Kearifan-kearifan lokal tumbuh subur di berbagai suku dan budaya di Nusantara. Hal itu tampak dalam cerita rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Misalnya, perjuangan Putri Aji Berdarah Putri mengusir prajurit Cina yang menyerbu kerajaannya, maupun kejujuran dan ketabahan Dewi Chandrakirana dalam menyikapi iri dengki saudara tirinya. Berikut ini cerita rakyat dari Kalimantan Selatan yang menceritakan raja baik hati yang berlaku bijak kepada rakyatnya.
Dikisahkan terdapat seorang janda yang hidup dengan anaknya yang masih kecil di Kalimantan Selatan. Mereka berdua hidup sangat sederhana di sebuah gubuk tua. Tempat tinggal mereka tidak jauh dari istana kerajaan. Walaupun rumahnya berupa gubuk tua tetapi gubuk itu tampak terawat bersih, bahan-bahan kayunya pun terbuat dari kayu pilihan.
Maka tak heran bila gubuk tua itu aman-aman saja berdekatan dengan istana kerajaan karena gubuk itu dianggap barang antik yang perlu dilestarikan. Lagi pula gubuk itu hanya dihuni seorang janda dan anaknya yang masih kecil. Raja tidak pernah keberatan gubuk itu dibiarkan tetap berdiri. Megahnya istana kerajaan tidak lantas menyingkirkan kecilnya rumah-rumah penduduk.
Bukan hanya itu, setiap sebulan sekali pihak istana mengirim bahan makanan untuk menyumbang kelangsungan hidup si janda dan anaknya. Siapakah yang memimpin kerajaan yang sangat peduli rakyatnya? Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang baik hati, arif dan bijaksana.
Sang Raja sangat dekat dengan rakyatnya. Ia mau bergaul dengan semua kalangan. Baik dari bangsawan maupun rakyat jelata semuanya mau ia temui kapan saja. Dari kaum tua sampai anak kecil sekalipun dia mengakrabinya. Karena sikapnya yang baik hati itulah maka rakyat sangat menyayangi rajanya.
Istana itu memiliki halaman yang luas dan pohon-pohon yang rimbun. Setiap sore, banyak anak kecil yang bermain di halaman istana. Begitu juga halnya dengan anak janda tersebut tak luput dari keinginan bermain disana. Karena miskin maka mainan anak itu pun hanya seekor nyamuk yang diikat dengan benang. Kemana pun anak itu pergi, nyamuk itu selalu dibawanya.
Bermula Dari Nyamuk Kecil
Pada suatu hari, anak janda miskin bermain di halaman istana bersama kawan-kawannya. Karena terlalu asyik berrnain di halaman istana, anak janda miskin itu baru menyadari jika hari sudah hampir gelap. Karena takut dimarahi oleh ibunya, anak itu ingin bergegas pulang. Ia teringat pesan ibunya agar ia sudah sampai rumah sebelum matahari tenggelam. Sebelum ia kembali ke gubuknya, ia sempat menemui sang raja.
“Baginda yang baik, hamba harus segera pulang. Sebab, jika hamba telat sampai rumah, ibu hamba pasti akan marah. Bolehkah hamba menitipkan nyamuk ini di istana? Besok hamba akan bermain ke sini lagi,” pinta anak itu dengan wajah memelas.
“Boleh saja nak. Kau bisa ikatkan nyamukmu di tiang depan istana,” kata sang raja. Usai mendengar jawaban Sang Raja, anak itu segera mengikat nyamuknya di salah satu tiang istana. Anak itu pulang ke rumah dengan terburu-buru. Jangan sampai ibunya marah karena ia terlambat pulang.
Esok harinya anak itu kembali ke istana untuk bermain di halaman bersama teman-temannya. Namun ia kecewa karena nyamuk kesayangannya sudah tidak ada lagi. Ia mencari kesana-kemari nyamuk yang kemarin ia ikat.
“Teman-teman, apakah kalian melihat nyamuk yang kemarin ku ikat disini?” tanya si anak pada temannya.
“Aku tidak tahu,” jawab salah satu anak.
Jawaban yang sama ia dapatkan dari temannya yang lain. Ia masih berusaha mencari nyamuk itu. Ia melihat ke samping, ternyata ada seekor ayam jantan di dekat tiang tersebut.
“Pasti nyamukku dimakan oleh ayam ini,” gumam si anak janda miskin.
Ia pun berpikir ayam jantan itu yang telah memakan nyamuk kesayangannya. Anak itu segera menemui sang Raja. Ia berjalan dengan tergopoh-gopoh menemui Sang Raja.
“Baginda, nyamuk hamba hilang. Sepertinya nyamuk itu dimakan oleh ayam jantan milik Baginda,” kata anak itu mengadu kepada Sang Raja.
“Kalau begitu, kamu ambil saja ayam jantan itu sebagai ganti nyamuk yang dimakannya,” kata raja yang baik hati itu.
“Terima kasih Baginda,” jawab anak itu dengan riang. Kini anak janda miskin itu memiliki peliharaan ayam jantan. Ia senang mempunyai ayam jantan berbulu indah itu. Untuk seorang anak janda miskin, memiliki ayam jantan bagus pemberian seorang raja adalah sebuah kebanggan tersendiri.
Anak itu kembali bermain bersama teman-temannya. Kemana pun ia pergi, ayam itu selalu dibawanya. Ayam jantan itu juga diikatnya dengan tali karena ia khawatir akan terlepas dan hilang. Pada suatu siang yang panas, ketika ia sedang asyik bermain ayam jantan itu terlepas dari talinya. Anak itu kemudian mencari-cari ayam jantan miliknya.
Setelah hampir setengah hari ia mencarinya, ternyata ayam jantan itu pergi ke tempat ibu-ibu yang sedang menumbuk padi dengan lesung di dapur istana kerajaan. Karena lapar, ayam itu berusaha mematuk bulir-butir padi yang berada di lubang lesung. Meskipun sudah dihalau berkali-kali oleh para juru masak istana, tetapi tetap saja ayam itu naik ke lubang lesung. Rasa lapar menumbuhkan keberanian ayam jantan itu untuk memakan apapun yang ditemuinya.
Karena merasa kesal, seorang ibu memukulkan lesungnya ke arah ayam tersebut hingga ayam itu jatuh menggelepar-gelepar ke tanah dan mati. Kejadian matinya ayam jantan itu berlangsung tepat di hadapan si anak janda miskin. Melihat ayamnya mati, anak itu sangat sedih. Ia menangis seraya berlari menemui Sang Raja.
Ganti Rugi Yang Lebih Baik
Dengan menahan tangisnya anak itu berkata, “Baginda Raja, ayam jantan pemberian Baginda telah mati dipukul tukang masak istana. Hamba tidak punya mainan lagi.” Usai berkata demikian, tangis anak itu kembali pecah.
Raja yang baik hati itu berkata, “Sudah, kau jangan menangis lagi. Sekarang, kau ambillah lesung itu sebagai ganti ayam jantanmu yang telah mati,”
Betapa bahagianya hati anak itu. Ia berniat, lesung itu nantinya akan diberikan kepada ibunya untuk menumbuk padi.
“Terima kasih, Baginda. Lesung ini pasti berguna untuk ibu di rumah,” ucap si anak.
Sang Raja tersenyum melihat keluguan anak kecil yang selalu ingat ibunya itu. Karena hari sudah sore, anak itu berniat pulang. Namun sebelum pulang, ia menitipkan lesung tersebut kepada raja. Sang Raja memperbolehkannya.
“Sandarkanlah lesung itu di bawah pohon yang terdapat di halaman istana,” ucap raja.
Anak itu menuruti perintah sang raja. Ia menyandarkan lesungnya di bawah pohon. Keesokan hari, anak itu kembali ke halaman istana untuk bermain. Ketika selesai bermain dan akan kembali ke gubuknya, ia teringat lesung miliknya. Anak itu pun pergi mengambil lesung miliknya.
Tapi, betapa kagetnya ia melihat kondisi lesungnya sudah tidak seperti waktu ia tinggalkan kemarin. Lesung itu telah patah. Ia mencari tahu apa penyebab patahnya lesung kayu itu. Ternyata, di sebelah lesung tersebut terdapat buah nangka yang sangat besar. Nangka itu telah matang dan jatuh dengan sendirinya mengenai lesung kayu. Anak itu kembali melapor kepada raja.
“Baginda, lesung hamba telah patah tertimpa buah nangka,” keluhnya kepada sang Raja. Anak itu takut Raja akan marah kepadanya karena berkali-kali meminta ganti rugi. Namun Sang Raja menunjukka belas kasihnya sebagai pemimpin sekaligus sebagai ayah bagi anak-anak di seluruh negeri yang dipimpinnya.
Sambil tersenyum sang Raja berkata, “Kalau begitu kamu ambil nangka itu sebagai pengganti lesungmu yang patah.”
“Terima kasih Baginda. Tapi, hari sudah mulai malam, hamba tidak bisa membawa nangka yang besar itu sampai ke rumah. Bolehkah hamba menitipkan nangka itu di istana. Besok hamba akan mengambilnya bersama teman-teman.”
Raja bijak berkata, “Kalau begitu. Letakkan saja nangka itu di samping pintu dapur istana.”
Anak itu menuruti perintah Sang Raja. Nangka itupun diletakkan di dapur istana. Nangka yang matang itu mengeluarkan bau yang sangat menggoda. Setelah anak itu pergi, putri raja yang sebaya dengan anak itu mencium bau harum dari buah nangka.
“Mmm, bau buah nangka ini sangat enak. Rasanya pasti juga enak. Wah, aku sangat ingin memakan nangka itu. Tapi, dimana nangka itu berada? Mungkin bibi meletakkannya di dapur dan sengaja menyimpannya untukku,” gumam putri raja.
Sang putri raja lantas pergi menuju dapur mencari buah nangka yang berbau harum. Ia terus mencari nangka itu ke berbagai sudut dapur. Di samping perapian tidak ada. Di tempat penyimpanan bumbu dapur pun tidak ada. Ia terus mencari sumber bau harum buah nangka. Sampai akhirnya, ia melihat sebuah nangka utuh yang sangat besar dan ranum berada di samping pintu dapur.
“Ini dia nangka yang aku cari-cari,” ujar sang putri dengan pandangan mata berbinar-binar.
Ia pun menyuruh pembantu istana untuk memecah nangka tersebut. Setelah nangka dipecah, putri raja memakannya sampai puas. Rasa buah nangka itu sangat enak. Putri Raja tak henti-hentinya bergumam betapa lezatnya buah nangka yang ada di tangannya. Ia tidak mengetahui bahwa nangka tersebut ada pemiliknya.
Seperti biasa esok hari anak itu bermain ke halaman istana, hari itu ia berencana akan mengambil buah nangka bersama teman-temannya. Tapi sesampai di kebun istana ia kecewa karena buah nangka itu ternyata sudah tidak di tempatnya. Kemudian, ia melihat ke arah tempat sampah milik istana. Ternyata banyak biji-biji nangka berikut kulitnya berada di tempat sampah itu.
Hati anak itu kembali kecewa. Nangka miliknya sudah dimakan orang lain. Anak itu menghadap sang Raja. Sang Raja dengan arif bijaksana berkata, “Sudahlah kau jangan bersedih, karena nangka itu dimakan oleh puteriku maka puteriku akan kuberikan kepadamu.” Sang Raja berusaha membesarkan hati anak itu. Sesekali raja itu menceritakan kisah-kisah teladan dari tokoh terkenal terdahulu.
Si anak tidak mengerti perkataan sang raja yang akan memberikan puterinya padanya. Ia masih terlalu kecil untuk paham. Namun, ketika anak itu sudah beranjak dewasa dan menjadi pemuda tampan, sedangkan putri raja sudah menjadi gadis yang cantik, raja menikahkan keduanya. Mereka pun hidup berbahagia, sang ibu juga dibawa tinggal ke istana. Raja bijaksana itu telah menepati janjinya dengan memberikan puterinya.
Amanat cerita rakyat mengenai Sang Raja yang baik hati adalah jika berbuat kesalahan harus berani bertanggungjawab dan jika berjanji harus menepati. Si anak janda miskin sangat berbakti kepada ibunya sehingga ia mendapatkan balasan yang sangat indah di akhir hidupnya. Semoga legenda Raja Baik Hati dari Kalimantan Selatan ini bisa memberi inspirasi bagi Anda.
Daftar Pustaka:
Rahimsyah, MB. 2007. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Lengkap dari 33 Provinsi. Bintang Usaha Jaya, Surabaya.
Tinggalkan Balasan