Seperti makanan yang matang sebelum waktunya. Kebrangas! Gosong diluar tapi dalamnya mentah. Gaya hidup anak muda jaman sekarang telah jauh kebablasan. Anak-anak kecil telah pandai berbicara cinta seolah-olah mereka telah mengenal kehidupan orang dewasa. Cara berpikir mereka tidak lagi seperti anak kecil yang hidup pada masa 20 tahu lalu. Anak-anak yang hidup ada jaman tahun 90-an bisa berfokus pada kegiatan belajar dan bersekolah daripada kids jaman now yang hidup pada jaman sekarang. Pada waktu itu telah ada media hiburan televisi namun pengaruhnya tidak terlalu berdampak pada perkembangan mental anak-anak pada masanya. Berbeda sekali dengan zaman sekarang di mana televisi telah merebut sebagian besar perhatian anak-anak.
Perkembangan anak-anak jaman sekarang lebih cepat dewasa karena arus informasi sudah tidak terbendung lagi. Mereka dapat mengakses teknologi informasi secara mudah. Berbekal teknologi internet telah memudahkan manusia untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam bidang apapun. Apa yang ingin manusia diketahui bisa segera diketahui dengan membuka mesin pencari google. Bukan hanya bertambah wawasan saja, anak-anak kecil sudah sudah pandai berbicara layaknya orang dewasa. Kids jaman now memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi namun lemah dalam menyaring informasi.

Ekspresif dan Kreatif
Fenomena kids jaman now bicara cinta tertangkap oleh video rekaman penulis hari ini di Sanggar Genius. Sanggar Genius adalah kelompok belajar anak-anak mulai usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Anak didik Sanggar Genius diajarkan membaca Al-Quran dan belajar matematika. Dua bidang ilmu itu diberikan kepada anak-anak sebagai bekal kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Pengetahuan Alquran berguna untuk membentengi mereka agar selalu mengamalkan ajaran agama islam dengan baik. Sementara itu ilmu matematika digunakan untuk memenuhi tantangan kehidupan yang tidak luput dari transaksi bernilai ekonomi dan membutuhkan pemikiran logis.
Anak-anak kecil jaman sekarang sudah pandai menyatakan ungkapan hatinya. Saat mereka memiliki teman dekat maka mereka dengan bangganya mereka memamerkan kepada teman-teman dan orang-orang yang berada di sebelahnya. Aksi ini bukan hanya terjadi di lingkungan kelompok belajar saja bahkan di lingkungan sekolah pun semakin banyak siswa yang telah memiliki kematangan berfikir sebelum waktunya. Perwatakan kids jaman now terlihat imut tapi sejatinya masa depan mereka mengkhawatirkan.
Pengaruh Internet
Kids jaman now tidak lagi memiliki prioritas untuk bermain ketika jam istirahat belajar. Aktivitas mereka di waktu luangnya adalah memainkan ponsel pintar (smartphone) dan mengakses berita-berita terkini terkait kehidupan remaja modern. Apa yang sedang dilakukan oleh artis idola mereka maka itulah panutan mereka. Nilai moral dan ajaran agama yang diajarkan oleh guru dan orangtua seolah-olah tidak berbekas di hati mereka. Berita artis kawin-cerai dan pacaran-perselingkuhan sudah menjadi santapan biasa bagi otak anak. Sungguh miris!
Apa yang bisa kita lakukan dalam menyikapi kondisi seperti ini? Dekadensi moral ini bukan hanya terjadi di satu atau dua lokasi saja. Hampir seluruh wilayah di dunia telah merasakan gejala perubahan sosial yang sangat cepat ini. Tindakan yang bisa dilakukan oleh para orang tua adalah memberi keteladanan hidup dalam perilaku mereka sehari-hari. Bagaimanapun anak-anak adalah kelompok peniru yang paling ulung. Mereka suka menirukan apapun yang mereka lihat, apapun yang mereka dengar, dan apapun yang mereka rasakan dari lingkungan sekitarnya.
Satu hal penting lagi adalah anak-anak perlu ditempatkan pada lingkungan pendidikan yang kondusif dan efektif. Lingkungan belajar yang tepat bermanfaat terbentuknya pendidikan karakter yang ideal sebagaimana harapan semua orang tua yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jauhkan anak-anak Anda dari pengaruh buruk pertemanan yang tidak membawanya pada kebaikan. Anda adalah bos di rumah Anda. Ambillah sikap tegas jika anak mulai menunjukkan gejala-gejala perilaku menyimpang. Temani terus mereka selama menjalani masa tumbuh kembang di usia emasnya. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi Anda dalam mendidik anak.
Tinggalkan Balasan