Saya memperlakukan kelas enam sekolah dasar secara istimewa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Saya mempraktekkan disiplin secara intens kepada mereka dalam hal kehadiran di kelas dan kerapian berpakaian seragam. Tidak mengherankan bila saya termasuk guru yang sering melakukan pethalan, istilah yang mereka gunakan untuk aksi saya memotong rambut siswa yang terlalu panjang. Saya juga guru yang sering menindak siswa yang ketahuan telat datang mengikuti doa bersama setiap pagi. Kebanyakan siswa pelanggar tata tertib adalah murid kelas atas, yaitu siswa kelas 4, 5 dan 6. Singkat kata, saya termasuk guru yang paling tidak mereka sukai dalam hal penerapan kedisiplinan di sekolah. Jika ada guru yang diusulkan untuk dimutasi, mungkin nama saya akan mereka sebut pertama kali.
Hari ini (20/8/2018) saya mendapatkan sisi lain dari kepribadian para siswa kelas enam. Mereka tetap berperilaku layaknya anak-anak yang butuh bimbingan. Kali ini mereka tidak tampak liar. Mereka malah mendekati saya untuk berkonsultasi masalah perkembangan kehidupan remaja. Pertanyaan pertama yang mereka ajukan adalah bolehkah remaja berpacaran. Saya tidak kaget mendapat pertanyaan itu. Itu wajar mengingat kehidupan kids jaman now telah berubah demikian cepatnya. Masa puber remaja berlangsung lebih cepat dari usia normal. Pelajar kelas lima sekolah dasar saat ini telah mengenal kegiatan pacaran. Saya katakan kepada mereka bahwa Islam tidak mengenal kata pacaran. Anjuran Islam dalam perkenalan muda-mudi adalah lewat proses ta’aruf yang disertai setidaknya seorang mahram atau keluarga kandung yang lebih tua.
Perkembangan fisik remaja laki-laki dan perempuan usia dua belas tahun memang sangat pesat. Salah satu dari murid laki-laki kelas enam bertanya konsep mimpi basah. Mengapa mimpi basah terjadi? Apakah kewajiban seorang laki-laki yang mengalami mimpi basah? Siswa perempuan pun ikut meramaikan diskusi hari ini. Mereka bertanya mengapa wanita bisa datang bulan atau menstruasi? Apakah dampak peristiwa datang bulan? Saya pun lantas menjelaskan materi bab mandi besar meskipun bab ini tidak ada dalam silabus mata pelajaran muatan lokal keagamaan Islam. Inilah arti penting pendidikan agama dalam menemani proses tumbuh kembang remaja di lingkungan sekolah dasar. Masa-masa krusial fase awal remaja harus diberikan pendidikan seksualitas yang tepat.
Urusan perkembangan seksualitas remaja masih tabu untuk dibicarakan orang tua dan anak kandungnya. Para orang tua memandang tidak perlu pendidikan alat-alat kelamin beserta permasalahannya. Anak pun beralih ke sumber informasi lain yang belum tentu bisa dipertanggunjawabkan kebenarannya. Guru harus mampu mengambil peran vital untuk merespons perkembangan fisik dan mental peserta didik yang diajar di lembaganya. Jadi, jangan pernah tinggalkan anak-anak dan remaja sendirian mencari info terkait seksualitas. Bergaullah secara akrab dengan murid-murid kelas atas. Anda adalah sumber informasi resmi yang dapat mereka percaya. Bagaimana? Apakah Anda sudah siap bersahabat dengan murid-murid di sekolah?
Silakan berbagi pengalaman seru saat Anda mampu memasuki dunia remaja di sekolah beserta permasalahannya.
Tinggalkan Balasan