Andai Setiap Hari Adalah Kamis

Semangat Anti Padam Untuk Siswa SDN Catakgayam 1 Mojowarno di Perayaan Idul Adha Tahun 2017
Semangat Anti Padam Untuk Siswa SDN Catakgayam 1 Mojowarno di Perayaan Idul Adha Tahun 2017

Ada apa dengan hari Kamis? Kamis adalah waktu ketika Alva dan kawan-kawan kelas tiga ingin berlama-lama belajar keagamaan dengan saya. Mereka berharap saya bisa hadir di kelas tersebut setiap hari. “Belajar bersama Pak Agus menyenangkan dan tidak membosankan,” demikian ujar Alva. Lain lagi dengan komentar Fachri. Ketua kelas tiga itu berkata bahwa kawan-kawannya di kelas tiga dapat bergerak dengan leluasa di dalam kelas hanya ketika saya sedang mengajar disana. Selebihnya, mereka mengaku tersiksa dan ingin mengakhiri pelajaran secepat mungkin.

Kamis juga menjadi hari bagi Evan dan teman-temannya di kelas dua berkesempatan menyaksikan tayangan video pembelajaran yang mereka sukai. Gambaran hari kiamat, ilustrasi siksa neraka dan beragam informasi terkini lainnya hanya bisa mereka saksikan, mereka tanyakan, dan mereka diskusikan bersama saya. Kamis menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh Raditya untuk request video yang mereka inginkan untuk ditonton di perpustakaan bersama siswa kelas dua lainnya.

Tak lupa, Kamis adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Zalfa dan murid-murid kelas empat. Mereka sangat antusias bertanya informasi agama Islam yang tidak mereka dapatkan dari sumber lain. Kamis adalah waktu bagi Kevin untuk bebas bergerak dan berekspresi di jam pelajaran akhir bersama saya. Kamis menjadi hari yang penting bagi Keysa karena dia merasa memiliki teman yang mau mendengar ceritanya tanpa perlu diasingkan dari pergaulan.

Terakhir, Kamis adalah momen berharga bagi para siswa kelas enam untuk meningkatkan keakraban siswa dalam acara tahlilan keliling rumah. Kamis menjadi waktu yang menyenangkan bagi 23 orang murid kelas enam karena usai tahlilan mereka bisa menikmati menu makan siang yang lezat secara gratis.

Terlepas dari semua komentar para siswa, bagi saya Kamis adalah hari yang melelahkan. Hampir tidak ada jeda di hari kelima dalam setiap pekan. Menjadi berharga di mata orang lain adalah penting. Hal itu menunjukkan seberapa dibutuhkan diri kita bagi orang lain dan tidak dapat digantikan oleh yang lainnya. Anak-anak adalah penilai ulung. Secara alami mereka terlahir menjadi cermin bagi perilaku orang-orang di sekitarnya.

Kamis menjadi hari yang menguras waktu, tenaga dan pikiran saya. Bukan hanya di sekolah, tetapi juga di TPQ dan di tengah kehidupan sosial bermasyarakat. Usai tahlilan di rumah wali murid, tahlilan dilanjutkan di TPQ bersama para santri, di masjid bersama para jamaah sholat maghrib, di rumah warga bersama jamaah yasinan, dan kadang di rumah duka salah satu warga yang salah satu anggota keluarganya wafat.

Andai semua hari dalam sepekan adalah Kamis maka saya membutuhkan waktu lebih banyak untuk beristirahat. Andai tujuh hari dalam seminggu adalah Kamis saja, maka saya memiliki kesempatan lebih banyak untuk menebar manfaat. Untungnya, sepekan waktu saya juga terdapat hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu dan Minggu sehingga saya dapat menyeimbangkan hidup dalam harmoni cipta dan rasa yang lebih teratur. Sungguh, Allah Maha Memelihara segala makhluk ciptaan-Nya.


Comments

9 tanggapan untuk “Andai Setiap Hari Adalah Kamis”

  1. Jangan kamis! Mending Minggu aja biar bisa libur setiap hari.

  2. Tulisan yg inspiratif mas. Orang baik selalu dibutuhkan masyarakat.

  3. Avatar Cik Gu
    Cik Gu

    Malam Jumat adalah malam penuh berkat. Sukses terus ya pak.

  4. Avatar Arifin
    Arifin

    Kamis?
    Malam Jumatan dong..
    Ibadah sunnah nih…
    Ihiiir..

  5. Semua hari sama baiknya

  6. Hari ini adalah kesempatan baru. Ayo semangat kakak!

  7. […] bayi, sunatan, pernikahan, hingga kematian tak pernah lepas dari sajian rokok di meja tamu. Acara yasin dan tahlil rutin pun telah mensyaratkan adanya rokok. Aturan ini tidak tertulis, tapi dianggap sebagai kesepakatan […]

  8. Avatar Elisa
    Elisa

    Semoga hidup mas Agus penuh berkah.

  9. Ubah lelah menjadi lillah. Ikhlaskan semua demi Tuhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *