Apa kabar sobat pembaca The Jombang Taste? Tahukah kalian bahwa setiap daerah di Nusantara pasti memiliki permainan tradisional anak-anak yang khusus dan spesifik dari daerah tersebut. Permainan tradisional anak ini alangkah baiknya kalau kita kenalkan secara luas. Bukan saja agar dapat dikenal oleh anak-anak daerah lain, tapi juga agar dapat dimainkannya. Kita bisa menjumpai aneka permainan ini dalam festival dolanan anak yang sering diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia.
Kali ini The Jombang Taste membahas permainan tradisional pintu seketeng. Yang dimaksud dengan permainan tradisional pintu seketeng adalah tidak bedanya dengan pintu gapura. Gambar permainan seperti di atas. Permainan ini dimainkan oleh sejumlah 20 anak atau lebih. Dapat juga oleh anak satu kelas di sekolah. Permainan dapat dipimpin oleh seorang guru, tapi juga bisa tanpa guru atau dimainkan sendiri.
Cara Bermain Dolanan Anak
Cara memainkan permainan Pintu Seketeng cukup mudah. Pilih dua orang anak yang paling besar. Mereka berdua berdiri berhadapan. Kedua tangan diacungkan ke atas dan bergandengan, seolah-olah merupakan lengkung gapura. Anak-anak yang lain berbaris urut, menghadap ke pintu seketeng (gapura) tadi. Jarak dari gapura sekitar 4 meter.
Cara berbarisnya peserta dolanan anak adalah sebagai berikut. Setiap anak yang berdiri di belakang, kedua tangannya memegangi pundak kawan yang ada di depan. Demikian seterusnya, sampai anak yang paling belakang. Sambil bergerak maju ke arah pintu seketeng, barisan ini bernyanyi dengan lagu apa saja yang kiranya sesuai.
Ketika barisan yang berderet seperti ular ini tiba di depan pintu, maka salah seorang anak yang bertugas sebagai pintu segera bertanya. “Hai, kalian mau ke mana?” “Mau beli daging sapi satu kati.” “Membawa surat atau tidak?” “Tidak.”
“Kalau tidak, masuklah lewat pintu seketeng ini!” Barisan anak-anak tersebut segera menerobos pintu seketeng. Anak yang berada di paling belakang dalam barisan tersebut, segera dipegang oleh dua anak yang bertugas menjadi pintu (pintunya roboh).
Kemudian anak yang ditangkap ini ditanya oleh anak yang menjadi pintu dengan cara berbisik. Maksudnya agar jangan sampai terdengar oleh anggota barisan yang lain. “Pilih mana, pisang raja atau pisang ambon?” Kalau anak itu menjawab “pisang raja”, maka ia harus berdiri di belakang anak yang sebelah kiri. Kalau ia menjawab “pisang ambon” maka ia harus berdiri di belakang anak yang sebelah kanan.
Syarat Permainan Selesai
Demikian seterusnya, barisan tadi terus bergerak melingkar, akhirnya kembali berhadapan dengan pintu seketeng seperti semula. Setelah terjadi tanya-jawab seperti yang pertama, maka anak yang paling belakang lalu ditangkap dan ditanya. Dengan demikian, lama-kelamaan anggota barisan itu akan habis.
Sebagian peserta dolanan anak Jawa ini ada yang mengikut anak yang menjadi pintu seketeng sebelah kiri, sebagian ada yang mengikut pintu sebelah kanan. Kedua barisan yang berhadapan ini kemudian saling bergeret-geretan. Yang lebih banyak memiliki anak buahnya, tentu akan menjadi pemenang dalam permainan ini.
Perlu pula ditambahkan di sini, bahwa ketika barisan akan memasuki pintu seketeng dan ditanya oleh si pintu, maka jawaban (dialog) dapat berganti-ganti, misalnya: “Mau beli bawang sekeranjang, mau beli lombok setenggok,” dan sebagainya lagi. Silakan Anda berkreasi membuat kata kunci yang sesuai dengan kondisi lingkungan anak-anak peserta dolanan anak.
Semoga artikel ini bisa menambah wawasan Anda untuk terhadap kekayaan budaya Nusantara. Mari lestarikan permainan tradisional anak dengan ikut bermain bersama mereka!
Daftar Pustaka:
Hardjana, HP. 1984. Permainan Tradisional Anak-anak dari Jawa Tengah. Pustaka Dian: Jakarta
Tinggalkan Balasan