Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif (Sakoma) Nahdlatul Ulama (NU) Jombang, Jawa Timur hari ini Kamis, 25 Juni 2020 mengadakan dialog dengan topik “Pengelolaan Sampah Meski Libur Sekolah, Lingkungan Makin Indah Meski Belajar di Rumah”. Dialog dilaksanakan melalui video konferensi Zoom Cloud Meeting dan dimulai pukul 13.00 WIB. Dialog pengelolaan sampah ini digagas Sakoma NU Jombang dan didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang.
Pembahasan program pelestarian lingkungan perlu dilakukan di kalangan santri yang tinggal di pondok pesantren maupun dalam komunitas pelajar yang menempuh pendidikan madrasah. “Mencintai lingkungan merupakan salah satu program dari pendidikan ma’arif,” demikian disampaikan oleh Nur Khojin, Ketua Pengurus Cabang (PC) Ma’arif NU Kabupaten Jombang yang bertindak sebagai Host dalam Zoom Meeting hari ini.
Kang Nur, demikian pria ini akrab dipanggil, mengatakan kepada 32 orang peserta video konferensi bahwa dialog hari ini merupakan bagian dari usaha menjalin kerjasama antara madrasah dengan dengan Dinas Lingkungan Hidup.
Gerakan membangun madrasah adiwiyata dilakukan oleh Sakoma NU Jombang melalui kegiatan mencintai lingkungan hidup dengan melibatkan Dinas Lingkungan Hidup dan banyak pihak yang lain. Diantara kegiatan pelestarian alam adalah pengelolaan sampah di lingkungan madrasah dan pesantren.
“Topik diskusi kali ini berbeda dari biasanya. Pengolahan sampah oleh komunitas pramuka ma’arif adalah terobosan baru di bidang pendidikan lingkungan madrasah dan pesantren,” ujar Kang Nur.
“Tujuan kegiatan ini adalah agar setiap anggota pramuka di Sakoma NU Jombang terbiasa melestarikan lingkungan mereka, terutama dalam hal mengelola sampah di tempat tinggalnya,” tambahnya.
Lebih lanjut lagi, Kang Nur mewakili Sakoma NU Jombang berharap segera dilaksanakan kursus pembina Pramuka, baik tingkat mahir dasar maupun tingkat lanjutan. Kalau bisa, kursus pembina pramuka di komunitas ma’arif dapat dilanjutkan dengan kursus pelatih dasar hingga kursus pelatih lanjutan.
Kang Nur berujar madrasah adiwiyata bukan hanya sekedar branding, tetapi juga sebagai praktek kehidupan nyata dalam melestarikan lingkungan madrasah yang bersih. Konsep adiwiyata bukan hanya tulisan saja tetapi benar-benar dapat dilaksanakan oleh warga madrasah.
Inspirasi Pegiat Bank Sampah
Selanjutnya, peserta Dialog Pengelolaan Sampah Bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang mendengarkan pemaparan Ika Maftuhah Mustiqowati, salah satu pegiat bank sampah dari Jombang.
Wanita yang kerap disapa Ning Ika ini mengawali dialog dengan keprihatinan terhadap rendahnya kesadaran pengelola pesantren di Indonesia dalam mengelola kebersihan lingkungan, terutama pesantren yang berada di pedesaan di wilayah Kabupaten Jombang.
“Kesadaran terhadap pelestarian lingkungan sangat rendah. Apalagi keberadaan lingkungan pondok pesantren dihuni oleh banyak manusia dan pasti banyak menghasilkan sampah,” ujar Ning Ika.
Sebagai pemerhati lingkungan, Ika Maftuhah Mustiqowati merasa prihatin ketika melihat santri di pondok pesantren setelah jajan tidak mau membuang sampah pada tempatnya. Mereka membuang sampah sembarangan saja. Wanita yang menjabat sebagai Kepala MTs Al Hikam Jatirejo ini lantas berpikir bagaimana cara menerangkan konsep cinta lingkungan di kalangan Santri.
Mulai tahun 2016 Ning Ika mulai mempelajari bagaimana cara mengelola sampah sehingga memiliki dampak yang bagus terhadap lingkungan. Selama 4 (empat) tahun terakhir ini Ning Ika berusaha meningkatkan kesadaran para santri agar mereka menerapkan konsep hidup sehat dan mencintai lingkungan di tempat tinggalnya, terutama pondok pesantren Mambaul Hikam tempat mereka beraktivitas sehari-hari.
Kecintaan Ika Maftuhah Mustiqowati pada usaha pelestarian lingkungan semakin besar saat lembaga pendidikan tempatnya mengabdi memberanikan diri untuk mengikuti Lomba Adiwiyata tingkat Madrasah Tsanawiyah.
“Kalaupun nanti lolos dalam penilaian Lomba Adiwiyata, maka kami berharap anak-anak tetap melestarikan lingkungan. Kami pun menerapkan rasa cinta terhadap lingkungan terhadap para siswa di madrasah maupun santri di pondok pesantren,” ungkap Ning Ika.
“Kami memberikan semangat kepada anak-anak jika mereka menang lomba adiwiyata di tingkat kabupaten maka madrasah kami bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Lomba Adiwiyata tingkat nasional. Target ini terbukti manjur dalam memberikan motivasi kepada anak-anak untuk mencintai lingkungan,” demikian disampaikan Ning Ika kepada peserta Dialog Pengelolaan Sampah bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang lewat Zoom Cloud Meeting hari ini.
Sebagai seorang pegiat bank sampah, Ika Maftuhah Mustiqowati berpandangan bahwa Lomba Madrasah Adiwiyata bukan soal kalah dan menang, tapi bagaimana menumbuhkan kesadaran di kalangan para peserta didik madrasah dan santri pesantren untuk mencintai lingkungannya.
Ika Maftuhah Mustiqowati berharap kegiatan pelestarian lingkungan bukan hanya dilaksanakan di madrasah saja, tetapi juga dilaksanakan di lingkungan pesantren sehingga apa yang sudah diterapkan di madrasah juga bisa diterapkan di pesantren.
Melalui acara Dialog Pengelolaan Sampah Bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang ini Ning Ika mengungkapkan ternyata semua sampah bisa kita ambil manfaatnya dan tidak mengotori lingkungan. Bagaimana cara mengubah sampah menjadi produk yang berguna dan bernilai ekonomis?
Ning Ika memulai perubahan dari kelas siswa di madrasah tempatnya mengabdi. Setiap kelas disediakan beberapa kantong sampah. Terdapat beberapa warna kantong sampah yang membedakan jenis sampah, misalkan pemilahan sampah plastik, sampah daun, dan sampah kertas.
Selain menyediakan kantong sampah, madrasah juga menyediakan tabungan sampah. Setiap kali siswa selesai minum maka botol bekas minuman mereka bisa ditabungkan dan dicatat. “Setiap bulan setiap siswa memiliki perhitungan tabungan sampah,” ujar Ning Ika kepada peserta Dialog Pengelolaan Sampah Bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang.
Sampah tabungan itu kemudian dijual ke tukang loak secara berkala. Sebagian besar penghasilan tabungan sampah dimasukkan ke dalam kas kelas. Kas kelas dapat dibelanjakan untuk pembelian alat-alat belajar dan perlengkapan kebersihan. Sebagian pendapatan tabungan sampah diberikan kepada siswa dan tidak harus berupa uang tunai, tetapi juga berupa peralatan lainnya.
“Diantara sampah plastik, sampah kertas dan sampah kain ternyata justru sampah plastik yang tidak terlalu berbahaya dampaknya terhadap pencemaran lingkungan. Jenis sampah paling berbahaya justru sampah kertas dan sampah kain,” ucap Ning Ika kepada peserta Dialog Pengelolaan Sampah Bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang.
Sampah plastik yang merupakan bekas bungkus jajan makanan anak-anak dapat dijadikan ekobrik. Kalau bungkus plastik ataupun kresek tidak bisa digunakan lagi maka sampah plastik dan kresek itu dimasukkan kedalam botol. Botol berisi potongan plastik dan kresek itu dijadikan ekobrik.
Ning Ika berujar, “Saya yakin masalah paling besar dalam pelestarian lingkungan di sekolah atau madrasah adalah sampah. Padahal kalau kita mau kreatif, jenis sampah apapun bisa bernilai ekonomis dan dapat digunakan kembali.”
Pengelolaan sampah tidak sulit karena bahan bakunya tersedia setiap hari di depan kita. Tinggal kita mau mengelola atau tidak sampah-sampah itu menjadi benda-benda yang lebih berguna.
Selain mengelola sampah, Ning Ika juga melibatkan para santri dalam kegiatan membersihkan sungai di sekitar pondok pesantren. Melestarikan lingkungan tidak membutuhkan banyak biaya. Justru kita akan mendapatkan lebih banyak manfaat karena melestarikan lingkungan didukung oleh masyarakat luas.
Para santri juga diajarkan untuk melakukan praktek membuat biopori. Alat-alat membuat biopori telah disediakan oleh pemerintah dan anak-anak dilatih untuk membuat biopori. Mereka sangat antusias dan lebih tertarik untuk melestarikan lingkungan. Ning Ika dan Sakoma NU Jombang telah membuat biopori di sejumlah kantor lembaga pemerintah di wilayah kabupaten Jombang. Anak-anak pun merasakan bahwa begitu banyak nikmat Allah yang telah diturunkan untuk manusia. Anak-anak belajar merawat lingkungan sehingga tumbuh kesadaran untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah.
“Kami telah membuat rencana untuk melaksanakan kegiatan workshop ke sejumlah sekolah dan madrasah dalam beberapa peringatan hari nasional. Momentum yang kita gunakan misalnya Hari Lingkungan, Hari Air, Hari Menanam, dan lain-lain. Namun ternyata pandemi Virus Corona telah hadir di Indonesia sehingga kami terpaksa menunda kegiatan pelatihan pelestarian lingkungan hidup sampai kondisi memungkinkan bagi kami untuk melaksanakannya,” demikian disampaikan pegiat bank sampah dari Pesantren Mambaul Hikam Jombang ini.
Lebih lanjut Ning Ika berujar ingin memiliki lebih banyak teman untuk mencintai lingkungan. Sudah waktunya dirinya mengajak Sakoma NU, lembaga pendidikan ma’arif, dan setiap orang untuk bersama-sama melestarikan lingkungan. “Mari bersama-sama kita mulai bergandeng tangan dan menjaga lingkungan bersama-sama supaya lingkungan kita makin sejuk dan anak-anak kita bisa menghirup udara segar, ” pungkas Ning Ika diakhir pemaparannya.
Dukungan Dinas Lingkungan Hidup
Dialog pengelolaan sampah bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Amin selaku perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Jombang.
“Kegiatan meeting online siang hari ini sangat bagus. Terus terang saya sangat terbantu dengan apa yang telah disampaikan oleh Ning Ika. Insya Allah kerja keras beliau dalam kampanye lingkungan sehat bisa mengurangi tugas utama saya sebagai kepala seksi pengolahan sampah di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang,” ujar Bapak Amin.
Menurut pemaparan Bapak Amin di hadapan peserta Dialog Pengelolaan Sampah Bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang, wilayah Kabupaten Jombang menghasilkan sampah dari beberapa sumber lokasi. Lokasi tersebut adalah lingkungan pabrik, lingkungan rumah tangga, lingkungan sekolah, lingkungan pasar, dan juga fasilitas umum.
Beliau berharap semua madrasah di lingkungan ma’arif bisa masuk ke dalam sekolah adiwiyata. Khususnya pada penanganan sampah, jika ada sekolah atau madrasah memiliki program pengolahan sampah maka Dinas Lingkungan Hidup akan mendatangi dan memberi bantuan untuk pengelolaan sampah di sekolah-sekolah di wilayah Kabupaten Jombang.
Harapan Ketua Sakoma NU Jombang
Dialog Pengelolaan Sampah Bersama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang diteruskan dengan sambutan dari H. Muhammad Shobih selaku Ketua Sakoma NU Cabang Jombang.
“Jika Ning Ika sudah mengawali pengelolaan sampah sejak empat tahun yang lalu, maka Sakoma NU Jombang baru menjalankannya setengah tahun ini ketika ada event Scott Challenge untuk lembaga pendidikan Ma’arif. Momen itu menjadi awal mula kenapa semua madrasah berlomba-lomba menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas sampah yang mengganggu lingkungan,” demikian disampaikan Ketua Sakoma NU Cabang Jombang di awal sambutan.
Lebih lanjut lagi pria yang akrab disapa Gus Shobih ini mengungkapkan bahwa cara pengelolaan sampah harus ada ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu, Gus Shobih meminta kepada seluruh elemen di Kabupaten Jombang, terutama dari Dinas Lingkungan Hidup untuk mendukung kegiatan ini. Selain itu, Kementerian Agama dan pengurus cabang NU juga diharapkan terlibat dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Sakoma NU Jombang perlu dukungan dari segenap pihak dalam pengelolaan sampah. Para murid tidak akan bisa mengolah sampah dengan baik tanpa dukungan ahli dan praktisi pelestari lingkungan. Oleh karena itu, Sakoma NU Jombang bersinergi dengan berapa orang yang telah sukses memproduksi sampah menjadi pupuk maupun produk mainan yang berguna. Pengalaman mereka diharapkan bisa berguna untuk membantu kegiatan ini.
Sebelum hal itu terlaksana, Sakoma NU Cabang Jombang ingin mengadakan pelatihan-pelatihan pengelolaan sampah di lingkungan kecamatan. Setelah dilaksanakan pelatihan, para pembina Pramuka di lingkungan madrasah NU Jombang dapat melaksanakan usaha pelestarian lingkungan di gugus depannya masing-masing. Untuk ke depannya, Sakoma NU Jombang akan membentuk cluster madrasah yang mengelola sampah menjadi nilai ekonomis yang lebih baik.
Program mencintai sampah akan berdampak positif terhadap seluruh elemen masyarakat. Tentu hal ini menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah dilakukan tetapi bila kita melakukan secara bersama-sama tentu akan bisa lebih ringan tugas kita.
Ning Ika menjelaskan, diantara jenis-jenis sampah plastik, sampah kertas dan sampah kain, jenis yang paling sedikit mencemari lingkungan adalah sampah plastik. Sedangkan pembuatan kertas membutuhkan bahan kayu. Hal ini menyebabkan penggundulan hutan yang luas.
Kalau sampah plastik dipendam ke dalam tanah maka plastik tidak terurai. Plastik jika dibuang ke laut tidak bisa terurai di air laut. Oleh karena itu, pengolahan sampah plastik lebih tepat digunakan kembali untuk produk atau barang-barang yang bernilai manfaat.
Penekanan kegiatan kepanduan di Sakoma NU adalah bagaimana manusia lebih mencintai lingkungannya. Kebanyakan manusia tidak mau ambil pusing terhadap sampah plastik yang dibuangnya. Kebanyakan manusia membakar sampah plastik yang justru berdampak lebih besar terhadap kesehatan manusia. Jadi, bukan berarti sampah plastik itu lebih baik dari jenis sampah lainnya.
Usaha yg bagus Ning Ika. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Kami ingin mengundang Ning Ika ke madrasah kami. Mohon info berapa nomor telp yg bisa dihubungi.
Tetap semangat untuk kakak-kakak pembina Pramuka di lingkungan Ma’arif Nahdlatul Ulama Jombang. Mudah-mudahan segala jerih payah kalian bisa memberikan manfaat bagi kesejahteraan umat.
Salam pramuka! Terima kasih sudah mengulas kegiatan pramuka di lingkungan pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama. Mudah-mudahan pesantren dan madrasah kita bisa menjadi lingkungan yang menyehatkan untuk para santri dan juga ustadz ustadzah nya.
Acara bagus gini harus diteruskan mumpung momen liburan sekolah masih berlangsung.
artikel yang bagus kang. sakoma harus banyak bikin konten digital seperti ini. banyak kegiatan pramuka NU yang tidak diliput secara online sehingga tidak diketahui masyarakat umum.
Masalah sampah bukan hanya menjadi tugas Pramuka, tapi juga semua masyarakat dunia harus ikut terlibat dalam pengelolaan sampah. Semoga tulisan ini dibaca oleh semua orang agar mereka terinspirasi untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.
Pengelolaan sampah di Indonesia patut diperhatikan dengan benar, terutama dampak polusi terhadap lingkungan sekitarnya. Bersyukurlah kalau Jombang sudah memiliki satuan komunitas Pramuka di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang sudah menunjukkan kepedulian terhadap pengelolaan sampah di lingkungan pondok pesantren dan madrasah. Mudah-mudahan apa yang sudah dilakukan oleh sakoma NU Jombang ini bisa ditiru oleh kota dan kabupaten lain di Indonesia.