The Jombang Taste menyapa Anda lagi dengan ulasan artikel wisata budaya Kebo-keboan. Upacara adat kebo-keboan merupakan ritual tradisional yang diadakan oleh masyarakat Jawa Timur. Tradisi suku Osing ini bertujuan untuk meminta kesuburan tanah, panen yang melimpah, serta terhindar dari malapetaka baik yang akan menimpa tanaman maupun bahaya untuk manusia yang mengerjakannya. Upacara ini sering diadakan oleh masyarakat Osing di Dusun Krajan Desa Alas Malang Kecamatan Singoguruh Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Jika Anda sedang berlibur ke Taman Nasional Baluran, tak ada salahnya menyaksikan upacara adat kebo-keboan.
Menurut Yodi Kurniadi (2017), asal usul adanya upacara kebo-keboan berawal saat Dusun Krajan mengalami peristiwa pagebluk. Pagebluk adalah timbulnya berbagai macam hama penyakit yang menyebabkan kematian tanaman pertanian. Untuk mengatasi bencana pagebluk itu salah seorang masyarakat setempat yang bernama Buyut Karti mengadakan ritual dengan cara menirukan perilaku seekor kerbau yang sedang membajak sawah. Ternyata ritual adat suku Osing ini mampu menjadi penghalau dari berbagai macam bencana yang menimpa Dusun Krajan. Oleh karena itu ritual ini kemudian dinamakan upacara adat kebo-keboan yang dilakukan secara rutin setiap satu tahun sekali dan berlangsung meriah.
Pelaksanaan upacara adat Kebo-keboan oleh masyarakat Jawa dari suku Osing dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pelaksanaan selamatan di Petaunan yang dipimpin oleh Kepala Dusun Krajan. Langkah kedua adalah ider bumi atau arak-arakan mengelilingi Dusun Krajan. Langkah ketiga dalam upacara kebo-keboan adalah pelaksanaan ritual kebo-keboan yang dilakukan di daerah persawahan Dusun Krajan. Tahap tiga ini dipimpin oleh seorang pawang yang dianggap sebagai orang ahli dalam memanggil roh-roh para leluhur.
Unik dan Meriah
Banyak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan upacara kebo-keboan oleh masyarakat Osing di Kabupaten Banyuwangi. Diantara mereka adalah aparat Dusun Krajan dan beberapa kelompok seniman yang ada di wilayah Alasmalang. Selanjutnya, upacara adat Osing ini melibatkan empat orang warga atau lebih akan menjadi karakter kebo-keboan. Masyarakat lain di sekitar lokasi pun turut membantu menyiapkan perlengkapan upacara maupun menyaksikan jalannya upacara.
Jalannya upacara kebo-keboan berlangsung ramai sekali. Para peserta upacara yang terdiri dari para sesepuh dusun, seorang pawang, perangkat dusun, dua pasang kebo-keboan, para pembawa sesajen, pemain musik Hadrah, pemain barongan, dan warga Dusun Krajan akan melakukan pawai edar bumi mengelilingi Dusun Krajan bawah ini dimulai dari Petaunan kemudian menuju ke Bendungan air yang berada di ujung jalan Dusun Krajan. Arak-arakan ini tentu saja mengundang kunjungan wisata budaya.
Sesampainya di bendungan, para peserta pawai adat Osing akan disambut seorang jagatirta. Jagatirta adalah petugas pengatur air bendungan. Dia akan segera membuka Bendungan sehingga air mengalir ke sepanjang jalan dusun yang sebelumnya telah ditanami tanaman palawija oleh para pemuda. Sementara itu para peserta upacara kebo-keboan segera menuju ke area persawahan milik warga Dusun Krajan. Di persawahan itulah kebo-keboan tersebut mulai memperlihatkan perilakunya yang mirip seperti seekor kerbau yang sedang membajak atau berkubang di sawah. Sebagian peserta upacara segera turun ke sawah untuk menanam benih padi. Setelah benih tertanam para peserta yang lain segera berebut untuk mengambil benih padi yang baru ditanam tersebut.
Upacara adat suku Osing di Kabupaten Banyuwangi ini biasanya mampu menarik perhatian para wisatawan. Mereka berkunjung ke Banyuwangi untuk menyaksikan keunikan upacara adat kebo-keboan yang tidak bisa dijumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. Selain menyaksikan festival adat Kebo-keboan, wisatawan juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Taman Nasional Baluran di Banyuwangi. Bagaimana dengan rencana liburan anda? Apakah anda tertarik juga untuk melihat langsung keunikan ritual tradisi kebo-keboan di Banyuwangi? Mari jelajahi keindahan budaya Nusantara!
Tinggalkan Balasan