Semangat Anti Padam Untuk Siswa SDN Catakgayam 1 Mojowarno di Perayaan Idul Adha Tahun 2017
Semangat Anti Padam Untuk Siswa SDN Catakgayam 1 Mojowarno di Perayaan Idul Adha Tahun 2017

Perilaku anak-anak tak ubahnya orang dewasa. Mereka selalu mencari ruang yang nyaman bagi proses pengembangan diri mereka sendiri. Ketidaknyamanan suasana belajar mendorong mereka untuk melakukan perubahan diri. Hal ini terjadi pula dalam proses belajar santri di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di tempat penulis mengajar. Penulis telah melakukan penelitian panjang mulai Oktober 2012 sampai dengan Maret 2018 mengenai pola perpindahan santri dari satu TPQ ke TPQ lainnya. Penelitian berlangsung di 3 lembaga TPQ di Latsari. Penelitian sederhana ini terekam dalam lembar-lembar Formulir Pendaftaran Santri, Formulir Pendaftaran Lomba PHBI, maupun Formulir Pemetaan Tempat Belajar Keagamaan Siswa.

Saat ini terdapat tiga lembaga TPQ yang aktif melakukan kegiatan pendidikan keagamaan Islam di Dusun Guwo, Latsari, Mojowarno, Jombang. Masing-masing lembaga tersebut adalah TPQ Al-Mujahiddin, TPQ Baiturrakhim dan TPQ Baiturrahman. Telah terjadi perpindahan santri dari waktu ke waktu secara berulang layaknya migrasi tahunan sejumlah fauna endemik di beberapa lokasi istimewa di bumi. Mereka kerap berpindah lokasi belajar sesuai dengan perkembangan lingkungan belajar.

Terdapat beberapa faktor pendukung yang menyebabkan seorang santri pindah belajar membaca dan menulis di sebuah TPQ. Diantaranya adalah:

  1. Santri tidak menyukai lingkungan belajar yang kaku, sedikit ruang bermain dan terlalu disiplin.
  2. Guru yang tidak memiliki jiwa mendidik cenderung mengajar dari sudut pandang diri sendiri, bukan anak, telah menghancurkan motivasi belajar santri.
  3. Santri tidak memiliki cukup kesabaran untuk mempelajari materi ajar yang sama secara berulang-ulang.
  4. Pengalaman pribadi santri dan/atau wali santri yang kecewa terhadap pola  pengajaran guru TPQ.
  5. Kurangnya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di TPQ menyebabkan siswa harus lama menunggu untuk dapat giliran membaca.

Selain santri yang kerap berpindah tempat belajar dari satu TPQ ke TPQ lainnya, terdapat pula faktor pendukung mengapa seorang santri bertahan belajar di sebuah TPQ. Penghambat perpindahan santri dari satu TPQ ke TPQ lainnya diantaranya adalah:

  1. Pertemanan yang akrab dan ikatan emosional yang kuat antar santri mendorong mereka untuk menghabiskan masa kecil bersama.
  2. Kedekatan tempat tinggal santri dengan lokasi gedung TPQ. Pertimbangan ini penting dilakukan pada saat berlangsungnya musim penghujan.
  3. Kedekatan emosional guru dan murid yang tercipta di luar kegiatan belajar. Anak-anak adalah cermin yang paling baik bagi perilaku orang dewasa. Santri yang kabur dari TPQ merupakan pertanda awal perlunya perbaikan perilaku guru mengaji.

Dengan memahami faktor-faktor di atas, Anda dapat melakukan introspeksi diri dalam mendidik anak. Perbaikan pertama adalah peningkatan kualitas guru TPQ, bukan pembangunan gedung TPQ sebagaimana anggapan masyarakat pada umumnya. Kalau guru-guru TPQ sudah bagus, maka perbaikan berikutnya ada pada metode mengajar dan administrasi pengajaran.

Menyikapi pola migrasi santri dari tahun ke tahun tidak perlu panik. Itu adalah hal wajar sebagai bukti anak sedang mengalami perkembangan kecerdasan pikiran, kecerdasan, emosional, dan kecerdasan spiritual. Para wali santri atau orang tua pun hendaknya perlu memahami hal ini secara menyeluruh dan tidak sepotong-potong. Pendidikan yang efektif berlangsung dalam waktu yang tidak singkat. Pendidikan instan justru akan menghasilkan murid yang matang sebelum waktunya. Bahaya!

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan Anda.