Tujuan mendidik dan mengajar murid adalah untuk mencari keridhaan Allah. Dalam perjalanannya, kegiatan mengajar adalah aktifitas menebar ilmu, selalu menegakkan kebenaran, menghalau datangnya kebatilan, dan mendapatkan manfaat dari ilmu yang didapat. Tidak akan datang kepandaian kepada murid-murid sekolah melainkan hanya karena ridho Allah saja. Peran guru hanya sebagai media perantara transfer ilmu, tidak lebih dan tidak kurang. Rendahkan diri Anda di hadapan Allah karena hanya Dia yang Maha Berilmu.
Saat ini telah banyak guru yang kehilangan jati dirinya karena tujuan utama mereka datang ke sekolah adalah untuk mencari nafkah. Ribuan fresh graduate perguruan tinggi negeri dan swasta berlomba-lomba mendaftar di sekolah negeri dengan harapan mereka kelak dapat menjadi pegawai negeri sipil dengan gaji tetap dan tunjangan pensiun. Maka tidak mengherankan jika dalam praktek ujian CPNS berlaku uang pelicin sebagai syarat lolosnya rekrutmen. Itulah salah satu penyebab buruknya output pendidikan di Indonesia saat ini.
Apakah salah jika motivasi ekonomi seorang guru lebih menonjol daripada keinginan mencerdaskan anak didik? Tidak sepenuhnya salah. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa niat guru yang didasari untuk mendapatkan gaji dari sekolah akan mempengaruhi tingkah laku mereka dalam mengajar. Manusia cenderung berkonsentrasi pada satu jenis benda yang menjadi pola pikir utamanya. Jika dalam benak guru hanya memikirkan uang saja, maka uang menjadi ukuran dalam segala tingkah lakunya.
Untuk para guru di seluruh Indonesia, mari ingat lagi tujuan awal Anda datang ke sekolah adalah untuk mencerdaskan anak bangsa. Tidak selayaknya Anda mengotori tujuan mulia tersebut dengan tindakan tidak terpuji lainnya. Ingatlah bahwa kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban Anda dalam mengemban tugas mendidik murid. Apakah Anda sudah cukup puas dengan menerima gaji sebagai guru atau Anda mengharap ridha Allah dalam mengajar murid agar kehidupan mereka menjadi lebih baik kelak. Semoga terinspirasi.
Tinggalkan Balasan