Kerajaan Bone adalah salah satu kerajaan besar di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara di masa lampau. Kerajaan Bone mencapai puncak kejayaannya namun tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Bersama artikel cerita rakyat Sulawesi Tenggara di blog The Jombang Taste ini kita akan ikuti bersama bahwa kebahagiaan hidup tidak selalu diukur dari banyaknya uang yang kita peroleh. Waktu itu Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara sedang jaya dan dalam keadaan aman tenteram. Rakyat hidup makmur. Hasil pertanian berlimpah-limpah. Perdagangan dengan negeri-negeri lain berjalan sangat lancar.
Walaupun hidup makmur, rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara tidak menghambur-hamburkan hartanya untuk hal-hal yang kurang perlu. Mereka saling membantu satu dengan yang lain, saling mengasihi, dan saling mencintai. Tindak kejahatan yang terjadi di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara sangat sedikit. Pencurian dan perampokan hampir tidak pernah terjadi karena sakir miskin mendapat jaminan hidup yang layak. Masyarakat dapat hidup dengan tenteram dan bahagia setiap hari.
Pada waktu itu di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat seorang menteri yang rakus dan tamak. Ia selalu ingin dapat hidup kaya raya dan bermewah-mewahan. Akan tetapi, sebenarnya ia tergolong menteri yang malas. Hal yang selalu diinginkan oleh menteri itu ialah mendapat uang banyak tanpa bekerja atau berusaha. Menteri Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara itu termasuk pejabat yang kejam dan tidak segan-segan memeras rakyat untuk kepentingan pribadinya.
Disebutkan dalam cerita rakyat Sulawesi Tenggara bahwa menteri yang rakus itu membujuk raja Bone melakukan sesuatu. Katanya, hal ini untuk kepentingan rakyat banyak. Rakyat akan mendapat harta yang melimpah, tanpa harus bersusah payah dan bekerja keras. Karena usul menteri itu dianggap baik, raja menerimanya. Raja Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara tidak tahu bahwa terdapat niat jahat dalam saran sang menteri.
Pada suatu hari, seluruh rakyat Bone diperintahkan untuk bersama-sama memohon kepada Dewata. Rakyat memohon kepada Dewata untuk dikaruniai harta yang banyak. Mereka memohon agar diturunkan hujan ringgik. Ringgik adalah mata uang perak. Daerah lain di sekitar Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara lebih mengenalnya sebagai mata uang ringgit. Satu ringgit dapat digunakan untuk membeli beras sebanyak kira-kira setengah kuintal.
Kisah Dongeng Hujan Duit
Menurut dongeng rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara, permohonan rakyat Bone itu dikabulkan oleh Dewata. Di seluruh kerajaan turun hujan ringgik. Di mana-mana terlihat uang ringgik berserakan. Tidak terkira suka-cita rakyat. Mereka berebut memunguti uang ringgik yang jatuh dari langit. Semua orang ingin memperoleh uang ringgik sebanyak-banyaknya. Rakyat miskin yang selama hidup tenang dan damai tiba-tiba disibukkan dengan aktifitas memungut uang di jalanan. Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara bergembira atas turunnya hujan ringgik.
Rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara berpikir bahwa dengan uang ringgik mereka dapat membeli apa saja. Makanan yang lezat, pakaian yang indah, sawah, rumah, dan apa saja, tentu dengan mudah dapat dibeli dengan uang ringgik. Penduduk Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara bersuka-cita atas dikabulkannya doa mereka. Mereka berpikir Tuhan sangat sayang kepada Kerajaan Bone sehingga setiap keinginan rakyat selalu terkabulkan.
Semua orang sibuk memungut uang ringgik. Orang yang paling banyak mengumpulkan uang ringgik tentu saja menteri yang rakus itu. Ia memerintahkan semua pengawalnya, prajurit, dan pembantunya untuk mengumpulkan uang ringgik itu. Uang ringgik yang dipungut dari jalan, alun-alun, pasar, lapangan, dan sebagainya disimpan dalam beberapa gudang yang besar. Menteri itu berpikir bahwa uang itu tidak akan habis dibelanjakan olehnya dan oleh keturunannya. Mungkin sampai keturunan yang ketujuh, uang itu masih cukup banyak.
Berdasarkan cerita rakyat Kerajaan Bone, rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara segera mengadakan pesta pora karena memiliki uang melimpah. Mereka tidak sayang membelanjakan uangnya karena masih lebih banyak lagi uang ringgik yang dimilikinya. Siang-malam diadakan berbagai macam pertunjukan. Makanan yang paling mahal dihidangkan dalam pesta itu. Bertong-tong minuman keras disajikan. Dengan demikian, sebagian besar orang di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi mabuk.
Pesta pora itu sudah berlangsung beberapa hari. Tidak ada orang yang sempat menengok sawahnya. Tidak ada orang yang merasa perlu untuk menggembalakan ternaknya. Tidak pula ada orang yang menjual makanan, buah-buahan, atau barang lain. Pendeknya, tidak ada orang yang merasa perlu bekerja. Ya, mengapa harus bekerja? Bukankah uang mereka sudah berlimpah ruah? Rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara terbuai oleh hujan uang sehingga mereka menjadi manusia malas.
Tentu saja semua harus ada akhirnya. Pesta pora di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara itu juga berhenti dengan sendirinya. Mula-mula orang kehabisan minuman keras. Maka diutuslah beberapa orang untuk membeli minuman keras di pasar. Celakanya, pasar itu tutup. Tidak ada orang yang berjualan di sana. Semua pedagang di pasar Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara pergi ke pesta. Demikian juga, ketika orang kehabisan makanan yang dihidangkan, tidak ada lagi orang yang berjualan makanan atau bahan makanan.
Kerajaan Bone Kacau
Keadaan yang paling menggemparkan ialah bahwa tidak ada orang di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara yang mau menerima uang ringgik. Orang yang mempunyai bahan makanan, sayuran, atau buah-buahan, tidak mau menerima uang ringgik sebagai alat penukar. Ia sendiri sudah cukup banyak memiliki uang ringgik jadi merasa tidak perlu menukarnya dengan bahan makanan. Lagi pula bahan makanan makin sedikit tersedia di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara sehingga semua pedagang makanan enggan menjual persediaan bahan makanan yang dimiliki.
Demikian juga, para pedagang Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara yang biasanya berjualan pakaian, bahan bangunan, hewan, atau apa saja, tidak ada yang mau menjual barangnya. Dengan lain perkataan, uang ringgik itu tidak laku. Uang ringgik yang turun dari langit, yang banyak diperebutkan orang dulu, kini tidak ada lagi harganya. Rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami masalah baru dalam hal berbelanja.
Keadaan rakyat Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi semakin buruk. Orang mulai banyak yang melakukan pencurian, perampokan, perampasan, penggarongan, kadang-kadang disertai pembunuhan. Menteri yang rakus itu juga tidak berdaya. Uang ringgiknya yang bergudang-gudang itu tidak dapat digunakan untuk membeli apa pun. Pelan-pelan ia menyesal karena terlalu banyak menyimpan uang di gudang dan tidak memiliki cadangan bahan makanan untuk dirinya dan keluarganya di rumah.
Rakyat Bone yang dulu terkenal baik budi, kini banyak yang menjadi penjahat. Anehnya, para penjahat itu tidak ada yang mencuri atau merampok uang. Penjahat itu sendiri banyak mempunyai uang ringgik. Para penjahat tersebut banyak yang mencuri bahan-bahan makanan. Sepiring nasi atau secangkir minuman kadang-kadang dapat menyebabkan orang saling membunuh di warung makan.
Cerita legenda dari Kerajaan Bone menyebutkan bahwa dalam keadaan yang seburuk itu, orang masih saja tidak ada yang mau bekerja. Dulu mereka bekerja untuk mencari uang. Kini mereka sudah banyak mempunyai uang. Jadi mengapa harus bekerja? Semua orang ingin mendapatkan apa yang diperlukan dengan jalan membeli. Semua orang ingin menjadi pembeli. Tidak ada yang mau menjadi penjual di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara.
Demikianlah keadaan rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara makin lama makin menyedihkan. Persediaan beras dan bahan makanan lain cepat menjadi habis. Tidak ada orang yang mau bercocok tanam lagi. Hal ini tentu saja mengakibatkan terjadinya kelaparan dimana-mana. Setiap hari ribuan orang mati karena kelaparan di ibukota Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara. Uang ringgik ternyata sama sekali tidak berguna. Tentu saja tidak ada orang yang dapat memakan uang ringgik itu.
Memperbaiki Kerajaan Bone
Melihat kenyataan ini, raja Bone sangat susah. Berkali-kali ia berusaha untuk mengatasi keadaan buruk ini. Usaha itu tidak pernah berhasil. Baginda meminta kepada semua penasihatnya untuk menyumbangkan pikirannya. Setiap menteri di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara dimintai pendapatnya. Semua kaum cerdik-pandai di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara telah diundang untuk mengatasi masalah ini namun tidak satupun orang pandai yang mampu menjawab.
Hingga pada suatu hari, datanglah seorang tua dari kampung menghadap baginda. Ia berkata bahwa tadi malam bermimpi. Barangkali makna mimpi itu dapat menjadi jalan keluar. “Apa mimpimu?” tanya baginda.
“Hamba bertemu dengan kakek hamba. Saya mendengar kakek hamba itu berkata bahwa hanya dengan bekerja keras dan tekun orang dapat memperoleh rezeki dan kebahagiaan. Kata kakek, itulah aturan Dewata, sejak dahulu sampai kapan pun.”
Mendengar cerita orang tua itu, baginda tertegun. Sekarang baru diingatnya bahwa rakyat selama ini tidak ada yang mau bekerja. Uang ringgik yang berlimpah-limpah itu telah merusak semangat rakyatnya. Baginda memerintahkan kepada rakyatnya untuk kembali kepada pekerjaannya. Barangsiapa lalai melakukan pekerjaannya akan mendapat hukuman berat.
Kemudian dinyatakan bahwa semua uang ringgik tidak berlaku lagi. Rakyat dilarang berjual-beli dengan menggunakan uang ringgik. Demikianlah, semua orang kembali kepada pekerjaannya masing-masing. Penduduk Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara yang menjadi petani mulai lagi mengerjakan sawahnya. Rakyat Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara yang menjadi pedagang kembali menjajakan dagangannya. Warga Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara yang menjadi guru kembali ke kelas untuk mengajar murid-muridnya.
Menurut kisah legenda Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara, atas kuasa Dewata semua uang ringgik berubah menjadi batu yang tidak berharga. Semua penjahat di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara juga dihukum berat. Di mana-mana orang berusaha untuk berbuat kebajikan dan tolong-menolong. Mereka yang kaya membantu yang miskin, yang lebih memberi kepada yang kurang. Berkat tingkah laku terpuji rakyatnya, perlahan-lahan Tuhan mengembalikan Kerajaan Bone kepada masa kejayaannya.
Pesan Moral Cerita Rakyat
Walaupun hidup makmur, rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara tidak menghambur-hamburkan hartanya untuk hal-hal yang kurang perlu. Inilah pesan moral cerita rakyat Sulawesi Tenggara yang perlu kita tiru karena tidak bersikap boros dapat membantu kebahagiaan hidup. Perilaku boros mendekatkan manusia dengan setan. Pemborosan adalah awal mula terjadinya kemiskinan hidup.
Rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat hidup dengan saling membantu, saling mengasihi, dan saling mencintai. Saling mencintai sesama manusia adalah amanat cerita yang ingin penulis sampaikan dalam kisah legenda hujan uang ringgit di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara. Kehidupan yang dilandasi kasih sayang dapat meningkatkan perdamaian dengan sesama.
Setelah mendapat uang ringgik dari langit, rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara berpesta pora. Mereka menghidangkan makanan yang paling lezat, menyajikan banyak sekali minuman keras. Pesan moral yang terkandung dalam cerita rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara ini adalah agar kita tidak bergaya hidup mewah. Setiap acara pesta pasti ada akhirnya. Kembali bekerja adalah jawaban agar hidup tetap nyaman dan aman.
Setelah keadaan makin buruk, rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara mulai banyak yang melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. Hal ini bertentangan dengan semangat mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pesan moral yang terkandung dalam kisah legenda hujan uang di Kerajaan Bone Provinsi Sulawesi Tenggara jangan sampai uang menjadi alasan bagi kita untuk melanggar peraturan.
Setelah keadaan menjadi baik, di mana-mana orang berusaha untuk berbuat kebajikan, tolong-menolong. Mereka yang kaya membantu yang miskin, yang memiliki harta berlebih memberi kepada yang kurang. Hal ini termasuk perbuatan terpuji karena mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Itulah pesan moral yang terkandung dalam cerita rakyat Kerajaan Bone di Provinsi Sulawesi Tenggara. Semoga artikel The Jombang Taste ini bisa menambah wawasan Anda.
Daftar Pustaka:
Tim Penyusun Cerita Rakyat Laboratorium Pancasila IKIP Malang. 2008. Cerita Rakyat Dalam Kaitan Butir-butir Pancasila. Malang: Balai Pustaka.
Tinggalkan Balasan