Upacara adat petik laut merupakan upacara atau tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat kampung nelayan di Ngemplakrejo Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Dalam upacara ini berbagai jenis ukuran kapal digerakkan ke tengah laut untuk dilarung. Pemandangan ini menghasilkan kemeriahan yang sangat baik untuk menarik kunjungan wisatawan domestik dan turis asing. Pada upacara adat Petik Laut ini warga juga melarung atau menghanyutkan tumpeng sedekah yang berisi jajanan pasar dan kepala sapi.
Sebelum acara dimulai masyarakat setempat terlebih dahulu mengikuti acara Istighosah atau doa bersama menurut agama Islam yang dipimpin oleh seorang Kyai atau ulama. Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur dan sekaligus tolak bala. Warga berdoa bersama di sebuah aula atau tempat pertemuan yang telah ditentukan oleh panitia pelaksanaan. Kegiatan bancakan adat Jawa ini turut diwarnai dengan sedekah makanan. Beragam kuliner khas Jawa dibagikan kepada warga yang hadir. Nasi tumpeng, ayam bakar, urap-urap dan beragam masakan desa diberikan kepada masyarakat yang ikut berdoa bersama.
Setidaknya terdapat dua lokasi tetap pelaksaan upacara adat Petik Laut, yaitu di Pasuruan dan Malang. Dalam proses upacara petik laut di Kabupaten Pasuruan perahu yang berisi tumpeng, jajan pasar dan kepala sapi dihanyutkan ke tengah laut. Kemudian ratusan orang berebut tumpeng tersebut. Warga akan merasa senang dan bangga bila berhasil mendapatkan tumpeng yang dilarung di tengah laut. Kegembiraan pun terpancar pada wajah-wajah nelayan yang ikut berpartisipasi dalam upacara adat Petik Laut ini. Hal ini bermakna sebagai rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Tempat pelaksanaan upacara adat Petik Laut berikutnya adalah di Pantai Sedang Biru Kabupaten Malang. Prosesi pelaksanaan Petik Laut kurang lebih sama dengan di Pasuruan. Mula-mula warga mengadakan kegiatan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Mereka berdoa semoga Tuhan selalu memberikan keselamatan, kesehatan dan rejeki yang melimpah kepada seluruh warga nelayan. Setelah berdoa, warga membagi-bagikan nasi tumpeng kepada masyarakat yang ikut berdoa. Kemudian sebagian tumpeng itu dilarung ke laut sebagai wujud kecintaan mereka kepada lingkungan.
Awas kena azab ilahi kayak di Palu kmrn.
Kena tsunami baru terasa lu…
Hahaha…
Review bagus sekali kak. Thanks a lot ya.
Dunia wisata jgn dicampur aduk dgn ajaran agama. Biarlah semua bicara sesuai bidangnya.
Awas kena azab illahi.
Bersedekah tuh kpd manusia, bkn ke laut.
Metik air laut pake alat apa ya?
Niatkan buat sedekah. Bukan memuja dewa laut.
Tradisi yg unik. Bagus kang.
Aku bangga jadi anak nelayan.
Owww… inikah ritual menyembah Nyi Roro Kidul?
Makasih liputannya kak