Semakin hari makin banyak masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Satu masalah penting dan darurat untuk diselesaikan adalah pendidikan karakter anak. Sudah bukan rahasia lagi saat ini banyak sekolah menawarkan beragama layanan pendidikan yang unik, kreatif dan mampu mengantarkan peserta didik mencapai prestasi optimal. Tapi berprestasi saja apakah sudah cukup menjadi ukuran kesuksesan sekolah? Bagaimana dengan penilaian perilaku anak?
Anak perlu dibekali dengan moralitas bangsa Indonesia. Nilai-nilai religius wajib diterapkan dalam pendidikan anak supaya mereka tidak hanya cerdas pikiran saja, namun juga cerdas dzikir (agama) dan cerdas amal (perilaku). Cerdas agama berarti bahwa mereka menyadari segenap kepintaran yang dimiliki bukanlah menunjukkan manusia sebagai makhluk hebat. Lebih dari itu. Cerdas secara agama mampu mendekatkan makhluk pintar kepada Tuhannya.
Cerdas amal merupakan wujud dari kepedulian dan kepatuhan terhadap norma-norma yang ada di masyarakat. Misalnya, kemampuan bersopan-santun dalam berbicara dengan orang yang lebih tua. Dalam bahasa Jawa misalnya, unggah-ungguh tetap dipakai dan hal itu menunjukkan cerdas amalnya. Bagaimana mungkin Anda dapat mengatakan anak itu pintar secara emosional sedangkan dalam perilaku sehari-hari suka membentak orang tua.
Terlepas dari semua jenis keunggulan layanan pendidikan itu, orang tua sebagai role model utama harus berperan aktif di lingkungan keluarga. Keteladanan anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari mutlak diperlukan. Jangan pernah menyuruh anak berbuat baik sementara diri Anda belum mampu melaksanakannya. Tidak perlu beralasan faktor usia menghalangi keteladanan. Justru usia matang menunjukkan perilaku yang lebih matang.
Semoga artikel singkat ini bisa memberi inspirasi bagi Anda dalam mendidik putra-putri di rumah. Apakah yang kita tanam hari ini akan kita tuai esok hari. Semoga bermanfaat.
Setuju mas. Jgn mengejar akademis saja. Mental anak juga perlu dibangun.
Setuju pak.
Sepakat pak guru!
Karakter macam apa yg dicari guru?