Selama beberapa tahun lalu saya aktif mengikuti PGPQ di Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. BMQ yang dipakai sebagai bahan ajar adalah At-Tartil yang disusun oleh Ustadz Imam Syafi’i, M. Fahrudin Sholih, dan Masykur Idris. Sejauh ini saya merasa nyaman dan sesuai dengan metode pengajaran yang dipakai. Kemampuan membaca Quran saya lebih baik dari sebelumnya sehingga saya bisa lebih percaya diri mengikuti kegiatan agama di masyarakat Desa Latsari.
Bagaimana penjelasan metode pengajaran PQPG yang digunakan oleh BMQ At-Tartil? Secara garis besar, saya dapat menjelaskan metode pengajaran BMQ At-Tartil sebagai berikut. Buku panduan pengajaran BMQ At-Tartil sebenarnya adalah banyak. Mulai dari buku panduan untuk para pengajar, buku absensi, kartu prestasi, hingga buku panduan membaca Quran untuk santri. BMQ At-Tartil juga menyediakan alat peraga yang memudahkan para guru mengajar santri tanpa harus menulis di papan tulis.
Buku panduan untuk santri terdiri dari 6 jilid, yaitu jilid 1 hingga jilid 6. Metode pengajaran PGPQ At-Tartil sebagian besar menggunakan sistem klasikal penuh. Misalnya untuk tingkat dasar A1 (jilid 1), maka sistem klasikal penuh menggunakan rasio 1 : 1 : 15. Artinya, dalam 1 kelas terdapat 1 pengajar dengan jumlah santri 15 orang. Bila kurang atau lebih dari 15 santri, maka bukan sistem klasikal penuh lagi namanya. Selain klasikal penuh, terdapat cara pengajaran secara semi klasikal dan privat.
Metode Pengajaran Jabaroil BMQ At-Tartil
Metode pengajaran Taman Pendidikan Quran (TPQ) BMQ At-Tartil yang digunakan adalah Metode Jabaroil. Hal ini mengacu kepada cara Malaikat Jibril mengajar Nabi Muhammad ketika pertama kali mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Metode Jabaroil mengajarkan kepada para ustadz/ustadzah untuk mengulang bacaan yang dibahas minimal tiga kali. Cara pengulangannya pun dilakukan dengan kreatifitas nada lagu tertentu sehingga tidak terdengar membosankan di telinga santri.
Setiap pertemuan pengajaran TPQ memakan waktu 90 menit yang dibagi menjadi dua, yaitu program inti dan program penunjang. Program inti berlangsung selama 60 menit yang dibagi menjadi beberapa sesi, yaitu doa pembuka selama 10 menit, pokok bahasan (talqin dan Ittiba’) selama 20 menit, dan evaluasi santri selama 30 menit. Untuk 20 menit penjelasan materi, ustadz/ustadzah dapat menggunakan alat bantu berupa alat peraga dan buku At-Tartil yang dimiliki oleh santri.
Selain program inti, terdapat pula program penunjang TPQ selama 30 menit. Program penunjang diperlukan agar setiap santri memiliki pengetahuan agama yang menyeluruh, bukan hanya pintar membaca Al-Quran saja. Program penunjang kelas TPQ berisi pengajaran yang disesuaikan dengan tingkat belajar santri. Misalkan, bagi santri kelas Jilid 1, maka program penunjang bisa diisi dengan hafalan surat pendek, niat berwudhu, dan niat sholat.
Mohon diingat bahwa alokasi waktu yang tersebut di atas tidak bersifat mengikat. Setiap ustadz/ustadzah bisa menyesuaikan penggunaan waktu belajar di TPQ menurut kondisi kelas, jumlah santri, daya tangkap belajar, dan beberapa faktor insidentil lainnya. Itulah sedikit pengetahuan yang bisa saya bagi mengenai BMQ At-Tartil. Semoga artikel ini bisa membantu rekan-rekan ustadz dan ustadzah agar lebih bersemangat dan berinovasi dalam pengajaran Al-Quran melalui lembaga TPQ.
Tinggalkan Balasan