Tag: Paribasan bebasan lan saloka

  • Bebasan: Pitik Trondhol Diumbar Ing Padaringan

    Arti bebasan Jawa “Pitik trindhol diumbar ing padaringan” adalah “Wong ala dipasrahi tunggu barang aji”. Pitik trondhol dalam bahasa Jawa adalah anak ayam yang berumur kurang dari satu bulan. Sedangkan padaringan adalah tempat penyimpanan gabah dan beras yang menjadi cadangan makanan bagi sebuah keluarga. Ketika sekumpulan ayam kecil dibiarkan berada di gudang makanannya, besar kemungkinan…

  • Paribasan: Rawe-rawe Rantas Malang-malang Putung

    Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Artine, kabeh sing ngalang-ngalangi disingkirake. Peribahasa Jawa ini artinya adalah setiap penghalang akan disingkirkan. Tidak peduli seberapa berat halangan tersebut, semangat membara mampu menjadi motor penggerak setiap langkah kehidupan. Dan memang seharusnya demikian. Motivasi hidup saat ini yang selalu berkobar adalah sumber kehidupan di masa depan.

  • Saloka: Milih-milih Tebu Oleh Boleng

    Jangan kebanyakan milih, nanti Anda malah dapat yang jelek. Itulah pesan moral dari saloka bahasa jawa yang berbunyi milih-milih tebu oleh boleng. Artine saloka iki yaiku amarga kakehan pilihan wusanane oleh sing ala. Maknanya, karena terlalu banyak memilih pada akhirnya mendapat keburukan. Wah, kasihan juga ya itu orang. Sudah melakukan beragam cara seleksi tapi hasilnya…

  • Bebasan: Maju Tatu Mundur Ajur

    Ini nih jenis peribahasa bahasa Jawa yang bikin orang serba salah. Maju tatu, mundur ajur. Artine yaiku kabeh budidayane ora kasil. Maju terluka, mundur malah hancur. Jadi serba salah karena setiap usaha dan langkah tidak dapat membuahkan hasil. Kondisi rumit ini adalah sebuah dilema. Ibaratnya nih dikasih buah simalakama. Kalau dimakan bapak yang mati. Kalau…

  • Paribasan: Kandhang Langit Kemul Mega

    Peribahasa Jawa “kandhang langit kemul mega” artine wong sing ora duwe papan panggonan. Kalau baca paribasan ini saya jadi ingat lirik salah satu lagu dangdut ciptaan Bang Haji. “Langit sebagai atap rumahku, dan bumi sebagai lantainya, hidupku menyusuri jalan, sisa orang yang aku makan.” Peribahasa Bahasa Jawa ini memang menceritakan gelandangan atau tuna wisma yang…