Cerita Rakyat Afghanistan – Syahdan ada seorang petani miskin dari Afghanistan yang merantau dan sukar untuk mencapai kemajuan dalam kehidupannya walaupun sedikit. Meskipun telah bertahun-tahun ia bekerja bersusah-payah dan hidup amat sederhana, ia masih juga tak dapat menyimpan uang. Sudah bekerja berat seumur hidup rupanya keadaannya tak akan lebih maju daripada sewaktu ia dilahirkan.
Cerita rakyat Afghanistan dimulai pada suatu pagi ia sujud sembahyang dan memohon kepada Tuhan. “Ya Tuhan.” katanya. “Berikanlah aku kekayaan. Sekiranya aku akan mendapat sesuatu, hanyalah akan ku dapat dari Engkau juga. Berilah aku kekayaan dalam tungku dapurku.”
Selesai sembahyang ia bangkit kembali dan pergi ke ladang melakukan pekerjaannya sehari-hari. Pada suatu hari sewaktu tengah bekerja, bajunya koyak karena tersangkut pada semak-semak. Untuk mencegah jangan kejadian ini akan berulang nanti, dipaculnya tanah di seputar akar semak itu yang kemudian dicabutnya. Setelah semak itu ia tarik, tampak olehnya sebuah tempayan tanah.
Cerita Rakyat Afghanistan
Cerita rakyat Afghanistan berlanjut dengan lebih menarik. Dengan hati gembira ia menggali lebih dalam lagi dan tutup tempayan itu dibukanya. Ternyata tempayan itu penuh berisi uang perak. Mula-mula ia berniat mengambilnya, tetapi setelah berpikir beberapa detik, ia berkata.
“Ya, Tuhan, aku memohonkan kekayaan dalam tungku dapurku, tetapi sekarang kutemukan uang ini di ladang. Oleh karena itu harta ini tak akan kuambil. Jika benar maksudmu untuk memberikan kekayaan kepadaku, nicaya akan Kau letakkan dalam tungku dapurku seperti yang kumintakan.”
Maka ditinggalkannyalah kekayaan itu di tempat di mana ia menemukannya lalu ia pulang. Di rumah ia bercerita kepada isterinya tentang apa yang telah diketemukannya di ladang tadi. Mendengar hal ini isterinya marah karena kebodohan suaminya yang telah membiarkan kekayaan itu terlantar.
Ketika suaminya tidur, ia pergi ke rumah tetangganya dan bercerita bahwa di sana tentang harta terlantar itu, Katanya, “Suamiku yang bodoh itu telah menemukan uang perak di ladang, tetapi kepala batu itu tak mau membawanya pulang. Pergilah kau tetanggaku dan ambillah kekayaan itu untukmu sendiri dan berilah aku sebagian.”
Dongeng Rakyat Afghanistan
Dongeng dari negeri Afghanistan masih berlanjut. Alangkah girang hati tetangganya mendengar anjuran ini dan pergilah ia mencari kekayaan di tempat yang telah ditunjukkan oleh perempuan tadi. Dilihatnya tempayan tanah masih ada di tempat semak-semak yang telah dicabut. Tempayan itu diangkat lalu dibukanya.
Tetapi ketika tutup tempayan itu sudah terangkat, bukan uang yang diketemukannya, akan tetapi tempayan itu penuh dengan ular-ular bisa. Mereka timbullah pikiran dalam kalbunya, “Ah, perempuan itu rupanya benci padaku. la berharap supaya aku memasukkan tanganku ke dalam tempayan ini, supaya aku disengat dan kemudian mati kena bisa ular ini.”
Ditutupnya kembali tempayan itu dan dibawanya pulang dalam keadaan tidak berubah. Setelah hari sudah malam pergilah ia ke rumah petani miskin tadi, ia naik ke atas atap rumahnya, kemudian dijatuhkannya tempayan berisi ular-ular bisa itu ke dalam cerobong tungku dapur.
Di pagi hari bangunlah petani miskin yang pertama menemukan tempayan di ladang itu, dan bersiap-siap hendak sembahyang. Sewaktu ia melihat pada tungku dapurnya yang kena sinar matahari, matanya terbelalak melihat tungku dapurnya penuh berisi dengan uang perak.
Diliputi rasa terima kasih yang berlimpah-limpah dan ia mengucapkan syukur kehadirat Tuhan dan berkata. “Ya. Tuhan, sekarang aku menerima uang ini sebab sekarang aku yakin bahw kau telah mengirim kekayaan melalui tungku dapurku sesuai dengan permohonanku.”
Demikian cerita rakyat Afghanistan ini terjadi. Amanat dongeng rakyat Afghanistan ini adalah jangan pernah takut hidup miskin. Setiap manusia telah diberikan jatah rejeki masing-masing oleh Tuhan. Pesan moral cerita rakyat Afghanistan ini adalah agar kita selalu bersyukur dalam hidup, apapun keadaan yang kita alami. Semoga terinspirasi.
Daftar Pustaka:
Courlander, Harold. 1955. Ride With The Sun. New York: McGraw-Hill Book Company.
Tinggalkan Balasan