,entah itu seperti malas atau lebih senang main2 dsb,tapi kita harus semangat,inget masa depan dan orang yg selalu mendukung kita.jangan sampai kita terjebak syndrome romansa mahasiswa abadi.
Tulisan bagus dan unik khas pelaku.
Buruan lulus. Jgn mau jadi mahasiswa abadi.
Masa lalu biarlah masa lalu.
Jangan kau ungkit jangan ingatkan lagi.