Genta Hanya Menduga, Tidak Mampu Merasa

Pada suatu hari di sebuah kota kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Genta. Ia bukanlah manusia biasa, karena memiliki kemampuan misterius yang tak dimiliki oleh yang lain. Genta memiliki kekuatan istimewa untuk membaca pikiran orang, namun ironisnya, ia tidak dapat merasakan emosi.

Genta menggunakan kemampuannya tersebut untuk membantu orang lain, meskipun ia sendiri ditolak oleh masyarakat karena keanehannya. Ia pun bersembunyi di balik topeng figur super yang ia sebut “Penduga”, selalu berada di bayang-bayang kejadian kehidupan orang lain.

Suatu malam, Genta mendengar desah sesak nafas seorang wanita yang berjalan sendirian di jalan yang sepi. Tiba-tiba, sekelompok penjahat menysisir jalan tersebut dengan niat jahat di benak mereka. Insting Genta mengatakan bahwa wanita itu dalam bahaya. Ia pun segera bertindak sebagai Penduga untuk menyelamatkannya.

Dengan lincah, Penduga mengalahkan para penjahat dan menyingkirkan mereka. Namun, bukannya berterima kasih, wanita itu menatap kosong Penduga dan berkata, “Akankah aku selalu hidup dalam ketakutan? Kenapa tak seorang pun yang mampu mengerti perasaanku?”

Penduga ingin menjawab, tetapi ia tidak tahu apa yang dirasakan wanita itu. Genta hanya bisa menduga apa yang ada di benak seseorang, namun tidak mampu merasa. Begitu juga dengan rasa kesepian dan ketakutan yang dialami wanita ini.

Ketidakmampuan Genta merasa menjadi hantaman berat di dadanya. Seandainya ia bisa merasakan seperti manusia lainnya, mungkin Genta bisa menghibur wanita itu dengan lebih baik. Namun di saat yang sama, Genta menyadari bahwa ini adalah takdir yang harus ia jalani.

Sejak saat itu, Genta kian menekuni kehidupan sebagai Penduga dan berkomitmen untuk menjadi pahlawan bagi orang-orang yang membutuhkannya Setiap kali ia membantu seseorang, ia selalu berusaha menggali lebih dalam untuk memahami apa yang sebenarnya mereka butuhkan, meskipun ia tak dapat merasakan perasaan mereka.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai menerima keberadaan Penduga dan menganggapnya sebagai pahlawan. Kendati begitu, Genta terus merasa sendiri di balik topeng yang menutupi identitasnya.

Hingga pada akhirnya, Genta bertemu dengan seorang wanita memiliki kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain, yang dikenal sebagai Empati. Bersama-sama, mereka melengkapi kelemahan masing-masing dan bekerja sama untuk menjadi pahlawan yang memahami pikiran dan perasaan dari orang-orang yang mereka tolong.

Karena terlepas dari segala kemampuan yang dimilikinya, terkadang Genta hanya ingin menjadi seorang manusia biasa yang mampu merasa dan saling mengerti bersama orang lain.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *