Pada suatu pagi yang cerah, seorang ibu bernama Maya merasa sedikit cemas dan bingung. Anak perempuannya, Sarah, telah memasuki usia sekolah dan akan memulai minggu pertama sekolah full day selama lima hari. Ini adalah langkah besar bagi Sarah dan juga untuk Maya sebagai seorang ibu.
Saat Maya menyiapkan sarapan untuk Sarah, dia tidak bisa menahan rasa kekhawatirannya. Dia bertanya-tanya apakah Sarah akan baik-baik saja di sekolah sepanjang hari. Setelah sarapan, mereka berdua berpakaian dengan rapi dan Maya memberi tahu Sarah tentang semua petualangan yang menunggunya di sekolah.
Ketika mereka tiba di sekolah, Maya melihat sekelompok anak-anak riang gembira bermain di halaman sekolah. Maya mencium aroma harum kebahagiaan dan kehangatan di udara, mengingatkannya akan masa kanak-kanaknya sendiri. Namun, saat melihat Sarah yang tegang dan cemas, Maya merasa hatinya berdebar.
Maya melepas pelukannya dengan penuh kasih sayang, memberikan semangat kepada Sarah untuk menjalani hari pertamanya dengan percaya diri. Namun, saat waktu berjalan, Maya merasakan kekosongan yang tak terduga. Rumah yang biasanya penuh tawa dan suara riang kini terasa hampa.
Setiap hari, Sarah menghabiskan waktu di sekolah tanpa ada lagi waktunya untuk bersama ibunya selama lima hari berturut-turut. Maya merindukan saat-saat kualitas yang biasa mereka habiskan bersama. Terkadang, Maya merasa kesepian dan kelelahan karena kurangnya interaksi dengan Sarah.
Namun, Maya adalah seorang ibu yang kuat dan bijaksana. Dia tahu bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidup Sarah dan tidak boleh membiarkan kekhawatiran itu mengendalikannya. Maya mencari cara untuk tetap terhubung dengan Sarah saat mereka berdua tidak berada di sini.
Maya memutuskan untuk menciptakan perubahan positif dalam dirinya sendiri. Dia bergabung dengan kelompok orang tua sekolah dan membantu mengorganisir kegiatan di sekolah. Setiap minggu, Maya menghadiri pertemuan ibu di sekolah dan menjalankan proyek kreatif bersama.
Walaupun Maya masih merasa rindu beberapa saat, ia menemukan bahwa kegiatan sekolah tersebut memberikan kesempatan baginya untuk berhubungan dengan orang tua lainnya, mendiskusikan keluh kesah dan pengalaman mereka sebagai orang tua. Hal ini menenangkan hati Maya, dan dia tahu bahwa dirinya bukanlah satu-satunya ibu yang merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan sekolah full day.
Maya juga menggunakan waktu hari libur dan akhir pekan untuk benar-benar memfokuskan perhatiannya pada Sarah. Mereka pergi berwisata ke taman, bermain game bersama, dan mengadakan piknik. Maya berusaha untuk membuat setiap momen yang mereka habiskan menjadi berarti dan penuh kasih sayang.
Meskipun tantangan yang dihadapi Maya sebagai seorang ibu saat Sarah berada di sekolah full day, dia menemukan cara-cara agar tetap terhubung dengan anaknya. Dalam keluh kesahnya, Maya menemukan kekuatan
Maya memiliki perasaan campuran tentang anaknya mulai sekolah. Di satu sisi, ia merasa bangga melihat Sarah tumbuh dan memiliki kesempatan untuk belajar dan berkembang di lingkungan sekolah. Maya berharap bahwa Sarah akan menemukan teman-teman baru, pengetahuan baru, dan menjalani pengalaman yang menyenangkan di sekolah.
Namun, di sisi lain, Maya juga merasa cemas dan sedikit khawatir. Ia prihatin tentang bagaimana Sarah akan beradaptasi dengan lingkungan baru yang mungkin terasa asing baginya. Maya juga merindukan saat-saat berdua mereka yang biasa mereka habiskan sebelum Sarah mulai sekolah full day. Maya merasa sedikit kehilangan karena waktu yang lebih terbatas untuk berinteraksi dengan Sarah dan merasa sedikit kesepian di rumah.
Pada dasarnya, perasaan Maya tentang anaknya mulai sekolah adalah perasaan campuran antara kebanggaan, kekhawatiran, sedikit kehilangan, dan rasa cemas.
Maya bangga dengan banyak hal terkait anaknya, Sarah. Pertama-tama, Maya bangga melihat Sarah tumbuh dan berkembang menjadi seorang anak yang cerdas, tangguh, dan berani. Maya menyaksikan kemajuan Sarah dalam belajar, baik itu dalam hal akademik maupun keterampilan sosial.
Maya juga bangga dengan dedikasi dan semangat belajar Sarah. Sarah memiliki hasrat yang kuat dalam memperoleh pengetahuan baru dan Maya sangat mengapresiasi keinginannya untuk terus belajar. Maya melihat potensi besar dalam Sarah dan bangga melihatnya melakukan yang terbaik di sekolah.
Selain itu, Maya juga merasa bangga dengan etika kerja Sarah. Sarah rajin mengerjakan tugas, bertanggung jawab dalam menjalani rutinitas sekolah, dan berusaha untuk menjadi mandiri dalam menghadapi tantangan yang dihadapinya. Maya menganggap ini sebagai prestasi besar bagi Sarah dan merasa bangga sebagai seorang ibu.
Terakhir, Maya merasa bangga dengan kualitas kepribadian Sarah. Sarah adalah anak yang sopan, peduli, dan penuh kasih sayang. Dia berinteraksi dengan baik dengan orang lain dan menunjukkan empati kepada teman-temannya. Maya bangga melihat bagaimana anaknya menjadi individu yang berharga dan memberikan dampak positif dalam kehidupan orang-orang di sekitarnya.
Secara keseluruhan, Maya merasa bangga dengan kecerdasan, semangat belajar, etika kerja, dan kualitas kepribadian Sarah, dan dia senang melihat perkembangan dan pencapaian anaknya dalam banyak aspek kehidupannya.