Setiap anak yatim berhak berprestasi setinggi mungkin layaknya anak-anak kecil pada umumnya. Oleh karena itu Yayasan Yatim Mandiri menggelar Olimpiade Matematika dan Al-Quran (OMATIQ) Tahun 2018. Seleksi OMATIQ tingkat sanggar telah dilaksanakan akhir Agustus lalu bertempat di 19 Sanggar Genius di Kabupaten Jombang. Hari ini, Minggu 16 September 2018 telah dilanjutkan dengan seleksi OMATIQ tingkat cabang. Acara tersebut dilaksanakan tadi pagi mulai pukul delapan hingga pukul satu siang di PAUD Ar-Rahman Jombang. Halaman sekolah percontohan itu ramai dipenuhi oleh anak-anak genius yang datang dari berbagai penjuru Kabupaten Jombang.
Semifinal OMATIQ 2018 tingkat Cabang Jombang diikuti oleh sekitar 100 orang peserta. Para peserta terbagi menjadi dua kelompok lomba, yaitu lomba Matematika dan lomba Al-Quran. Lomba Matematika terdiri dari tes tulis dan tes adu tangkas. Juara bertahan OMATIQ tahun 2017, Nadhifa dari Sanggar Genius Perak, kembali menjadi jawara setelah berhasil menyisihkan 59 peserta lainnya. Sementara itu, Lomba Al-Quran menghadirkan juara baru, Dani dari Sanggar Genius Bajang, yang sukses mengungguli 48 peserta lainnya. Dani berhasil menjadi yang terbaik setelah mengikuti tes tulis, tes membaca Al-Quran, tes menghafal Al-Quran, dan tes adu tangkas pelajaran agama.
Nadhifa dan Dani berhak melaju ke babak final OMATIQ tingkat nasional yang akan dilaksanakan di Jakarta beberapa bulan mendatang. Yatim Mandiri Cabang Jombang kerap mencuri perhatian massa karena sering melahirkan juara-juara si ajang kompetisi level provinsi dan nasional. Setelah acara ini usai, akan diadakan pembinaan intensif terhadap para juara itu. Semoga Nadhifa dan Dani mampu melanjutkan trend positif anak didik Sanggar Genius Jombang. Keberhasilan para finalis OMATIQ dari Jombang diharapkan dapat meningkatkan kepedulian warga terhadap pendidikan anak yatim di sekitar tempat tinggalnya. Bagaimanapun, pendidikan adalah modal paling berharga bagi setiap anak untuk menghadapi masa depan.
Menyantuni anak yatim tidak harus dengan jalan memberi uang dan sembako. Lupakan cara jadul yang bisa memanjakan anak yatim. Kita harus memberi kail dan umpan, bukan langsung memberi ikan. Bekalilah anak-anak yatim itu dengan keterampilan hidup supaya mereka dapat berkompetisi dengan dirinya sendiri dan menjadi lebih baik. Maka tadi pagi saya mengajak serta Egy dan Tika meski dua murid Sanggar Genius Guwo itu tidak melengkapi syarat administrasi untuk ikut OMATIQ. Tujuan saya mengajak mereka berdua hanya satu, yaitu memberi pengalaman terbaik sebelum mereka lulus SD. Segala cara dan usaha telah dilakukan guru-guru genius untuk anak-anak yatim. Semoga segala pengajaran yang telah diberikan para guru bisa memberi manfaat bagi terbentuknya kepribadian anak yatim yang cerdas, santun dan tangguh. Aamiin.
Tinggalkan Balasan ke Teko Neko Batalkan balasan