Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah organisasi para guru mata pelajaran (mapel) yang anggota berasal dari lingkup area tertentu. KKG dapat dibentuk di tingkat kecamatan maupun di tingkat Kabupaten/Kota. Menurut jenis pelajaran yang diampu, KKG dapat dibagi menjadi KKG Guru Kelas dan KKG Guru Mapel. Misalnya KKG PAI, KKG MKI, KKG PJOK, KKG Matematika, KKG Bahasa Jawa, KKG Bahasa Inggris, KKG Fisika, KKG Geografi, dan lain-lain. Ada juga KKG yang dibentuk sesuai kelas. Misalnya KKG Kelas 1, KKG Kelas 2, KKG Kelas 3, dan seterusnya.
Kehadiran KKG telah lama dirasakan oleh para guru namun dampak dari keberadaan KKG mapel kurang begitu mendukung peningkatan kompetensi guru dan peningkatan prestasi anak didik. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil karya ilmiah guru dan rendahnya tingkat pencapaian prestasi siswa pada lomba-lomba tertentu. Seretnya fungsi KKG antara lain disebabkan karena:
1. Faktor senioritas
Guru tua dan senior seringkali enggan melepas masa kekuasaannya. Mereka dihinggapi post-power syndrome. Sudah waktunya lengser jabatan tapi masih ingin berkuasa. Dampaknya adalah guru muda tidak mampu mengembangkan potensinya secara maksimal. Beragam kegiatan dikendalikan penguasa lama KKG yang menutup mata dari fenomena pendidikan terkini. Mungkin mereka lupa bahwa sekarang ini mereka hidup di abad 21 tapi cara berpikir mereka masih ala abad 20.
2. Tidak fokus
Terlalu banyak organisasi guru yang diikuti bisa memusingkan kepala. Contoh sederhana adalah pengurus KKG Keagamaan Islam. Seorang pengurus KKG tersebut juga aktif menjabat di organisasi organisasi guru TPQ, organisasi pemuda Islam, kelompok Seribu Rebana, dan organisasi agama di desa. Tidak salah dengan sibuknya kegiatan Anda dalam kebaikan. Namun akibatnya adalah Anda tidak fokus pada tujuan mengurus KKG. Terlalu banyak waktu tersita di luar sana dan Anda lupa mengelola KKG. Inilah contoh awal dari kegagalan Anda mengelola waktu yang sangat berharga.
3. Tidak Mempunyai Rasa Memiliki
Karena tidak memiliki rasa mempunyai organisasi, maka setiap guru pengurus KKG tidak bersedia meluangkan waktu mengurus KKG. Hal ini sangat sering terjadi. Mengapa harus ribet mengurus masalah puluhan guru kalau tidak ada timbal baliknya (baca: gaji tambahan)? Kurangnya rasa memiliki organisasi KKG mengurangi semangat mengembangkan potensi para guru yang tergabung dalam KKG.
Solusi Menghidupkan KKG
Lalu, bagaimana cara mengembangkan organisasi KKG? Ada banyak cara yang bisa Anda kreasikan untuk mengubah kondisi stagnan menjadi progesif. Misalnya…
1. Regenerasi Pengurus KKG
Jika sebuah kepengurusan KKG tidak aktif berjalan selama setahun berturut-turut, itulah tanda nyata perlu adanya regenerasi pengurus KKG. Proses pergantian pengurus KKG selalu tidak mudah. Selalu ada kelompok-kelompok yang saling bertikai dan berpeluang menimbulkan konflik. Jalani saja konflik tanpa takut proses perubahan akan terhenti. Ini memang cara alami untuk memilih orang-orang yang peduli pada KKG. Jangan hiraukan suara sumbang terhadap susunan kepengurusan KKG yang baru. Jawablah keraguan mereka dengan kerja nyata.
2. Pelatihan Berkala
Jika pengurus KKG yang baru sudah terbentuk, maka tugas berikutnya adalah membekali organisasi dengan peningkatan kompetensi guru. Cara mudah yang perlu dilakukan adalah pelatihan secara berkala terhadap guru. Pelatihan dijadikan satu dengan pertemuan rutin KKG setiap bulan, setiap dua bulan, dan waktu-waktu lain yang disepakati. Misalnya pelatihan cara membuat media pembelajaran yang asyik dan menarik, pelatihan BCM, pelatihan qiroah, dan lain-lain. Butuh dana untuk pelatihan rutin? Biasakan setiap anggota KKG membayar iuran tiap ada pertemuan KKG. Besar iuran tergantung kesepakatan, asal tidak merugikan semua pihak. Jika memungkinkan, carilah sponsor yang akan mendanai kegiatan Anda secara massal. Ini tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil.
3. Menciptakan Iklim Kompetisi
Masih lanjutan dari poin nomor dua di atas. Cara yang bisa Anda lakukan untuk mengembangkan kinerja KKG adalah membuat lomba atau kompetisi yang berhubungan dengan pelatihan yang telah diberikan kepada guru-guru anggota KKG. Contoh: jika bulan ini diadakan pelatihan membuat media pembelajaran, maka bulan depan dilaksanakan lomba membuat media pembelajaran yang telah diterapkan pada siswa dalam KBM di kelas. Inilah cara asyik belajar meningkatkan potensi guru tanpa perlu merasa dipaksa. Untuk keadilan sistem kompetisi ini, carilah tim penilai atau juri yang mampu bersikap netral dari luar organisasi KKG.
Semoga artikel ini bisa menginspirasi Anda. Selamat mengajar!
Tinggalkan Balasan