Gadis Penabuh Bedug

Suatu hari di sebuah desa, terdapat masjid yang terkenal akan keindahan suara bedugnya. Desa itu memiliki seorang gadis cantik yang juga terkenal akan kepiawaiannya menabuh bedug setiap kali tiba waktu sholat. Keahliannya itu membuat warga desa selalu tertarik untuk datang ke masjid. Gadis itu bernama Siti.

Kepadaannya, suara bedug adalah musik yang mengalun indah dan membuatnya merasa tenang. Namun, meski menguasai seni menabuh bedug, Siti belum bisa bersuara dengan indah saat mengumandangkan adzan. Dia merasa sangat ingin menggantikan ayahnya yang sudah tua sebagai muadhin, dan karena itu, Siti berusaha keras untuk belajar dengan kakek Ali, seorang muallaf yang ahli ilmu tajwid di desa itu.

Suatu sore yang indah, Siti menabuh bedug sebelum waktu sholat Maghrib tiba dan kakek Ali mengumandangkan Adzan. Siti pun memberanikan diri untuk menyampaikan niatnya kepada kakek. “Kakek, bisakah aku menjadi muadhin yang menggantikan ayahku nanti saat beliau tidak bisa lagi mengumandangkan adzan?” tanya Siti dengan lirih.

Kakek Ali tertawa keras, “Ah Siti, kamu gadis yang piawai menabuh bedug, tapi menjadi muadhin belum cocok untukmu, apalagi kamu ini seorang gadis.” Mendengar ucapan tersebut, Siti keheranan dan berkata, “Kenapa perempuan tidak boleh jadi muadhin, kak?”

Kakek Ali merasa penasaran dengan niat Siti yang sungguh-sungguh ingin menjadi muadhin. Lalu kakek Ali menjelaskan, “Menjadi muadhin, Siti, bukan sekadar memiliki suara merdu, tetapi juga harus paham akan ilmu agama, terutama tajwid dan waktu-waktu sholat. Selain itu, perempuan lebih dituntut untuk menjaga aurat dan ada banyak hal lain yang harus mereka lakukan.”

Siti mencoba membantah ucapan kakek Ali, namun ia sadar bahwa jawaban tersebut memang benar. Dia menyesal tidak pernah tahu akan seluk-beluk ilmu agama dan hanya fokus pada kepiawaiannya menabuh bedug.

Akhirnya, Siti memutuskan untuk belajar ilmu agama lebih dalam, termasuk tajwid Al-Quran, agar dapat menjadi wanita yang lebih baik. Meskipun khayalannya menjadi muadhin harus pupus demi menjalani peran sebagai wanita muslim, Siti tetap dikenal sebagai “Gadis Penabuh Bedug” yang selalu mengundang rombongan jamaah untuk sholat berjamaah di Masjid.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *