Jawa Timur Kembali Raih Prestasi Tertinggi di Anugerah Kebudayaan Indonesia 2025

Pada akhir tahun 2025, provinsi Jawa Timur kembali mencatatkan prestasi gemilang di tingkat nasional melalui Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Insan budaya dari Jawa Timur berhasil meraih 10 penghargaan, jumlah terbanyak secara nasional, dan ini merupakan pencapaian berturut-turut untuk tahun kedua kalinya. Capaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Jawa Timur, tetapi juga bukti nyata komitmen kuat dalam melestarikan dan memajukan warisan budaya leluhur.

Anugerah Kebudayaan Indonesia 2025 diselenggarakan dalam beberapa tahap, dengan puncak acara pada Desember 2025 di Ciputra Artpreneur, Jakarta. Tema tahun ini, “Renjana Penggerak Budaya”, menekankan semangat kobaran api para pelaku budaya dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan nasional. Penghargaan diberikan kepada individu, komunitas, media, serta lembaga yang telah berdedikasi luar biasa. Dari berbagai kategori seperti Maestro Seni Tradisi, Pelestari, Pelopor dan Pembaru, Media, Masyarakat Adat, hingga kategori pemerintah daerah dan taman budaya, Jawa Timur mendominasi dengan kontribusi signifikan.

Daftar Peraih Penghargaan dari Jawa Timur

Prestasi ini diraih oleh beragam insan budaya yang mewakili kekayaan tradisi Jawa Timur, mulai dari Madura hingga Tengger dan Tuban. Berikut beberapa penerima utama:

  1. D. Zawawi Imron (Sumenep) – Kategori Sastra/Penyair dan Budayawan Madura. Penyair legendaris ini dikenal dengan karya-karya yang kaya akan nilai kemanusiaan dan identitas Madura.
  1. K. Sudirman, S.H. (Surabaya) – Kategori Media, melalui Majalah Jaya Baya, media cetak berbahasa Jawa yang konsisten menjaga bahasa dan budaya Jawa.
  1. Rina Prabawati (Surabaya) – Kategori Media, mewakili JTV yang aktif mempromosikan budaya lokal melalui program televisi.
  2. Uswatun Hasanah (Tuban) – Kategori Pelestari, atas dedikasinya menjaga tradisi Batik Tulis Tenun Gedhog, warisan tekstil langka yang menggabungkan batik dan tenun.
  3. Diaz Nawaksara (Didin Ahmad Zaenudin) (Lamongan) – Kategori Pelopor dan/atau Pembaharu, berkat inovasinya dalam digitalisasi aksara Nusantara melalui platform seperti Nawaksara.id dan Manuskripedia.id.
  4. Sutomo (Probolinggo) – Kategori Masyarakat Adat, sebagai Dukun Pandita Tengger yang mendampingi ritual keagamaan masyarakat Tengger.
  5. Eko Warnoto (Pasuruan) – Kategori Masyarakat Adat, Dukun Tengger yang melestarikan tradisi adat di kawasan Bromo.
  6. Bambang Sutrisno Surosentiko (Bojonegoro) – Kategori Masyarakat Adat, pewaris ajaran Samin Surosentiko yang menjaga filosofi dan komunitas Samin.
  7. UPTD Taman Budaya Provinsi Jawa Timur – Kategori Taman Budaya, atas peran aktif dalam pengelolaan dan promosi seni budaya daerah.
  8. Pemerintah Provinsi Jawa Timur – Kategori Pemerintah Daerah, sebagai pengakuan atas komitmen lintas sektor dalam pemajuan kebudayaan.

Prestasi ini merupakan buah dari dedikasi para budayawan, komunitas, dan pelestari budaya yang konsisten menjaga warisan leluhur. Mereka tidak hanya melestarikan tradisi seperti ritual Tengger, batik gedhog, aksara kuno, dan puisi Madura, tetapi juga berinovasi agar relevan dengan zaman modern.

Dukungan Lintas Sektor dan Arahan Gubernur dalam Pemajuan Kebudayaan Jawa Timur

Prestasi gemilang Jawa Timur yang meraih 10 penghargaan pada Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 tak lepas dari dukungan lintas sektor yang solid. Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), memainkan peran kunci dengan aktif mengusulkan nominasi dan memberikan fasilitasi bagi pelaku budaya.

Dukungan ini mencakup pendampingan administrasi, pelatihan, hingga promosi karya budaya di tingkat nasional. Sinergi dengan kabupaten/kota, komunitas seni, dan masyarakat adat memastikan nominasi seperti D. Zawawi Imron (penyair Madura), Diaz Nawaksara (pelopor digitalisasi aksara), serta dukun pandita Tengger seperti Sutomo dan Eko Warnoto, berhasil lolos seleksi ketat.
Capaian ini sejalan dengan arahan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang menekankan komitmen merawat, melindungi, dan mengembangkan kebudayaan sebagai fondasi identitas dan kebanggaan daerah.
Dalam berbagai kesempatan, Gubernur Khofifah menegaskan bahwa kebudayaan bukan hanya warisan masa lalu, melainkan penggerak pembangunan berkelanjutan. Arahan ini tercermin dalam program-program seperti penguatan objek pemajuan kebudayaan dan integrasi budaya dalam pariwisata serta ekonomi kreatif.

Jawa Timur memang kaya akan keragaman budaya yang luar biasa.

Dari Reog Ponorogo yang megah dengan topeng singa berhias bulu merak, simbol keberanian dan magis, hingga Tari Gandrung Banyuwangi yang mempesona, ekspresi syukur pasca-panen dengan gerak lincah dan iringan gamelan khas. Tak ketinggalan Karapan Sapi Madura, lomba balap sapi yang penuh adrenalin dan menjadi ikon keberanian masyarakat Madura, serta ritual Yadnya Kasada suku Tengger di kawah Bromo, persembahan sesaji sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi.

Kekayaan ini menjadi modal utama dalam pembangunan berkelanjutan. Budaya tidak hanya dilestarikan, tapi juga diintegrasikan sebagai penggerak ekonomi kreatif dan pariwisata, seperti festival-festival tahunan yang menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Prestasi berturut-turut ini, setelah dominasi pada AKI sebelumnya, mencerminkan sinergi kuat antara pemerintah daerah, komunitas, dan masyarakat. Pada 2025, penghargaan untuk UPTD Taman Budaya Jatim dan Pemprov Jatim sendiri menegaskan posisi Jawa Timur sebagai garda terdepan pemajuan kebudayaan nasional.

Dukungan lintas sektor dan arahan visioner Gubernur telah membuahkan hasil nyata, menginspirasi generasi muda untuk terus menjaga warisan leluhur sambil berinovasi. Kebudayaan Jawa Timur bukan hanya kebanggaan daerah, tapi kontribusi berharga bagi Indonesia yang majemuk.

Makna Lebih Luas Anugerah Kebudayaan Indonesia 2025 bagi Bangsa

Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 bukan sekadar penghargaan rutin, melainkan pengakuan negara atas kerja senyap para pelaku budaya yang telah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan warisan leluhur.

Di tengah arus globalisasi yang masif dan disrupsi teknologi seperti media sosial serta kecerdasan buatan, dedikasi mereka menjaga identitas bangsa menjadi semakin berharga. Indonesia, sebagai negara dengan lebih dari 300 suku bangsa dan ribuan bahasa daerah, menghadapi tantangan erosi budaya akibat pengaruh budaya pop global.

Prestasi Jawa Timur yang meraih 10 penghargaan terbanyak—berturut-turut untuk kedua kalinya—menjadi bukti bahwa pelestarian budaya lokal dapat dilakukan secara konsisten dan inovatif. Dominasi ini tidak hanya membanggakan masyarakat Jawa Timur, tapi juga menginspirasi provinsi lain untuk lebih aktif melestarikan budaya lokal mereka.

Makna lebih luas dari AKI 2025 terletak pada penguatan identitas nasional di era modern. Indonesia dikenal dengan motto Bhinneka Tunggal Ika, yang tercermin dalam keragaman tarian tradisional dari Sabang sampai Merauke, seperti Tari Saman Aceh, Jaipong Sunda, hingga Tari Pendet Bali.

Kontribusi Jawa Timur, melalui situs warisan seperti Gunung Bromo dengan ritual Kasada Tengger, menambah kekayaan itu.
Penghargaan ini juga menekankan pentingnya transmisi budaya antargenerasi. Di saat banyak generasi muda lebih akrab dengan konten digital global, upaya pelaku budaya seperti dukun pandita Tengger atau pelopor digitalisasi aksara Nusantara menjadi teladan. Mereka membuktikan bahwa budaya tradisional bisa beradaptasi dengan teknologi, tanpa kehilangan esensi.
Lebih jauh, prestasi ini berkontribusi pada pembangunan nasional. Kebudayaan menjadi penggerak ekonomi kreatif, pariwisata, dan diplomasi budaya. Festival-festival berbasis tradisi lokal menarik wisatawan mancanegara, sekaligus memperkuat rasa bangga bangsa.

Jawa Timur, sebagai provinsi terdepan, telah menunjukkan jalan: sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat dapat menghasilkan pelestarian yang berkelanjutan. Ini menjadi motivasi bagi daerah lain untuk mengusulkan lebih banyak nominasi di masa depan, sehingga AKI semakin representatif terhadap keragaman Indonesia.

Terima kasih kepada seluruh insan budaya Jawa Timur yang telah berkarya tanpa lelah. Terus bergerak, berkarya, dan menginspirasi Indonesia melalui budaya. Prestasi ini adalah milik bersama, dan semoga menjadi motivasi untuk generasi mendatang agar warisan leluhur tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman.

Tinggalkan komentar