Bagaimana Cara Mengelola Emosi Anak dan Orang Tua dalam Masa Belajar dari Rumah?

Contoh Perbuatan Berbakti Kepada Orang Tua dan Guru
Contoh Perbuatan Berbakti Kepada Orang Tua di rumah.

Bagaimana kabar kawan-kawan komunitas blogger Jombang hari ini? The Jombang Taste kembali menyapa anda melalui artikel pendidikan keluarga. Sampai dengan tulisan ini diterbitkan, masyarakat Indonesia masih dihadapkan pada pandemi Covid-19. Dampak pandemi Covid-19 dalam bidang pendidikan adalah pemberlakuan kebijakan belajar dari rumah (learning from home) untuk mahasiswa dan pelajar di seluruh Indonesia. Penerapan kebijakan belajar dari rumah ternyata menyisakan berbagai permasalahan yang membutuhkan penyelesaian secara inovatif dan kreatif mengingat permasalahan itu hanya muncul pada masa dan pasca pandemi ini saja.

Persoalan yang sering luput dalam pengamatan pendidik adalah bagaimana cara mengelola emosi anak dan orang tua selama anak menjalani masa belajar dari rumah. Menurut Doktor Hj. Gunarti Dwi Lestari (2020) peran pendidikan di sekolah terhadap pembentukan karakter anak hanya mencapai 20% saja. Demikian juga dengan peran pendidikan dari lingkungan pergaulan juga 20 persen. Justru peran pendidikan dalam keluarga yang banyak berpengaruh terhadap karakter anak, yaitu sebanyak 60%. Jadi, setiap orangtua harus menyadari peran mereka dalam pendidikan anak-anaknya selama masa home learning pandemi ini berlangsung. 

Hikmah Pandemi COVID-19

Terdapat beberapa hikmah positif dengan adanya pandemi Covid 19 di Indonesia. Masyarakat Indonesia memiliki lebih banyak tinggal di rumah sehingga mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk bersama keluarga. Hikmah positif lainnya adalah setiap orang tua memiliki waktu bermain yang lebih banyak bersama anak. Orang tua juga memiliki kesempatan beribadah dirumah, berolahraga di rumah, belanja dari rumah secara online, maupun bekerja dari rumah (work from home). Anak-anak pun memiliki kesempatan bermain di rumah dan belajar di rumah ditemani dengan orang tua mereka. 

Orang tua memiliki beberapa permasalahan pada masa new normal setelah pandemi Covid-19 berangsur-angsur mereda. Siap ataupun tidak siap, setiap orangtua harus memiliki kecakapan teknologi, kemampuan beradaptasi terhadap kebiasaan baru, dan fleksibilitas dalam mendidik anak-anak di era new normal. Setiap orang tua pada masa new normal berusaha mencari bentuk pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka di rumah.

Sayangnya, sebagian besar orang tua tidak berpengalaman dalam mendidik anak-anak mereka seperti halnya guru mereka di sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan kreativitas dan inovasi tersendiri bagi setiap orang tua agar mampu menjadi pendamping anak-anak mereka setiap kali belajar di rumah. Disinilah diperlukan komitmen untuk menjalankan pembelajaran seumur hidup bagi setiap orang tua.

Kunjungan Guru ke Rumah Orang Tua Siswa dalam kegiatan Belajar Dari Rumah di Masa Pandemi di Kabupaten Jombang
Kunjungan Guru ke Rumah Orang Tua Siswa dalam kegiatan Belajar Dari Rumah di Masa Pandemi di Kabupaten Jombang

Peran Orang Tua di Masa Pandemi

Terdapat penguatan peran orang tua pada masa pandemi Covid-19. Biasanya orang tua disibukkan dengan kegiatan bekerja di luar rumah sehingga memiliki sedikit waktu untuk mendampingi anak-anak mereka belajar di rumah. Dengan adanya masa pandemi Covid 19 maka banyak orang tua terpaksa untuk tinggal di rumah (stay at home). Pemerintah pun menjalankan kebijakan pembelajaran jarak jauh bagi sebagian besar pelajar di Indonesia. Pada posisi tersebut, orang tua harus mampu menggantikan peran guru. Lebih hebat lagi, orang tua harus mampu menjalani tiga peran sekaligus, yaitu pendidik, pembimbing, sekaligus pengasuh bagi anak-anak mereka. 

Keterlibatan orang tua sebagai guru yang dipaksakan dalam masa pembelajaran jarak jauh di rumah menyisakan permasalahan yang berhubungan dengan emosi, baik emosi anak-anak maupun orang tua. Emosi adalah respon spontan terhadap sesuatu atau peristiwa yang melibatkan perasaan tidak mudah dijelaskan dan untuk dapat mengendalikan emosi itu memerlukan usaha tersendiri.

Menurut Chaplin (1972) dalam Walgito (2003), emosi adalah reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat dan sering terjadi perubahan perilaku.

Sementara itu menurut Goleman (1999) dalam Khodijah (2006), emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. 

Ayah menjadi imam sholat untuk anak lelakinya
Ayah menjadi imam sholat untuk anak lelakinya. Kegiatan ini bermanfaat mendekatkan orang tua dan anak secara emosional sekaligus mencegah timbulnya beragam gejala kenakalan remaja.

Pola Dasar Emosi Anak

Apa yang sebenarnya terjadi ketika seseorang memiliki emosi? Pertama, tentu saja munculnya sebuah perilaku, misalnya raut wajah seseorang terlihat sedih, terdiam, serta suara meninggi hingga suaranya melemah. Hal kedua yang terjadi ketika seseorang yang terjadi emosi adalah kondisi tubuhnya mengalami beberapa perubahan, misalnya jantung berdebar, tubuh gemetar, dahi mengkerut, keluar keringat dingin, maupun menangis.

Pola dasar emosi pada dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu rasa takut, rasa marah, dan rasa cinta. Ketakutan merupakan emosi yang muncul saat kita merasa terancam. Emosi takut seringkali dianggap sebagai alarm bahwa tubuh kita butuh bergerak dan untuk menghindari apa yang mengancam kita. Emosi takut biasanya menyebabkan beberapa perubahan psikologis fisiologis, misalnya detak jantung yang berdegup lebih kencang.

Selanjutnya, emosi marah merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang dan permusuhan. Emosi marah biasanya muncul karena adanya perasaan frustasi, merasa disakiti atau merasa tidak diperlukan, ataupun karena diperlakukan secara adil. Sedangkan emosi cinta atau love merupakan emosi yang kita rasakan ketika merasa senang puas dan sejahtera.

Apakah arti pentingnya emosi bagi anak? Emosi bagi anak merupakan pengalaman kesenangan. Anak memberikan tanda emosi melalui ekspresi wajah. Emosi berperan mempersiapkan tubuh anak untuk melakukan suatu aktivitas. Emosi juga membantu anak beradaptasi terhadap lingkungannya. Lebih lanjut lagi, emosi mampu memotivasi terjadinya perilaku pada anak.

Riza Triani bersama salah satu anak berkebutuhan khusus
Riza Triani bersama salah satu anak berkebutuhan khusus. Mengendalikan emosi pada anak berkebutuhan khusus membutuhkan keterampilan tersendiri.

Karakteristik Perkembangan Emosi Anak

Bagaimanakah karakteristik perkembangan emosi anak? Pada awalnya, emosi anak berlangsung singkat kemudian berangsur-angsur stabil. Emosi anak bersifat intens. Seringkali kita menjumpai emosi pada masa kanak-kanak masih bersifat temporer. Respons emosi anak pun bermacam-macam. Emosi anak dapat dideteksi dengan melihat gejala perilakunya. Pada usia remaja hingga menjelang dewasa, seseorang memiliki kekuatan emosi yang dapat berubah. Ekspresi anak pun dapat berubah seiring bertambahnya usia mereka.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi. Diantara faktor-faktor tersebut adalah kematangan usia, pembiasaan dan contoh orang tua, intelegensi, jenis kelamin, status ekonomi, kondisi fisik, dan pola asuh.

Dampak emosi yang terjadi pada seseorang adalah mempengaruhi tekanan darah dan aliran darah. Jika seseorang mengalami emosi maka jantungnya berdebar, pernapasan menjadi pendek, mengalami gangguan kulit, berkeringat, terjadi ketegangan otot, dan terjadi perubahan susunan hormon dalam tubuhnya.

Dampak Emosi Anak

Apakah dampak emosi secara psikis bagi anak? Marah menyebabkan keinginan untuk menghadapi dan melawan. Sedangkan rasa takut meningkatkan keinginan untuk melarikan diri dan bersembunyi.

Aktifitas belajar di rumah selama masa pandemi ini kerapkali diwarnai dengan peristiwa tantrum pada usia kanak-kanak hingga usia 7 tahun. Orang tua harus memahami karakteristik khusus temper. Tantrum temper berarti suatu gaya sikap atau perilaku yang menunjukkan kemarahan. Sedangkan tantrum adalah suatu ledakan emosi yang kuat disertai rasa marah yang bersifat destruktif. Temper tantrum terjadi karena anak belum memahami cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi atau mengendalikan diri.

Inspirasi Buka Puasa Bersama Anak Yatim Sengon Jombang Tahun 2017
Inspirasi Buka Puasa Bersama Anak Yatim Sengon Jombang Tahun 2017

Tanda-tanda Anak Tantrum

Terdapat beberapa karakteristik khusus temper tantrum yang terjadi pada anak. Tanda-tanda khusus temper tantrum yang terjadi pada anak biasanya diawali dengan menangis, menjerit, melempar barang, membuat tubuhnya kaku, memukul, berguling, dan terjadi letupan kemarahan atau mengamuk.

Apakah penyebab munculnya karakteristik khusus tantrum pada diri anak ketika mereka belajar di rumah? Karakteristik khusus tantrum muncul diawali oleh rasa tidak nyaman ketika mereka belajar di rumah. Tekanan yang terjadi selama masa belajar di rumah bisa disebabkan oleh ketidak harmonisan orang tua, aktivitas pindah rumah, kematian salah satu anggota keluarga, penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarga, ataupun masalah keuangan. Karakteristik khusus tantrum juga terjadi akibat perubahan dalam rutinitas rasa lapar, kemarahan, kecemburuan, rasa lelah ataupun frustasi.

Cara Mengatasi Tantrum Anak

Lalu, bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak? Hal pertama yang harus dilakukan oleh orangtua adalah mengenali pola tantrum pada anak. Langah berikutnya adalah memberikan kegiatan yang menyenangkan dan positif bagi anak. Orang tua perlu memberikan pujian atau hadiah untuk usaha anak yang berhasil melakukan suatu kegiatan. Langkah mengatasi tantrum selanjutnya adalah memberi label emosi pada anak dan mengajarkan kontrol diri pada anak. Cara mengatasi tantrum pada anak berikutnya adalah mengajarkan relaksasi bersikap tenang dalam menghadapi tantrum dan mengabaikan tantrum jika itu dimaksud untuk mencari perhatian.

Setiap orang tua perlu memahami kecerdasan emosi pada anak. Kecerdasan emosi pada anak dapat dilakukan dengan memberikan berbagai stimulasi pada anak. Stimulasi pada anak diberikan oleh orang tua dengan memperhatikan usia kebutuhan dan tahap perkembangan anak. Tujuan memberikan stimulasi pada anak adalah menciptakan lingkungan yang kondusif. Hal itu dapat dicapai dengan memberikan contoh dan keteladanan. Orang tua hendaknya memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak. Orangtua harus tetap memberikan berbagai stimulus pada anak untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Terakhir, orang tua harus memberikan contoh atau keteladanan bagi anak-anaknya.

Cara Mengelola Emosi Anak

Bagaimana cara mengelola emosi anak? Cara mengelola emosi anak dapat dilakukan dengan memberikan pilihan pada anak. Berikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Berikan juga kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi lingkungannya sehingga mendorong anak untuk bekerja secara mandiri.

Langkah selanjutnya dalam mengelola emosi anak adalah dengan menghargai ide atau gagasan anak anda untuk melakukan pemecahan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian, anda telah belajar mengelola emosi anak sedikit demi sedikit.

Kemudian bagaimana cara mengelola emosi dalam kegiatan belajar di rumah? Langkah pertama adalah ketahui dan pahami diri anda sendiri. Perhatikan selalu nilai, minat, jam biologis, misi, dan strategi atau kekuatan yang anda miliki. Kemampuan dan pengalaman Anda di masa lalu sangat mempengaruhi hasil pengelolaan emosi anak Anda di rumah.

Langkah kedua dalam mengelola emosi ketika anak menjalani pembelajaran dari rumah adalah melakukan manajemen waktu. Susunlah rencana atau agenda kegiatan lalu buatlah urutan prioritas kegiatan. Jangan lupakan kebutuhan relaksasi anak. Kenali juga irama dan jam biologis badan anak. Kemudian lakukan isolasi diri sendiri bila diperlukan. Langkah terakhir adalah tidak menunda-nunda pekerjaan.

Langkah ketiga dalam mengelola emosi dalam aktivitas belajar dari rumah adalah memperbaiki komunikasi anak dengan orang tua. Pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah menjadi efektif bila terdapat sinergi yang baik antara seluruh elemen pendidikan, yaitu guru, murid, dan orang tua murid.

Strategi Pengendalian Emosi Anak

Bagaimana strategi pengendalian emosi yang bisa anda terapkan selama mendampingi anak-anak belajar dari rumah? Strategi pengendalian emosi yang dapat anda lakukan ketika perilaku anak sulit dikendalikan adalah bernyanyi, berbicara terhadap diri sendiri, mencari udara segar, dan berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan.

Langkah selanjutnya yang dapat anda lakukan dalam mengendalikan emosi adalah mengubah posisi duduk atau berdiri. Anda juga perlu mengambil minuman dingin atau air hangat untuk relaksasi. Anda perlu menarik nafas dalam beberapa kali tarikan nafas dan selalu mengingat akibatnya.

Apa yang harus dilakukan oleh orang tua ketika dirinya terjebak emosi? Pertama, berpindah ruangan. Pastikan anak-anak aman dan ada yang menjaga. Kedua, tarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Ketiga, hitung satu sampai sepuluh dalam hati sebelum bicara untuk mengatur nada bicara.

Penyebab Emosi Anak

Apa yang menyebabkan timbulnya emosi anak? Penyebab emosi anak yang pertama adalah harapan orang tua. Atas dasar cinta pada keluarga, setiap orang tua memiliki cita-cita yang tinggi dan harapan yang besar terhadap anak-anaknya untuk hidup dalam suasana membahagiakan dan menyenangkan. Namun tidak sedikit tantangan dan kesulitan yang harus dihadapi dalam mewujudkan hal itu sehingga emosi yang dirasakan pun bermacam-macam.

Hal kedua yang mempengaruhi dan menyebabkan emosi anak adalah sifat bawaan. Setiap manusia terlahir dalam kondisi yang berbeda-beda dan memiliki kekhasan kondisi masing-masing yang mempengaruhi mereka menunjukkan emosinya. Orang tua perlu belajar mengenali diri dan sifat anaknya yang berbeda-beda. Tentu saja Anda akan memperlakukan anak Anda usia balita dan anak remaja secara berbeda sesuai dengan perkembangan mental dan usia mereka.

Anak Mengajak Bertengkar? Tahanlah Emosi Untuk Tidak Berdebat Dengannya
Anak Mengajak Bertengkar? Tahanlah Emosi Untuk Tidak Berdebat Dengannya

Mengapa orang tua perlu mengendalikan emosi? Karena anak adalah peniru yang ulung. Jika orang tua dapat mengendalikan emosinya dengan baik, maka anak akan menirunya. Berlaku pula hal yang sebaliknya.

Cara Mengelola Emosi Orang Tua

Lalu bagaimana cara mengelola emosi untuk orang tua yang menemani anak-anak mereka menjalani masa belajar di rumah selama masa pandemi ini? Hal pertama adalah kenali pemicu apa saja yang bisa membuat kita marah, misalkan apa saja yang kita pikirkan dan bisa memicu kemarahan kita. Kemudian ketahui kapan saatnya kita marah dan kepada siapa biasanya rasa marah itu kita luapkan.

Cara mengelola emosi untuk orang tua yang menemani anaknya dalam masa pembelajaran jarak jauh adalah dengan memperhatikan perasaan atau pikiran orang lain seolah-olah Anda sedang berada dalam posisi mereka. Mulailah dari diri Anda dan gunakan ucapan “jika saya menjadi dia”.

Cara berikutnya yang harus anda lakukan untuk mengelola emosi adalah memikirkan kata-kata yang anda ucapkan. Bisakah kata-kata tersebut diucapkan dengan cara yang lain dan memiliki kesan yang lebih baik. Kemudian dengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain dalam kaitanya dengan empati. Cobalah Anda pahami dan komunikasikan rasa emosi anda melalui perbuatan atau perkataan orang lain kepada anda.

Cara mengelola emosi orang tua berikutnya adalah menunjukkan bahwa ekspresi marah kita bukan merupakan ekspresi perasaan kita kepada seseorang, melainkan pada perilaku yang ditampilkannya. Kemarahan yang sesuai biasanya tidak diikuti oleh emosi tinggi pada yang bersangkutan. Fokuskan perhatian kita pada masalah saat itu juga. Jangan tergoda untuk merujuk kejadian masa lalu. Pilih dengan seksama situasi yang kita akan permasalahkan dan fokuskan pada hal yang keterlaluan saja.

Bentuk Dukungan Orang Tua

Apa saja bentuk dukungan orang tua selama anak menjalani kegiatan belajar dari rumah? Pertama, ciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman. Ajaklah anak untuk menyanyikan lagu kesukaannya, memainkan alat musik bersama, ataupun menarikan tarian daerah atau tarian yang disukai oleh anak. Langkah kedua yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendukung kegiatan pembelajaran jarak jauh adalah menciptakan suasana positif yang mendukung proses belajar mengajar secara jarak jauh.

Selanjutnya, bentuk dukungan orang tua selama proses belajar jarak jauh di masa pandemi adalah memperlakukan proses belajar mengajar di rumah dengan disiplin. Berikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi atau berharap yang realistis untuk waktu belajarnya. Langkah terakhir adalah orang tua jangan sampai mengalami stress selama mendampingi anak-anaknya belajar dari rumah.

Bentuk dukungan orang tua terhadap anaknya yang menjalani pembelajaran jarak jauh di masa pandemi adalah menyiapkan bahan bacaan di luar materi yang ditugaskan kepada anak. Orang tua juga perlu melibatkan anak dalam berbagai aktivitas di rumah. Ajaklah anak bermain dengan permainan yang edukatif. Orang tua dapat membacakan buku dongeng ataupun cerita yang mengandung pendidikan moral bagi anak-anaknya.

Demikian artikel pendidikan keluarga ini penulis bagikan kepada Anda. Semoga tulisan ini bisa menambah wawasan Anda dalam menemani anak-anak belajar jarak jauh di masa pandemi.


Comments

2 tanggapan untuk “Bagaimana Cara Mengelola Emosi Anak dan Orang Tua dalam Masa Belajar dari Rumah?”

  1. Avatar Risa Riyanto
    Risa Riyanto

    Tetep semangat ya kak.

  2. Setiap orang tua perlu belajar menata emosi dirinya ketika menemani anak-anaknya belajar di rumah, terutama ibu-ibu hrs dikasih uang belanja lebih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *