Upacara sunatan disebut juga dengan upacara khitan. Upacara sunatan dilakukan pada saat anak laki-laki menjelang usia pubertas. Dalam pelaksanaan khitan itu masyarakat adat Jawa mempunyai ciri dan kebiasaan yang berbeda-beda. Terdapat perbedaan rangkaian acara masyarakat Jawa yang melaksanakan tradisi sunat menurut adat Jawa asli dan ada pula yang diselipi dengan pengaruh ajaran agama Islam. Anak laki-laki yang akan disunat umumnya berusia antara 4 sampai dengan 8 tahun. Namun secara umum anak laki-laki yang sudah kelas 6 sekolah dasar seharusnya telah mengalami upacara sunnatan atau khitan. Jika tidak disunat maka anak laki-laki itu akan menjadi bahan olok-olokan teman teman sepermainan mereka.
Pelaksanaan tradisi sunat adalah sebagai bentuk perwujudan secara nyata pelaksanaan hukum Islam. Ibadah khitan dalam agama Islam mencontoh perilaku Nabi Ibrahim yang menjalani khitan atau sunat untuk pertama kali dalam sejarah para nabi dalam agama Islam. Sunat atau khitan merupakan pernyataan pengukuhan sebagai orang Islam. Manfaat dari sunat adalah untuk menjaga kesehatan tubuh dan fikiran secara Islam. Oleh karena itu orang sering menyebut sunat sebagai selam yang artinya mengislamkan anak baik secara jasmani maupun rohani. Dalam ajaran agama Islam anak yang telah mengalami menjalani upacara tradisi sunat maka sudah disebut sebagai akil baligh. Anak yang telah mencapai masa akil baligh berkewajiban untuk menjalankan perintah sholat wajib lima waktu secara penuh.
Menurut Yodi Kurniadi (2017) dalam buku Adat Istiadat Masyarakat Jawa Timur, rangkaian acara upacara sunatan menurut tradisi suku Jawa terdiri dari 9 rangkaian acara. Pertama, anak yang disunat matanya ditutup dari belakang oleh orang tua yang memangkunya. Lalu langkah kedua adalah juru sunat segera mulai menyunat atau dalam istilah Jawa disebut netesi. Ketiga, hasil sunatan dicampur kunyit dan kapas yang selanjutnya dimasukkan ke dalam cuwo yang berisi bunga setaman. Cuwo adalah semacam tempayan yang terbuat dari tanah liat. Langkah keempat, cuwo yang berisi hasil tetesan sunatan kemudian di labuh atau dilarung di sungai atau bengawan.
Langkah kelima dalam upacara tradisi sunat di suku Jawa adalah setelah selesai disunat maka anak tersebut disuruh mengunyah jamu yang terbuat dari lengkuas, kencur, kunyit asam, ketumbar, adas pulawaras, dan kunyit manis. Semua bahan-bahan jamu tersebut mentahan. Lalu langkah ke-6 dalam tradisi sunat Jawa yaitu mengenai cara mengunyahnya bergantian dan yang diambil adalah isapan air ludah sedangkan ampasnya dibuang. Langkah nomor 7 setelah selesai mengunyah jamu tersebut anak yang bersangkutan menekan telur ayam mentah. Selanjutnya langkag nomor 8 anak itu dimandikan dengan duduk di bangku dingklik atau kursi kayu tanpa sandaran beralaskan seperti waktu disunat. Setelah selesai dimandikan selanjutnya anak yang sunat tadi dipakaikan busana model Jawa kain kebaya yang masih baru.
Apa perbedaan sunat dengan tradisi Jawa dan khitan berdasarkan ajaran agama Islam? Perbedaan paling utama adalah agama Islam tidak memiliki ritual yang rumit seperti langkah-langkah di atas. Agama Islam mengajarkan anak-anak untuk dikhitan secara medis dan tidak ada ritual seperti halnya dalam suku Jawa. Perkembangan sekarang ini masyarakat lebih menyukai upacara khitanan dengan tradisi Islam. Mereka mengundang kelompok musik Banjari dan melantunkan lagu-lagu sholawat nabi dan shalawat barzanji. Setelah itu orang tua yang menyunatkan anaknya akan mengundang tetangga yang tinggal di kiri dan kanan rumah untuk menghadiri kenduri. Kenduri merupakan kegiatan doa bersana dan sedekah makanan sebagai bentuk syukur kepada Allah. Menu makanan yang disajikan dalam upacara kenduri adalah nasi kuning, nasi kebuli, ayam ingkung, ayam bakar, ayam goreng lalapan sayuran, krawon sayuran, nasi soto, nasi rawon, dan berbagai hidangan khas Jawa yang lezat. Semua kuliner Jawa itu disajikan secara gratis untuk para tamu undangan. Inilah salah satu keunikan dari upacara sunatan bagi masyarakat Jawa di mana semangat kegotongroyongan masih menjadi sifat yang dominan dalam hidup di masyarakat modern.
Dalam perkembangannya, masyarakat Jawa yang melaksanakan sunat bukan hanya dari keluarga muslim atau beragama Islam saja. Bahkan keluarga non muslim pun ikut melaksanakan upacara sunat untuk anak-anak mereka dengan alasan menjaga kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai resiko penyakit menular. Kadangkala kala upacara tradisi sunatan dilakukan secara meriah dan mengundang kelompok seniman Jawa yang mempertontonkan hiburan rakyat. Jenis tontonan itu antara lain pertunjukan seni ludruk, Pagelaran Seni wayang, pertunjukan Patrol modern, seni kuda lumping, maupun seni bantengan yang semuanya itu mengundang kehadiran masa untuk menyaksikan hiburan rakyat secara gratis. Bisa dipastikan, jika ada orang Jawa yang melakukan sunatan terhadap anaknya maka seluruh desa akan tampak semarak dan ramai oleh kehadiran para kelompok seniman dan penonton dari berbagai masyarakat desa sekitarnya. Mari kenali budaya negerimu!
Tinggalkan Balasan ke Lacey Lynn Batalkan balasan