Rabu, 21 Februari 2018 malam hari, sekitar pukul sembilan malam, sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang diguyur hujan lebat. Hujan turun dengan deras tanpa bisa dibendung lagi. Hujan tersebut berlansung hampir semalam suntuk. Penulis terbangun karena suara keras halilintar pada hari Jumat keesokan hari jam satu dini hari. Petir masih meneror warga Jombang selama puluhan menit dan menciptakan ketakutan bagi siapa saja yang mendengarnya. Belum berhenti sampai disitu, aliran listrik ikut berhenti bekerja. Listrik padam terjadi pada saat hujan badai disertai petir. Sungguh, kami warga Guwo trauma dengan bencana puting beliung bulan lalu bisa terulang lagi. Kali hujan deras terjadi pada malam hari. Situasi yang sangat tidak menyenangkan.
Ketika penulis terbangun jam empat subuh, hujan masih turun dengan deras. Tak lama kemudian penulis menyalakan smartphone. Alangkah terkejutnya penulis saat menerima puluhan percakapan di grup-grup WhatsApp mengirimkan foto-foto kejadian banjir di beberapa lokasi di Jombang. Mojowarno, Mojoagung, Ngoro, Bareng, Gudo, Diwek, Megaluh, dan Tembelang adalah kawasan yang terendam banjir akibat hujan semalam suntuk. Sudah tak terhitung berapa sekolah yang terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar karena ruang kelasnya terendam air. Tercatat SDN Selorejo, SMPN 1 Mojowarno dan MTs Raden Rahmat meliburkan siswanya karena banjir kali ini terbilang parah. Luapan air sungai telah naik ke pemukiman warga dan menghentikan aktifitas manusia.
Laporan terkini dari posko tanggap bencana Kabupaten Jombang menyatakan bahwa banjir terjadi Mojoagung, Mojowarno, dan Sumobito dengan ketinggian air rata-rata 100 cm hingga 130 cm kecuali di Dusun Kebondalem Desa Kademangan ketinggian air mencapai 2 meter. Untuk pengungsi yang berada di posko Gambiran Mojoagung berjumlah 197 jiwa, termasuk 24 Balita dan 18 Lansia. Uvntuk korban terdampak data sementara sekitar 5297 jiwa, ditambah 492 KK dan 19 RT yang tersebar di Kecamata Mojoagung, Kecamatan Mojowarno, dan Kecamatan Sumobito.
Wilayah di Kecamatan Mojoagung yang terdampak banjir adalah Desa Gambiran 1200 KK 2850 jiwa, Desa Kademangan 650 jiwa ditambah 3 dusun 19 RT, Desa Janti 500 KK dan 2350 jiwa. Sementara itu di Kecamatan Mojowarno, banjir melanda pemukiman Desa Catakgayam 168 KK 747 jiwa, Desa Selorejo 1050 Jiwa, Desa Karanglo 40 KK, Desa Gondek 52 KK, dan Desa Grobogan jumlah data belum masuk. Sedangkan di Kecamatan Sumobito, sebanyak 400 KK di Dusun Grudo Desa Madyopuro terdampak banjir.
Untuk korban hanyut tercatat di Dusun Kagulan, Desa Janti, Kec. Mojoagung berjumlah 4 orang karena berenang bersama. Mereka adalah Arsi Eko, Yusuf dan Niko. 3 orang sudah bisa menyelamatkan diri. Korban Hanyut berjumlah seorang bernama Niko, usia 16 tahun. Sementara itu, korban tenggelam dan belum ditemukan berasal dari Dusun Mayangan Kecamatan Jogoroto atas nama Nazaruddin, usia 13 tahun, siswa MTs Mayangan kelas 1 dan belum ditemukan.
Banjir di Jombang tahun 2018 ini terbilang besar. Wilayah-wilayah yang dulu tidak pernah dilanda banjir ternyata terkena dampaknya. Apalagi dusun yang langganan banjir, seperti Mojokembang, Janti dan Sumoyono, sudah pasti terendam duluan. Menjelang tengah hari tadi banjir mulai surut di beberapa lokasi sehingga akses jalan raya bisa lebih lancar. Namun malam ini ketika penulis sedang menulis artikel ini, gerimis mulai turun. Entah, apakah gerimis ini akan berubah menjadi hujan lebat kembali seperti kejadian tadi malam. Penulis bersyukur bahwa Dusun Guwo memiliki sungai yang sangat dalam dan dinding curam sehingga potensi luapan air sungai ke rumah warga terbilang kecil. Terhitung hanya ada tiga rumah warga Guwo yang berada di cekungan tanah dan beresiko terkena banjir.
Penulis menyakini bahwa hujan adalah berkah dari Allah untuk segenap makhluk hidup di muka bumi. Air hujan mampu menghidupi milyaran manusia dan berbagai jenis hewan dan tumbuhan sehingga terjaga kelestariannya. Jikalau saat ini hujan telah menyebabkan bencana alam bagi manusia, pasti ada yang salah dalam mengelola alam. Semoga bencana alam banjir ini mampu membuat kita tersadar untuk lebih peduli kepada kebersihan lingkungan. Ketika alam murka, manusia menjadi tidak berdaya. Bagaimana dengan keadaan lingkungan di tempat tinggal Anda? Apakah rumah Anda termasuk kawasan rawan banjir?
Tinggalkan Balasan