Pada suatu hari, ada seorang perjaka yang sangat sayang akan ibunya. Ia selalu memperlakukan ibunya dengan penuh kasih sayang dan mengabdikan dirinya untuk memenuhi keinginan sang ibu.
Namun, meskipun demikian, perjaka tersebut sangat takut untuk menikah. Ia merasa bahwa dengan menikah, ia akan kehilangan waktu bersama sang ibu yang sangat ia cintai.
Hampir setiap malam, ibu sang perjaka selalu menanyakan kapan anaknya akan menikah. Namun, perjaka tersebut selalu memberikan jawaban yang ambigu dan tidak jelas.
Suatu saat, ibu sang perjaka yang merasa khawatir dengan masa depan anaknya memutuskan untuk mendatangkan seorang dukun untuk melihat nasib anaknya.
Sang dukun merasa bahwa sang perjaka akan mendapatkan banyak kesuksesan dan keberuntungan jika ia menikah. Namun, perjaka tersebut masih belum berani untuk menikah.
Ibu sang perjaka merasa putus asa dan bingung bagaimana cara menyakinkan anaknya untuk menikah. Akhirnya, ia mengambil langkah drastis dengan meminta bantuan sahabat karibnya.
Sahabat karib ibu sang perjaka adalah seorang psikolog terkenal yang sudah memiliki pengalaman dalam membantu orang yang mengalami masalah serupa.
Setelah beberapa sesi konseling, psikolog tersebut mengungkapkan bahwa kecintaan seorang anak kepada ibunya tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan yang dapat didapatkan jika ia menikah dengan orang yang dicintainya.
Perjaka tersebut akhirnya menyadari bahwa ia tidak bisa terus hidup dalam bayangan ibunya dan ia harus membuka diri untuk sebuah kehidupan baru dengan pasangan yang dicintainya.
Akhirnya, perjaka tersebut menemukan keberanian untuk menikah dengan wanita yang sangat ia cintai. Meskipun ia merasa sedikit cemas akan masa depannya, ia tahu bahwa ia akan selalu memiliki dukungan dari sang ibu.
Kisah ini mengajarkan bahwa cinta seorang anak kepada ibunya sangat penting, namun kita juga harus berani untuk membuka diri terhadap hal-hal baru dan mengejar kebahagiaan kita sendiri.
Tinggalkan Balasan