Suatu sore saya mendapat pesan inbox FB dari orang tidak dikenal. Awalnya saya senang karena salah satu misi berdakwah saya di internet sudah berhasil menarik minat masyarakat umum. Dan sudah sering saya temui orang-orang tidak dikenal yang menyapa saya lewat komunikasi WhatsApp. Kebanyakan dari mereka bertanya masalah isi artikel yang saya publikasikan di blog ini. Selebihnya mereka bertanya mengenai cara menyumbang di panti asuhan yang pernah saya kunjungi. Pengalaman saya menemani masa tumbuh kembang anak-anak yatim telah menggiring saya pada mengenal orang-orang baru. Berikut ini isi pesan tersebut.
Assalamualikum Pak/Bu. Nama saya Dimas Xxx. Saya berasal dari Dusun Bxxx Gxxx Dxxx Jombang. Saya sekolah di Mxx. Saya berniat untuk menjadi relawan di Panti Asuhan xxx. Apakah saya bisa menjadi relawan disana selama 2 minggu? Saya berniat menghabiskan liburan akhir pekan saya di Panti asuhan bapak/ibu. Kira² pada akhir desember sampai januari. Dan semoga bapak/ibu berkenan menerima saya di tengah-tengah kalian semua. Semoga saya bisa meringankan beban pengurus panti, membantu pengurus panti dan semoga saya bisa mendapat pelajaran atas apa yang saya akan lakukan selama di Panti. Wasalamualaikum wr. wb.
Inbox FB seperti di atas bukanlah yang pertama kali saya terima dari Facebook. Sudah banyak orang tak dikenal yang menanyakan ketersediaan waktu bagi Panti Asuhan untuk menerima kunjungan dari masyarakat umum. Saya harus hati-hati dalam menanggapi permohonan itu. Meskipun telah banyak orang yang peduli terhadap keberadaan anak yatim piatu di Panti Asuhan, namun saya ekstra waspada dalam memberikan informasi menyangkut kebersamaan masyarakat dengan anak-anak yatim dalam jangka waktu yang panjang. Sebesar apapun perhatian masyarakat kepada anak-anak yatim itu kita harus tetap memberikan waktu bagi anak-anak yatim piatu untuk tumbuh secara mandiri dan berkembang menjadi manusia berjiwa sosial. Tujuan paling utama dalam pendidikan di panti asuhan adalah menumbuhkan motivasi hidup anak-anak yatim piatu yang tinggal di Panti Asuhan. Jangan sampai mereka merasa minder dan rendah diri melihat teman-temannya hidup secara normal. Anak-anak istimewa itu juga harus dibina untuk tidak mengharapkan bantuan dari orang-orang di sekitarnya secara terus-menerus.
Para pecinta anak yatim yang berusia remaja umumnya ingin menghabiskan waktu liburan mereka di Panti Asuhan. Alasan yang paling utama adalah melatih hidup mandiri dan berjiwa sosial dengan lingkungan sekitarnya. Namun ada juga masyarakat umum dari golongan orang dewasa yang berminat untuk mengadopsi anak anak yatim dari berbagai usia. Terus terang proses adopsi anak panti sekarang ini sangat sulit. Bukan maksud untuk mempersulit masyarakat dalam menyantuni anak yatim, hanya saja pemerintah tidak ingin gegabah dalam memberikan izin kepada masyarakat. Saat ini sedang berkembang isu penculikan anak-anak. Maka tidak mengherankan bila orang tua siswa banyak yang melakukan antar jemput anak-anak mereka saat berangkat dan pulang sekolah. Hal ini juga yang perlu menjadi landasan berfikir mengapa banyak masyarakat umum yang ditolak Pemerintah untuk mengadopsi anak yatim dari Panti Asuhan sebagai anak.
Tinggalkan Balasan