
Kegiatan fogging atau penyemprotan nyamuk demam berdarah telah dilaksanakan di Dusun Guwo Desa Latsari Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang pada Minggu, 12 Januari 2020 kemarin. Persiapan fogging nyamuk demam berdarah telah dilakukan beberapa hari sebelumnya. Berita ini telah beredar dan disampaikan oleh masing-masing ketua Rukun Tetangga (RT) terdekat. Biaya penyemprotan nyamuk demam berdarah sebesar Rp12.000 per kepala keluarga (KK).
Penulis mendapatkan kabar rencana fogging dari salah satu ketua RT. Beliau berujar bahwa akan dilaksanakan program fogging nyamuk demam berdarah di pemukiman penduduk dan juga di gedung lembaga pendidikan milik pemerintah. Informasi ini telah disampaikan ke kepala sekolah dasar yang ada di desa. Berita awal yang menyebar tidak menentukan tanggal pelaksanaan. Hanya terdengar kabar rencana fogging kira-kira Hari Sabtu atau Minggu saja. Sempat terjadi perencanaan pemulangan siswa lebih awal jika fogging dilakukan di sekolah pada hari Sabtu.
Untungnya, pelaksanaan fogging nyamuk demam berdarah di laksanakan pada hari Minggu sehingga tidak mengganggu aktivitas belajar dan mengajar siswa di sekolah. Kendati demikian gedung-gedung sekolah tetap diberikan perlakuan sama seperti halnya rumah penduduk. Gedung sekolah mendapatkan penyemprotan asap untuk memberantas nyamuk demam berdarah. Walaupun saat ini belum satupun warga di Dusun Guwo yang melaporkan diri terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD) namun upaya pencegahan telah dilakukan oleh Pemerintah desa ini untuk menghindari timbulnya korban DBD.
Jalanan desa di sekitar tempat tinggal penulis pada hari Minggu tampak ramai sejak pagi. Anak-anak berkumpul dengan ibu-ibu. Mereka berbaris di sepanjang jalan menantikan kedatangan tim fogging yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Desa. Tim pelaksana fogging nyamuk demam berdarah kali ini tidak berasal dari warga setempat seperti halnya tahun lalu. Pemerintah Desa bekerjasama dengan lembaga lain untuk melaksanakan fogging nyamuk demam berdarah.
Kegiatan fogging dimulai sekitar pukul delapan pagi di salah satu lingkungan RT. Penulis telah bersiap di depan rumah menantikan kedatangan tim fogging. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh warga untuk menghindari dampak buruk dari aktivitas penyemprotan nyamuk demam berdarah. Mereka menutup persediaan makanan dan bahan-bahan yang kemungkinan besar terkena pengaruh asap semprotan nyamuk demam berdarah. Kanak-kanak dan bayi mendapatkan perhatian khusus dari orangtua mereka agar tidak ikut kakak-kakak mereka yang tampak mendekati mesin penyemprot karena penasaran dengan kinerja mesin penyemprotan nyamuk.
Penulis menanti kedatangan tim fogging dari pagi hingga pukul 12.00 siang dan tidak ada tanda-tanda kehadiran tim fogging. Rupanya kegiatan penyemprotan nyamuk demam berdarah dilakukan secara bertahap. Tiga buah tim penyemprotan nyamuk demam berdarah bekerja dari berbagai arah untuk menghalau perkembangbiakan nyamuk yang bisa menyebabkan berbagai penyakit terhadap warga.
Walaupun tim fogging telah lewat di depan rumah penulis pada pukul sembilan pagi, ternyata penyemprotan tidak dilakukan saat itu juga karena rumah penulis tidak dalam satu lingkungan RT. Rumah penulis mendapatkan jadwal penyemprotan paling akhir, yaitu pukul dua siang. Penantian dari pagi sampai pukul dua siang akhirnya berbuah hasil. Rumah penulis pun mendapatkan penyemprotan nyamuk demam berdarah.
Ada cerita unik dibalik kejadian penyemprotan nyamuk demam berdarah kali ini. Setelah shalat dhuhur, penulis bersiap-siap untuk mandi karena akan mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi tempat penulis belajar. Penulis menunggu kedatangan tim fogging lama sekali dan ternyata mereka tidak kunjung datang juga. Penulis was-was jika nanti tim fogging datang ketika penulis sedang mandi didalam kamar mandi.
Dan benar saja dugaan itu terjadi. Ketika penulis sedang mandi terdengar suara raungan mesin penyemprot nyamuk demam berdarah tepat berada di belakang rumah penulis. Penulis sudah mengetahui bahwa sudah ada tiga tim melakukan penyemprotan. Maka dengan secepat kilat penulis berusaha mengakhiri kegiatan mandi siang hari itu. Syukurnya ketika penulis sudah berpakaian lengkap dan keluar dari rumah lalu tampak seorang petugas membawa mesin penyemprot memasuki ruang tamu rumah penulis.
Penyemprotan terhadap nyamuk demam berdarah di rumah penulis berlangsung tidak lama, hanya sekitar 5 menit saja. Penyemprotan dilakukan hanya pada jalan ruang tengah hingga dapur. Penyemprotan tidak dilakukan di dalam area kamar tidur masing-masing anggota keluarga. Meski demikian, efek dari asap fogging nyamuk demam berdarah bisa menyebabkan kepala pusing. Penulis merasakan pandangan mata berputar-putar dan rasanya ingin muntah setelah membau asap fogging nyamuk demam berdarah selama kurun waktu singkat.
Kebetulan saat itu telah terjadi peristiwa meninggalnya salah seorang warga tetangga di dekat rumah penulis sehingga penulis terpaksa bertahan di teras rumah dan tidak terlalu berani keluar rumah. Dibutuhkan sikap tenang untuk menjaga rumah sekaligus tidak ingin mengganggu kesedihan warga yang telah ditinggal meninggal dunia. Sungguh pengalaman fogging nyamuk demam berdarah kali ini cukup unik.
Beberapa hari setelah dilakukan fogging nyamuk berdarah ternyata peredaran spesies nyamuk di Dusun Guwo malah semakin meningkat. Nyamuk-nyamuk menggigit lebih sakit daripada sebelumnya. Mungkin inilah bentuk pembalasan mereka terhadap perilaku manusia yang mengusik ketenangannya. Namanya juga usaha manusia untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue, dampak negatif harus ditanggung bersama.
Meskipun kegiatan fogging nyamuk demam berdarah telah mengusik ketenangan kumpulan nyamuk liar namun hal itu harus tetap dilakukan supaya bisa mencegah terjadinya korban penyakit demam berdarah dengue. Bagaimana dengan pengalaman anda mendapatkan kegiatan penyemprotan nyamuk demam berdarah di tempat tinggal Anda? Apakah Anda juga mengalami keluhan pusing, sakit kepala, dan mual setelah dilakukan penyemprotan nyamuk demam berdarah. Silakan berbagi pengalaman di kolom komentar.
Tinggalkan Balasan