Yaa Rohman, Yang Maha Pengasih
Yaa Rohim, Yang Maha Penyayang
Yaa Malik, Yang Maha Merajai
Yaa Quddus, Yang Maha Suci
Lantunan asmaul husna kini terdengar hampir setiap pagi di kawasan SDN Latsari Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Sejak awal Januari 2018 lalu para siswa SDN Latsari terbiasa membaca doa yang berisi 99 nama-nama Allah yang indah dan mulia. Tepat pukul tujuh pagi bel sekolah berbunyi. 115 siswa SDN Latsari berhamburan menuju lapangan sekolah dan membentuk barisan sesuai dengan kelas mereka. Sebaris siswa memimpin pembacaan doa diikuti oleh siswa-siswi lainnya. Itulah pemandangan yang tersaji setiap Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu di sekolah yang terletak di Jombang selatan tersebut.
Penulis mengajukan usul kegiatan tersebut kepada Kepala Sekolah dan mendapat sambutan serius. Para murid awalnya tidak terlalu menyukai acara berdoa bersama ini. Dengan dimulainya bel masuk lebih awal, jatah waktu bermain mereka berkurang. Pun mereka tidak dapat berlama-lama menyantap jajanan di luar pagar sekolah. Namun seiring dengan berjalannya waktu, para siswa mulai menyukai kegiatan membaca doa asmaul husna. Lagu asmaul husna yang penulis ajarkan kepada siswa berasal dari kreasi para ustadz dan ustadzah yang tergabung dalam Jamiyatul Qurra’ wal Huffadz. Lagu tersebut lebih dulu penulis sampaikan di TPQ Al Mujahiddin dalam rangkaian lomba Jambore Santri 2017 di Mojokembang. Karena sering didengarkan, akhirnya lagu asmaul husna itu sudah akrab di ruang pendengaran anak-anak.
Berbeda dengan lagu asmaul husna versi At-Tartil yang hanya menyebut nama-nama Allah dalam bahasa Arab, lagu asmaul husna versi JQH ini dilengkapi dengan artinya dalam bahasa Indonesia. Kegiatan ini sangat membantu guru PAI dalam mengajarkan asmaul husna kepada siswa. Model pengajaran yang terpaku pada buku teks mungkin sesuai bagi sebagian siswa visualis namun tidak cocok diterapkan pada siswa kinestetik dan auditori. Dengan membaca asmaul husna bersama-sama di luar ruangan, maka siswa kinestetik dan auditori lebih berminat belajar.
Pola pembagian tugas memimpin doa asmaul husna penulis terapkan jadwal menurut kelas dan jenis kelamin. Siswa putra dan putri tidak akan bercampur dalam satu barisan yang sama. Mereka membaca asmaul husna dari lembar yang sudah dicetak dan dilaminating. Setiap guru kelas di sekolah juga bertugas mendampingi para siswa sesuai dengan kelas yang diajarnya. Hasilnya, jadwal memimpin doa asmaul husna adalah berurutan sebagai berikut:
- Kelas 6 putra
- Kelas 5 putra
- Kelas 4 putra
- Kelas 3 putra
- Kelas 2 putra
- Kelas 6 putri
- Kelas 5 putri
- Kelas 4 putri
- Kelas 3 putri
- Kelas 2 putri
Dengan sistem jadwal seperti itu, maka seluruh siswa kelas 2 sampai 6 berkesempatan tampil di depan mikrofon. Mengapa kelas 1 tidak diikutkan? Untuk penjadwalan memang tidak tertera. Namun secara acak mereka bisa ditampilkan dengan pemilihan siswa yang sudah mampu membaca dengan lancar dan berani tampil ke depan. Untuk saat ini mereka cukup menjadi makmum bagi kakak-kakak kelasnya. Kendati demikian, mereka tidak kalah soal hafalan. Murid-murid kelas bawah cenderung mudah menghafal daripada kakak kelas di kelas atas.
Apakah manfaat membaca asmaul husna? Menurut dawuh poro kyai, membaca asmaul husna sebelum belajar bermanfaat memudahkan pikiran dalam memahami pelajaran apapun. Sebagai seorang pendidik, penulis menyadari bahwa kemampuan menjadikan murid paham pelajaran adalah hak Allah semata. Guru hanya melakukan transfer ilmu dan pengetahuan. Selebihnya, Allah yang memiliki hak menjadikan seorang murid pintar dan tidak pintar. Sejauh ini belum ada hambatan yang cukup berarti dalam mengajarkan doa asmaul husna kepada para siswa. Semoga kebiasaan baik membaca asmaul husna ini bisa memberikan manfaat bagi warga sekolah. Aamiin.
Tinggalkan Balasan