Tangisan di Acara Purnawiyata Sekolah

Pada suatu hari yang cerah, sebuah acara purnawiyata sedang diselenggarakan di SMK Sahabat Sejati. Acara ini menjadi momen perpisahan untuk siswa kelas XII yang akan melepas masa putih-abu-abu mereka. Namun, siapa sangka bahwa acara penuh suka cita itu ternyata membawa duka mendalam? Berikut adalah cerita “Tangisan di Acara Purnawiyata Sekolah”.

Pada pagi hari sebelum acara dimulai, Ranti, salah seorang ketua kelas, merasa tegang dan gugup. Segala persiapan telah ia lakukan semaksimal mungkin, namun entah mengapa, Ranti merasa ada sesuatu yang tak tertangani. Setelah memeriksa segala detail, akhirnya Ranti mencoba untuk mengusir rasa cemasnya dan melangkah dengan percaya diri.

Memasuki hari H, suasana sekolah mulai ramai ketika siswa-siswa kelas XII mulai berdatangan ke aula, menghiasi aula dengan baju purnawiyata mereka yang cemerlang dan berwarna-warni. Melihat kehilangan wajah gembira, Ranti merasa lega sejenak. Ternyata, berbagai kekhawatiran yang terus menghantuinya hanyalah ketakutan yang tak berdasar.

Namun, perasaan lega Ranti ternyata tak bertahan lama ketika ia menyadari bahwa di sela keceriaan itu, ada tangisan yang meresahkan. Bahkan ketika acara seluruh acara berlangsung dengan lancar, kesedihan misterius itu tak kunjung hilang. Tak lama kemudian, aka nada seorang siswa bernama Adit yang terekam di kamera sedang meneteskan air mata.

Ranti yang penasaran, akhirnya mendekati Adit dengan hati-hati. “Adit, kenapa kamu menangis?”, tanya Ranti dengan suara pelan mengingat suasana acara sedang gembira-gembira. Adit yang mendengar pertanyaan Ranti terlihat terkejut sejenak dan mencoba menepis air matanya dengan tangan. “Ah, tidak, Ranti, aku hanya merasa sedih saja. Ini kan acara perpisahan, jadi sedikit haru,” jawab Adit.

Ranti mengangguk mengerti, namun ia tak bisa menerima penjelasan Adit karena di balik kedukaannya itu, ia merasa ada rasa sedih yang lebih mendalam. Setelah meminta izin kepada Adit, Ranti mengajaknya ke ruang perpustakaan yang sepi. Di sana, Ranti mengungkapkan bahwa ia merasa sesuatu salah dengan pernyataan Adit.

Sejenak terdiam, Adit akhirnya membuka suara. ia bercerita tentang seorang siswa kelas XII yang sangat ia kagumi, namanya Lara. Sayangnya, mereka belum sempat berkompromi saat acara perpisahan ini. Adit merasa sangat menyesal karena belum bisa mengungkapkan perasaannya kepada Lara.

Setelah mendengar cerita Adit, Ranti merasa terharu dan ingin membantu. Ranti pun berkata kepada Adit untuk tidak menyerah dan berjanji akan mencarikan Lara untuknya. Adit tersenyum penuh harapan, mengingat betapa baik hati Ranti selama ini.

Adit dan Lara akhirnya bertemu di tengah-tengah acara. Adit menggenggam tangan Lara dengan erat, membisikkan selamat tinggal dan rasa terima kasih untuk memories indah yang telah mereka bagi bersama. Tangisan kembali pecah, kali ini bukan hanya dari Adit dan Lara, melainkan seisi aula yang turut merasakan haru perpisahan.

Di balik tangisan yang memilukan itu, mereka sadar bahwa batas perpisahan hanya batas fisik belaka, karena cinta kasih dan persahabatan antara mereka akan terus terjalin, melampaui segalanya. Melalui do’a dan harapan untuk masa depan yang lebih baik, acara purnawiyata berakhir, meninggalkan kenangan tak terlupakan yang akan mereka jaga sepanjang hayat.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *