Emak-emak Penimbun Daging Qurban

Suatu hari di sebuah kampung terpencil, tinggal seorang emak-emak cerdas namun penakut yang juga takut dengan orang banyak dan keriuhan, namanya Bu Siti. Bu Siti adalah seorang janda beranak dua yang menjadikannya orang yang sangat mandiri. Keberanian dan ketegasannya dalam menjalani hidup tidak diragukan lagi. Selain itu, kepiawaiannya dalam memasak juga sangat hebat.

Sebelum hari raya Idul Adha tiba, Bu Siti memikirkan cara untuk memperoleh daging sapi yang cukup untuk anak dan keluarganya. Karena penghasilannya pas-pasan, beliau merasa khawatir tidak sanggup membeli cukup daging untuk keluarganya. Kemudian, pilihan yang diambil Bu Siti adalah membantu di tempat pemotongan hewan kurban dan berharap bisa membawa pulang sebagian daging sapi kurban.

Tiba hari Raya Idul Adha, Bu Siti bertandang ke tempat pemotongan hewan kurban. Sesuai rencananya, Bu Siti membantu dengan sepenuh hati, mulai dari membersihkan area pemotongan, memotong hewan kurban sampai membagikan dagingnya kepada mustahik. Karena totalitasnya itu, Bu Siti dikenal sebagai emak-emak penimbun daging qurban. Namun, penimbunan yang dilakukan adalah bukan karena keegoisan, melainkan kebutuhan hidupnya yang mendesak.

Suatu hari, isu bahwa Bu Siti menimbun daging kurban menjadi pembicaraan di kampung tersebut. Secara langsung, beberapa orang dari kampung tersebut mendatangi rumah Bu Siti. Mereka menuduh Bu Siti seorang penimbun daging qurban, dan mencoba untuk merampas daging yang telah disimpan Bu Siti. Namun, terlepas dari kebingungannya, Bu Siti mengambil keputusan yang bijaksana.

“Kalau kalian tidak percaya, lihatlah sendiri ini,” kata Bu Siti seraya membuka pintu lemari esnya. Kesemua orang terkejut melihat isi lemari es tersebut. Ternyata, daging qurban tersebut diolah menjadi berbagai jenis makanan lezat yang dimanfaatkan untuk disantap seluruh keluarga serta tetangga sekitar yang tidak mampu.

Pelajaran dari cerita ini adalah bahwa tidak semua tindakan yang tampak buruk di mata orang lain sebenarnya mempunyai maksud yang buruk. Kadangkala, kita harus melihat ke dalam hati orang tersebut sebelum menyimpulkan sesuatu. Seperti Bu Siti, dari luar dia tampak menimbun daging qurban, padahal sebenarnya ia hanya ingin berbagi dengan semua orang di sekitarnya.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *